Chereads / My Dark Husband / Chapter 19 - Fakta Tentang Abel

Chapter 19 - Fakta Tentang Abel

"Namanya sekarang jadi Kantor, ya?" sahut Abel terkekeh mendengar perubahan kebiasan kakak iparnya yang dirinya sadari.

Tak terlalu menunggu lama Bella duduk santai di teras rumah, sebuah mobil memasuki pekarangan rumahnya. Terlihat mobil yang tak kalah bagus dari mobil suaminya juga sekarang terparkir tepat di depannya.

Ya! Dia adalah Abel. Pegawainya sekaligus adik iparnya yang tak ingin semua orang tahu siapa dirinya. Berjalan keluar mobil dengan seragam kerja yang sudah dirinya kenakan. Tapilan yang sedikit berbeda memang menurut Bella.

"Tumben kamu bawa mobil? Bukannya biasanya kamu naik angkot?" tanya Bella sedikit terkekeh.

"Ya ampun Kak Bella! Kalau aku jemput Kakak dengan tak membawa kendaraan satu pun, orang rumah Kakak bakal curiga ke mana kita mau pergi." Abel lebih berbisik kepada Bella sambil lebih mendekat.

"Maka dari itu, mobil lamaku aku keluarkan juga. Itu pun juga terpaksa."

Bella sedikit mengernyitkan keningnya. Masih tak paham dengan apa yang Abel jelaskan. Seperti sebuah sandiwara atau sebuah kamuflase? Agar beberapa orang di rumahnya tak curiga.

Tapi, mengapa juga mereka harus merahasiakan semua ini? Mengingat Bella saja tadi berterus terang kepada Radit jika ingin pergi ke kantornya untuk memeriksa pesanan yang masuk. Dirinya tak menutupi sama sekali dari Radit.

Radit yang juga welcome kepadanya membuatnya berpikir kalau hal ini tak perlu disembunyikan lebih dalam.

"Sudahlah! Abel enggak bisa jelasin semuanya sekarang. Nanti akan Abel beritahu Kakak. Yang penting kita pergi dulu dari sini."

Bella tak ingin terlalu banyak tanya sekarang. Biarkan Abel melakukan hal sesuakanya saja selama hal ini tak mengganggu dirinya.

Mengikuti Abel memasuki mobilnya. Menancapkan gas dan mulai meninggalkan pekarangan rumahnya. Tapi sebelum mereka enar-benar pergi, Abel menghentikan mobilnya tepat pada pos satpam yang berjaga di rumah.

"Pak Satpam! Abel yang anterin Kak Bella, ya ke kantor. Kalo Abang tanya, bilangin. Kebetulan kantornya Kakak sama bimbel Abel itu searah!"

"Baik Nona. Hati-hati di jalan." Kaca mobil kembali tertutup dibarengi tarikan senyum dari Abel. Misi terselesaikan. Satpam Abangnya telah mempercayainya.

Abel pun melanjutkan perjalanannya menuju kantor yang mereka maksud sedari tadi. Menyetel beberapa musik yang menurut Bella bagus. Dan mereka sama-sama saling menikmati perjalanan.

Bella yang di tengah perjalanan masih beberapa kali memikirkan tentang segala tingkah mencurigakan Abel terhadap keluarganya sendiri. Merasa Abel adalah anak yang suka kabur dari sekolah, tapi sepertinya orang tuanya tak ada yang tahu.

Wajah Bella mungkin terlihat begitu kentara saat ini jika sendang berpikir sesuatu yang masih mengganjal di benaknya. Hanya diam sedari tadi tak terlalu ambil bagian, Abel pun angkat bicara.

"Kak Bella masih banyak yang bingung, ya sama tingkah Abel yang suka sembunyi-sembunyi?" tanya Abel langsung terus terang.

"Eh? Enggak kok! Kak Bella, mah enggak masalah kamu mau nagapain aja di rumah. Cuma Kak Bella lebih berusaha ngerti aja sih."

Abel meluai mengangkat senyumnya. Menggelngkan kepalanya merasa takjub kepada Bella yang selalu bisa menerima tanpa banyak bertanya.

Bella sendiri yang tahu privasi orang masing-masing. Tak semua memang harus diketahui banyak orang setiap masalah yang menimpa kita. Biar saja Abel melakukan semuanya, selama dirinya senang.

Semua pasti ada alasan dan penyebabnya sendiri hingga Abel seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari keluarganya. Tahu jika Abel adalah gadis baik, dirinya sama sekali tak memiliki kecurigaan dari diri Abel sedikit pun.

"Makasih, ya Kak Bella, sudah mau ngertiin Abel. Abel saat ini cuma pesen ke Kak Bella, jangan sampai Mama dan Papa tahu kalau Kak Bella punya bisnis catering ini, ya? Kalau Bang Radit, Abel tahu Bang Radit pasti tak mempermasalahkan itu.

Tapi untuk Mama dan Papa, Abel enggak yakin. Kak Bella tahu maskud Abel, kan?"

Bella yang sedari tadi sering melihat jalanan luar dari balik jendela, langsung mengalihkan pandangannya. Berubah sendu saat kalimat itu, bagaiakan pesan tersirat untuknya. Tatapan kedua matanya masih tertuju pada Abel berada yang juga masih fokus menyetir.

Bella tak menyangka, dengan pesan tersirat yang Abel berikan kepadanya. Pesan yang jelas-jelas memiliki makna lain yang tak biasa orang lain tahu.

Apakah orang tua Abel sebegitunya dalam memandang pekerjaan yang ada di luar sana? Apakah hanya kerja kantoran yang menurut mereka lebih berkelas dan tak mempermalukan?

Apakah karena ini? Abel hingga menyembunyikan latar belakang keluarganya dan bersikap seperti manusia yang berkecukupan? Bahkan Abel saja selama ini tinggal di sebuah apatemen terkenal di ibukota.

"Kak Bella ngerti apa maksud kamu. Kamu yakin? Semuanya akan baik-baik saja?"

"Kak ... Aku di sini tak mengincar kekayaan yang sedang orang tuaku buru setiap harinya. Mungkin kepribadianku memang lebih berbeda di banding semua anggota keluargaku. Tapi aku hanya butuh waktu untuk membuktikan stigma mereka semua salah."

Begitu hancurnya hati Bella saat kalimat terkahir itu muncul dengan lancarnya pada bibir mungil seorang gadis berusia 17 tahun di sampinya ini. Bella seperti melihat sosok cerminan dirinya pada diri Abel dalam kondisi yang bebeda.

Ambisinya, kerja kerasnya, dan pengetahuannya yang tidak hanya mencangkup

kehidupan orang atas. Tapi di sini, Abel lebih bisa menghargai setiap perbedaan yang ada.

Bella yang dulu seusianya bermbisi untuk membuktikan kepada orang tua bahwa kemiskinan hanya untuk orang yang tak mau berusaha. Dan kali ini Abel pun ingin membuktikan, bahwa kekayaan pun tak bisa melihat baik buruknya suatu profesi.

Bella seakan terbungkam dengan pemikiran Abel.

"Kamu pasti akan bisa sukses, dengan caramu sendiri, Abel. Kakak percaya sama kerja kerasmu."

*Bersambung ...