Pada akhirnya tubuh Kirana drop. Pertahanannya roboh sehari setelah dirinya memutuskan kembali bekerja. Perutnya memang kosong hampir 24 jam lebih. Tidak ada selera yang tampak dari dalam dirinya. Bahkan tidur pun hanya satu jam setiap harinya.
Kirana tidak mengerti apa yang harus dilakukan selain meratapi nasib yang begitu pedih menimpanya.
"Ki, kita ke rumah sakit saja, ya?" tawar Rintik.
"Tidak, aku rawat jalan saja," tolaknya entah sudah kali ke berapa.
"Ya sudah lah. Lelah memaksamu walau sampai darahku mendidih sekalipun," celetuk Rintik.
Apa pun usaha yang dilakukan, tak akan pernah berefek pada perubahan pola pikir Kirana. Gadis itu cara berpikirnya begitu keras dan apa pun yang dia inginkan dan putuskan, tak boleh satu orang pun memaksa untuk mengubahnya.
Bel rumah berbunyi. Rintik bergegas keluar dan membukakan pintu untuk seseorang yang ada di luar sana.
"Tante," ucap Rintik setelah berhasil membukakan pintunya.