ini adalah kali pertama sonia merasa bulu kuduknya berdiri saat melihat seseorang.
Sonia tahu ada yang janggal dari penghuni di tengah kamar itu, sonia mengunci pintu menyibak gorden lalu pergi tidur, ia hanya berharap semua yang dia lakukan tidak akan membuat dirinya terlibat dalam hal-hal yang paling tidak dia inginkan saat dirinya jauh dari keluarga.
suara adzhan maghrib berkumandang, Sonia tersentak dari tidurnya, ia merasa linglung sebentar saat dari luar terdengar suara perempuan sedang tertawa-tawa, sonia melangkah keluar untuk melihat.
di ruang tengah sonia mendapati dua perempuan sedang berbicara satu sama lain.
terjadi jedah diantara mereka.
"loh ada yang ngisi kamar ini toh, maaf ya mbak kita gak tau kalau di dalam kamar ada orangnya"
di situlah Sonia akhirnya berkenalan dengan penghuni kost di sini sebut saja mereka Dika sama Siska,
meski baru sebentar, Sonia langsung bisa akrab dengan mereka mungkin karena mereka berasal dari daerah yang sama begitu juga kesamaan nasib mereka sebagai perantau, saat itulah keheningan tiba-tiba terasa saat dari tengah kamar sonia melihat perempuan itu melangkah keluar.
sonia hanya diam memandang perempuan itu yang melihat sonia dengan sorot mata menyelidik,
" sini, ini ada mbak sonia dia dari kota Karang anyar, samping kotamu"
perempuan itu mendekat lalu bergabung saat itulah sonia mengatakannya, "saya sudah bertemu kok tadi siang"
mendengar hal itu wajah Siska dan Dika saling melihat satu sama lain dengan ekspresi bingung, "bertemu gimana?"
perempuan itu hanya melihat Sonia menunggu dia menjawab,
"ya bertemu mbak, tadi di sini"
hening. tiga perempuan itu melihat sonia dengan sorot mata semakin bingung
sonia mencoba menjelaskan namun Siska berkata kalau Silvia satu shift jadi tidak ada yang di dalam rumah begitu juga Dika, Sonia awalanya berkeyakinan keras kalau dia tidak salah lihat anehnya perempuan bernala Silvia ini tidak memojokkan sonia sebaliknya dia kemudian mengajak pergi
"mbaknya lihat saya keluar dari kamar itu"
"iya mbak sumpah, trus mbak Silvia pergi mandi loh, malah sempet buka pintu"
perempuan bernama Silvia itu mengangguk, dia lalu mengatakan sesuatu yang membuat Sonia terkejut, "saya percaya dengan perkataan mbak kok.. tapi"
"sepertinya itu bukan saya"
Sonia terlihat bingung. "maksudnya bagaimana?"
"gak papa mbak, gak usah di pikirin, pokoknya itu bukan saya cuma menyerupai saja kan."
Silvia mengakhiri kalimat, ia kembali ke dua temannya lalu menjelaskan kalau Sonia memang salah lihat,
hal ini membuat Sonia semakin merasa aneh, hari mulai larut satu persatu perempuan itu mulai berpamitan pergi termasuk Silvia yang terakhir, sebelum ia masuk ke kamar Silvia lalu berkata kepada Sonia.
"saya mau tidur dulu ya, mbak"
Sonia mengangguk ia bersiap pergi juga, tapi aneh
Silvia melihat sonia dengan ekspresi mengiba,
"mbak Sonia kalau saya tidur biasanya saya lelap sekali, suara apapun gak bisa ngebangunin kecuali waktu subuh, nggih"
meski terdengar aneh cara bicara perempuan ini, Sonia hanya mengangguk-angguk saja. Sonia pun masuk ke kamar.
Sonia sudah mematikan lampu di kamarnya ia bergegas naik ke atas dipan, jam di atas meja menjadi satu-satunya suara yang Sonia dengar, matanya mulai mengantuk perlahan-lahan saat lagi-lagi akibat pintu kayu dengan engsel berkarat membuat suara ketika pintu terbuka terdengar keras
awalnya Sonia hanya terbangun sesaat, lalu ia kembali mencoba tidur namun suara pintu terbuka kembali terdengar seperti sengaja di perdengarkan.
Sonia membuka mata kali ini ia mau melihat, dengan langkah kaki perlahan Sonia membuka gorden saat di kaca jendela, ia melihat Silvia
Sonia hanya mengamati perempuan itu yang dari tadi membuka tutup pintu, tidak ada yang dia lakukan kecuali hal itu, hal ini terus menerus dilakukan oleh Silvia seakan-akan dia sengaja melakukan hal ini
sampai akhirnya dia melihat ke tempat Sonia yang sedang mengintip, Sonia tersentak
ia segera menyibak tirai lalu menunduk bersembunyi di bawah jendela, Sonia cukup terkejut melihat ini seperti perempuan itu tahu bila dirinya sedang diamati, anehnya setelah itu Sonia tak lagi mendengar suara pintu, hening, perlahan-lahan Sonia kembali mencoba mengintip
Sonia melihat Silvia yang masih berdiri di muka pintu kamarnya, melihat lurus kearah jendela tempat Sonia mengamati, dengan wajah kosong Silvia tersenyum lalu seolah-olah memberikan gestur menutup mulut Silvia melangkah mundur, masuk ke dalam kamar miliknya lalu pintu tertutup.
Hal ganjil ini terus terjadi, bahkan saat Silvia shift malam bersama yang lain terkadang Sonia mendengar suara-suara aneh di dalam kamar Silvia. Menyerupai suara tertawa namun nadanya ringkih.
Sialnya dari semua penghuni di sini, Sonia harus menanggungnya seorang diri.
perlahan-lahan karena mulai terbiasa Sonia tak lagi merasa takut ditambah Silvia terkadang memberikan pesan meski tidak secara langsung seperti mencuci kaki sebelum tidur sampai berdoa setelah naik di atas dipan.
sampai hari itu terjadi saat pulang shift malam Sonia melihat seorang wanita tua berdiri di depan pagar pintu kost miliknya.
Sonia seperti pernah melihat wajah wanita tua itu, ia benar-benar terasa familiar, "nduk, nak awakmu jek diganggu mbek khodam'e cah iku, gelem a tak dudui carane ben gak onok sing ganggu maneh?" kata si wanita tua, namun Sonia tak menggubris ia melewati wanita tua itu,
Sonia membasuh kakinya kemudian berjalan ke kamar saat dirinya berpapasan dengan Siska, wajahnya terlihat kebingungan terutama saat melihat Sonia, "onok opo nggi?"
siska yang mungkin sudah tidak sanggup menahan lalu berkata kepada Sonia, "aku oleh nginep kamarmu gak?"
malam itu Siska menginap di kamar Sonia ada hal yang menarik perhatian Sonia adalah tangan Siska yang tentrum, Sonia yang tidak bisa menahan diri lalu bertanya, "onok opo asline?"
Siska melihat Sonia dengan sorot ketakutan ia lalu duduk menunjuk kamar Silvia.
"aku takut sama Silvia"
"kenapa to Silvia?" tanya Sonia,
"kemarin aku bertengkar sama dia, biasalah kerja trus ada masalah, trus anak itu kaya kesal sama aku gak di ajak bicara sama sekali, trus pas itu aku lagi tidur tiba-tiba anak itu gedor-gedor pintu"
"waktu itu kamu shift malam, trus si Dika gak pulang, cuma aku sama Silvia, takut asli aku, sampe sekarang aku gak bisa lupa suaranya"
"suara opo?"
"ya suara Silvia"
Sonia tidak mengerti, ia menunggu Siska menceritakannya lebih jelas, "Silvia teriak-teriak tapi suaranya beda"
"suaranya tinggi melengking trus bilang kalau dia bakalan buat musibah sama aku, sumpah aku gak berani buka, dia terus ngintipin aku di kaca yang ku tutup pakai gorden sampai pagi"
Sonia terdiam, ia tak bicara apapun, "ya sudah, besok kalian baikan saja, kerja jauh-
buat cari duit bukan musuh"
Siska mengangguk, Sonia tak lagi membahas hal ini karena keesokan paginya ia melihat Siska dan Silvia sudah berbaikan, mereka saling berbicara satu sama lain lagi tapi siapa sangka bila sesuatu terjadi.
Bersambung