Caspar berjongkok dibawah pohon. meringkuk disela-sela tanaman rambat yang basah terkena air hujan. Disampingnya terdapat rusa betina dengan kaki terluka tengah terikat dibatang pohon. Luka akibat gigitan itu telah diperban secara kasar guna menekan darah untuk tidak keluar.
Caspar mendesah pelan. Pakaiannya telah kotor oleh lumpur dibeberapa bagian, bahkan robek dan terkoyak hingga tak terselamatkan. Dia lega tidak mengganti shirt yang baru, atau bulan ini Caspar harus mengeluarkan uang tambahan tambahan lagi guna membeli baju ganti. Dengan pekerjaan paruh waktu dibeberapa tempat, bahkan dengan beberapa pound yang tersisa, Caspar lebih baik memilih telanjang dari pada mengeluarkan uangnya kembali.
Hujan semakin deras. Bunyi yang timbul terdengar mirip tangisan bayi dibanding tetes air yang jatuh kebumi. Dia merasa suara itu tampak ganjil, bahkan di dunia yang kacau ini. Karena itu, Caspar meninggalkan rusa dibelakang dan berlari mencari arah suara.
Savanah yang luas ini terdapat danau tenang dengan pohon besar yang tumbuh rimbun. Ada bungkusan kain tengah bergerak dibawah pohon. Tangisan yang didengar Caspar tadi pun berasal dari sana. Melihat asap yang dicari telah ditemukan, dia melangkah dengan cepat. Melewati padang rumput dan mendekati buntalan kain yang bergerak-gerak.
Bayi itu tampak kecil. Terbungkus kain biru basah yang melilit seluruh tubuh. Wajah mungil yang pucat telah ternoda tanah dari percikan air. Dia masih menggeliat, mencoba membebaskan diri yang membuat kain semakin menjerat dengan erat. Caspar meraih bayi itu, melepas kain basah lalu mendekap erat untuk menghangatkan tubuhnya. Tangisan tadi mulai mereda. Mata yang terpejam kini terbuka, menampakkan hijau zamrud yang mengagumkan. Caspar tersenyum. Jemari panjangnya menyentuh pipi pucat bayi itu. "Halo," sapa'nya riang. "Namaku Caspar Elaine. Kau ingin ikut dengan ku?"
Bayi itu mengawasi Caspar dengan intens. Berkedip sambil menggeliat pelan, kemudian nyengir lebar sambil berkata.
Guuuu.....