Alghifari Fauzi meninggalkan Zahra McKenzie dengan perasaan gusar. Di luar, ia sempat berpapasan dengan pengawal pribadi Zahra McKenzie, David Long.
Entah apa yang ada dibenaknya tadi, saat meminta Zahra McKenzie untuk menjadi pacarnya. Tiba-tiba saja ide itu terlintas, karena gengsinya yang tinggi, saat mendengar ucapan Zahra McKenzie yang terkesan merendahkan harga dirinya sebagai laki-laki.
"Jadi, Kakak ingin dibayar berapa?" kata-kata itu sungguh membuat Alghifari Fauzi mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. Kesan yang ia tangkap, seolah Alghifari Fauzi telah melakukan pekerjaan yang buruk. Ah, sudahlah, mungkin tadi di dalam ia merasa emosional. Karena tidak mendapat perhatian dari perempuan itu.
Alghifari Fauzi, berjalan ke parkiran sekolah, mengendarai motor balap hitamnya keluar dari area sekolah yang mulai sepi dari para siswa dan guru.
Tanpa sengaja, di jalan, sesaat setelah keluar dari area sekolah, Alghifari Fauzi berpapasan dengan mobil Bantley maroon. Kendaraan mereka sama-sama berhenti di lampu merah. Saat menoleh ke arah bangku penumpang di belakang, samar-samar ia melihat gadis itu lagi. Tengah menatap keluar jendela, namun tatapannya kosong. Entah apa yang ada dipikirannya, Alghifari Fauzi tidak ambil peduli. Setelah lampu lalu lintas berubah hijau, ia langsung melesat menjauh.
Alghifari Fauzi memasuki area perumahan tempat ia tinggal selama hampir seumur hidupnya. Dan jalanan yang ia lalui, selalu sama. Melewati rumah kenangan masa kecilnya. Rumah yang selama sepuluh tahun ini dibiarkan kosong sejak penghuninya pindah dari sana, dan membawa teman masa kecilnya. Teman yang sangat ingin ia jadikan adik angkatnya.
Iris matanya yang hijau, lesung pipitnya yang selalu muncul kala ia tersenyum atau tertawa. Rasanya begitu rindu dengan sosok perempuan lucu itu. Bagaimana kabarnya sekarang? Di manakah ia tinggal? Apakah bahagia dengan keluarga barunya?
Alghifari Fauzi merasa kasihan kepada gadis kecil itu. Di usianya yang masih kecil, sudah kehilangan orang tuanya, bahkan, orang tua angkatnya berpisah, sehingga gadis kecil itu pun terpaksa dirawat oleh orang tua angkat yang lain.
Tidak terasa, Alghifari Fauzi tiba di depan rumah gadis kecil itu lagi. Ada yang berbeda dengan rumah itu. Tadi pagi, saat dirinya melewati rumah itu, saat akan berangkat ke sekolah. Tanaman semak-semak yang menjadi pagarnya terlihat tidak terawat, dan berantakan. Rumput-rumputnya tumbuh tinggi, dinding rumahnya pun terlihat kusam, dengan warna putih yang telah pudar.
Sekarang, semuanya berubah. Pagar semak-semaknya terlihat rapi, seperti baru saja dipangkas. Begitu pun dengan rerumputannya, dipotong menjadi pendek dan rapi. Dinding rumah telah berganti dengan warna lain yang lebih terlihat fresh, hijau mint.
Ada tambahan kotak surat di halaman depan rumah, yang berwarna hijau tua. Pintu rumahnya tergantung tulisan kaligrafi 'Selamat Datang' dan 'Home Sweet Home'.
Alghifari Fauzi mematikan mesin motornya. Mengamati rumah itu beberapa saat. Mungkinkah?
Penasaran, Alghifari Fauzi, turun dari motor balap hitamnya, berjalan di paving block rumah itu yang menuju teras rumah. Tempat yang dahulu sering menjadi area bermain bersama gadis kecil bermata hijau dan hamster jingganya.
Di depan teras rumah, ragu-ragu Alghifari Fauzi ingin mengetuk pintu rumah itu.
Debaran jantungnya terasa begitu cepat. Akhirnya setelah menarik napas dan menghembuskannya kembali, Alghifari Fauzi mengetuk pintu rumah itu tiga kali, dan menunggu.
Satu menit rasanya, Alghifari Fauzi baru mendapat respon dari pemilik rumah. Terdengar suara sahutan di balik pintu, untuk menunggunya sebentar. Suara wanita.
Terdengar suara kunci diputar dan digeser, dan knop pintu berputar perlahan. Alghifari Fauzi menanti dengan debaran jantung yang semakin cepat dari biasanya. Rasanya seperti, jantung itu akan mencuat dari rongga dadanya.
Pintu terbuka perlahan, menampakkan sosok di balik pintu, seorang anak perempuan. Berambut panjang sebahu.
"Ya, ada apa?" tanya gadis itu, masih belum membuka pintu lebih lebar. Hanya menampakkan kepalanya saja. Seolah bersikap waspada terhadap orang asing.
Alghifari Fauzi berdeham sekali. "Apa ini rumah Ara?"
Gadis itu mengamati laki-laki bertubuh tinggi di hadapannya, dari ujung kepala hingga ujung kaki, kemudian, berakhir menatap wajah laki-laki itu.
"Ada perlu apa sama Ara?" Alih-alih menjawab pertanyaan Alghifari Fauzi, gadis itu malah bertanya balik.
"Umm ... hanya ingin menyapa teman lama. Apa Ara sudah kembali?" Perasaan Alghifari Fauzi tiba-tiba merasakan bahagia. Akhirnya, Aranya kembali.
"Ara belum pulang. Kakak siapa, ya?"
"Ghifar. Tolong bilang Ara, Ghifar ke sini, ya. Nanti sore, jam empat, aku kembali ke sini." Alghifari Fauzi tidak bisa menahan rasa gembira di hatinya. Suaranya terdengar riang.
Setelah memastikan gadis itu akan menyampaikan pesannya, Alghifari Fauzi pun pamit pulang, dan mengendarai motor balapnya kembali.
Di perjalanan menuju rumahnya, Alghifari Fauzi mengingat saat-saat perjumpaan pertamanya dengan Ara. Gadis kecil yang tengah menangis karena kehilangan hamster kesayangannya. Dan, tanpa sengaja, hamster jingga yang ditemukannya di trotoar di depan rumah Ara, adalah milik gadis itu. Ia masih ingat nama hamster jingga itu, Onix. Nama yang cukup unik ditangkap oleh indra pendengarnya.
Sejak saat itu, setiap akan berangkat dan pulang sekolah, Alghifari Fauzi pasti akan menoleh ke arah rumah Ara, kemudian menyapanya. Setiap pulang sekolah, Alghifari Fauzi pasti akan mampir ke rumah Ara dan bermain-main dengan gadis kecil itu dan hamsternya.
Kadang kala, Alghifari Fauzi bertandang ke rumah Ara dengan membawa kue-kue buatan ibunya. Menyantapnya berdua bersama Ara.
Sungguh, saat itu merupakan masa-masa menyenangkan yang Alghifari Fauzi lewati bersama Ara. Ia menyukai gadis kecil bermata bak zamrud itu. Meski terlihat berbeda dari kedua orang tuanya, yang saat itu Alghifari Fauzi kira adalah orang tua kandungnya.
Sebulan waktu yang telah ia lewati bersama Ara. Berita mengejutkan akan perceraian orang tuanya, yang bahkan hanya orang tua angkat, membuat Alghifari Fauzi dan gadis itu harus berpisah. Dan, ia sama sekali tidak mengetahui kabar gadis kecil bermata hijau itu, hingga hari ini.
Motor hitam yang dikendarai Alghifari Fauzi tiba di depan rumahnya, kemudian dia turun dari motornya untuk membuka pintu gerbang. Memasukkan motornya ke dalam garasi, mematikan mesin, dan turun dari motornya. Membawa helmnya ke dalam rumah, dengan langkah ringan.
Siang ini ia akan beristirahat yang cukup, dan sore nanti ia akan kembali ke rumah Ara. Menyapanya. Semoga saja, Ara masih mengenali dirinya. Karena dahulu, gadis itu masih sangat muda.
"Makannya pelan-pelan, Sayang." Ibunya, Susan Aprilia memperhatikan anak semata wayangnya tengah menyantap makan siangnya dengan terburu-buru.
"Mama tahu, kalau keluarga baru Ara sudah pindah ke komplek ini lagi?" Alghifari Fauzi berucap setelah menelan makanannya.
Susan Aprilia mengangkat kedua alisnya. Berita ini, belum ia dengar. "Mama belum dengar, tuh. Apa iya, balik lagi ke sini?"
"Tadi Alghi lewatin rumahnya, Ma. Sudah ada yang menempati. Dan, Alghi juga berkunjung ke sana."
Susan Aprilia mengangguk. "Terus, sudah ketemu lagi sama Ara? Bagaimana kabarnya?"
Alghifari Fauzi menggeleng. "Belum, sih, Ma. Katanya, Ara belum pulang. Rencananya, sore nanti, Alghi mau ke sana lagi." Alghifari Fauzi menghabiskan suapan terakhirnya. Beranjak dari kursi makan, dan menaruh piring kotor di bak cuci piring.
*****
.
.
Baca juga ceritaku yang lain ya:
Elegi Cinta Asha cerita Romance, kisah cinta Asha gadis tomboy dan Angga sang primadona sekolah. Kisah cinta yang manis, bikin baper dan mengandung bawang. (available Gift dan PS) RATE 21+
Alisha (Pretending) cerita Action-Romance, cinta segitiga agen intel antara Alisha, Adrian, dan Hilman. Dibumbui kisah misteri masa lalu Alisha. (available Gift dan PS). RATE 21+
Mendadak Menikah cerita Romance, kisah Alvin seorang pewaris tunggal real estate merangkap photographer juga dosen, bersama Audia mahasiswa tempat Alvin mengajar. Diselimuti kabut masa lalu. (available Gift dan PS). RATE 21+
Terpotek Cinta CEO Botak Tapi Ganteng cerita Romance, kisah Wilma gadis biasa saja dan William seorang CEO, kisah percintaan yang penuh intrik. (available Gift dan PS). RATE 21+
Annethaxia Luo Putri Negeri Salju, Fantasy-Romance. Kisah cinta dua dunia yang berbeda. Bukan cerita sejenis Snow White dengan apel beracunnya, atau Cinderella dengan sepatu kacanya, atau kisah Beauty and The Beast. Beda pokoknya. Hehe hehe. (available PS). RATE 21+
Jangan lupa, dukung cerita-cerita ini juga dengan POWER STONEnya ya. Satu power stone akan mendapatkan Fast Pass voucher untuk membuka bab terkunci gratis.
Aktifkan privilage untuk dapatkan bab lebih dahulu. Masih membutuhkan koin untuk membuka bab terkunci ya. Fast Pass hanya bisa digunakan untuk bab yang sudah keluar reguler. Ada diskon untuk pembelian privilege di atas 10 bab.
Cara mendapatkan Fast Pass:
1. Mengeluarkan POWER STONE untuk cerita ini (lambang batu permata biru).
2. Mengeluarkan ENERGY STONE untuk cerita terjemahan (lambang petir)
3. Membuka bonus iklan di aplikasi Webnovel. Level 1-4, all work. Di atas itu tergantung genre.
4. Menukar akumulasi poin waktu membaca (1000-2000 poin untuk 1 Fast Pass).
*
Cara Menaikan Level (Bisa mengeluarkan hingga 3PS dan 2 ES) dari web:
1. Undang teman instal aplikasi webnovel +5EXP.
2. Komentar di bab novel ini, +5EXP.
3. Membalas komentar di bab novel ini, +5EXP.
4. Memberi Gift pada 2 novel (Silahkan pilih 2 dari 3 novel Serenity Lee) +5EXP.
5. Review bintang 5 di novel ini, +5EXP.
6. Menonton iklan dari aplikasi Webnovel, +5EXP.