"Maaf ya Bu, rumah ini terlalu sederhana untuk dikunjungi orang penting seperti Ibu," kata Bunda kepada mama Lidya.
"Alah Bunda ini, panggil saja Mama seperti Yumi panggil Saya. Orang penting apa? Sebagai besan tidak perlu sungkan begitulah. Sudah bersedia mengizinkan Yumi menjadi salah satu anggota keluarga kami saja sudah hal yang luar biasa bagi kami," jawab mama Lidya.
Omongan mereka semakin membuatku tertekan. Seakan benar-benar mau besanan saja dua keluarga ini. Sepertinya hanya aku saja yang masih ragu. Yang kain seperti ingin segera menggelar pesta pernikahanku dengan Dito.
"Hei ... tidak perlu dipikirkan. Jalani saja yang ada di depanmu saat ini. Daripada beban pikiranmu semakin berat, mending Kamu main sama Ica sana. Aku mau lanjut menemani Ayah main catur dulu," kata Dito mengerti perasaanku.