Michael menunda pencarian atas diri Ayu Saraswati. Tidak pergi ke kantor maupun ke luar negeri.
Tuan Prasojo masih berang dengan pesta pernikahan yang merusak nama baiknya.
Mereka berlima berkumpul di ruang keluarga. Menemani kedua orang tua dengan tidak berbuat ulah lagi.
Suasana kediamannya begitu horor. Si bungsu Sebastian berusaha mendinginkan keadaan.
"Dad, berhentilah menghukum Michael. Kakakku tidak sepenuhnya bersalah, lagi pula wanita brengsek itu juga berselingkuh dengan Alano, seharusnya pernikahan itu memang tidak terjadi!" ujar Sebastian kesal.
Nyonya Catarina memegang lengan suaminya, agar lebih tenang menghadapi tiga putranya yang sudah dewasa. Sidang terhadap Michael pun di buka.
"Pras, Sebastian ada benarnya. Kau harus lebih bijaksana. Michael hanya membalas sikap Veronica dan kekasihnya. Akhirnya kita tak jadi menyerahkan kediaman ini untuk wanita jalang itu!"
Tuan Prasojo sangat membenci kelakuan putra sulungnya, sering berselisih paham dari pada dengan kedua putra lainnya.
"Rin, kau selalu membela anak itu padahal sudah dewasa harus bertanggung jawab atas dirinya, kini aku menanggung malu dengan teman bisnis, Brotoseno. Gara-gara Michael menikahi putrinya, tanpa sepengetahuan mereka!" ujar Tuan Prasojo sengit.
Michael sebagai tertuduh langsung diam membisu. Sebastian dan Alano tidak bisa membela lagi.
Ini urusan yang pelik, hanya kakaknya mengetahui ujung - pangkal masa lalunya sendiri.
Dengan suara berat mengakui kesalahannya.
"Maafkan Michael! Dad, Mom, aku memang pernah menikahi seorang gadis muda saat itu, dan menceraikan 1 tahun kemudian. Tidak pernah tahu jika memiliki putra darinya. Veronica begitu lancang dan mendendam, lalu membongkar rahasia demi menikahi diriku!"
"Bagaimana bisa kau tidak mengenali Ayu itu, sebagai mantan istrimu?"
"Mom, aku juga masih mencoba mengingat, kepalaku sedikit sakit jika terus memaksa menembus pikiranku sendiri."
"No Michael, jangan paksakan lagi! Mom tidak ingin kau mengalami koma gegara itu, sudah cukup kau terbaring lama di rumah sakit setelah tabrakan balapan mobil liar di Amerika. Kalian berdua Sebastian dan Alano, jangan pernah membuat aku cemas lagi atau lebih baik pindah ke Italia, meninggalkan semua agar bisa hidup tenang di masa tua nanti!"
Hufff---- Semua menarik nafas, terkejut atas rencana Nyonya Catarina begitu mendadak. Tak kecuali Tuan Prasojo. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya erat-erat.
"Kau juga ingin meninggalkan aku sendirian di sini?"
"Tentu Pras, jika kau tidak mau memaafkan putramu! Sudah cukup hukuman bagi Michael mendapatkan kecelakaan besar yang hampir merengut hidupnya. Kini ia kehilangan anak istrinya, karena kau selalu menyalahkan apa yang dilakukannya. Biarkan Michael menyelesaikan masalahnya sendiri, mulai saat ini!"
"Okay, okay! Mulai sekarang kalian bertiga berpikir sendiri, menanggung resiko atas hidup kalian, tanpa sokongan orang tua lagi!"
"Dadddd---!!!"
Serempak Michael, Alano dan Sebastian menjawab, mulailah mereka beradu mulut, argumentasi di depan kedua orang tuanya.
Nyonya Catarina langsung menggeleng kepalanya.
"No, No and No!"
Jari cantiknya menunjuk ke arah 3 putranya. Semua terdiam lagi. Tak ada suara keras, selain suara Mom yang boleh terdengar di kediaman ini.
"Kalian bertiga urus diri kalian sendiri! Mom and Daddy mau pergi ke Bali besok pagi, beristirahat tenang dan tak mau melihat, atau mendengar tentang kenakalan apapun. Jika kalian ingin membuat kami senang, berikan cucu sebanyaknya untuk menemani di masa tua nanti," ujarnya menasihati.
Lagi lagi terdengar suara serentak. "Momm-!"
Tapi Mom langsung mengajak Daddy Prasojo ke kamar mereka untuk berkemas ke pulau Bali.
Tiga putranya hanya melongo mengernyitkan dahi. Dan akhirnya tertawa terbahak-bahak.
Nyonya Catarina sangat pintar mengambil hati suaminya agar tidak naik darah lagi. Kesehatan jantungnya lebih penting, memberi suasana tenang berlibur di Bali juga sebagai alasan yang lain.
Putranya, Michael butuh waktu merenung mencari keluarganya yang hilang. Dan ia pernah lihat dari gawai Alano, rupa cucunya Alex memang replika Michael ketika masih kecil.
Juga saat melihat Ayu pun ia tahu, wanita itu lebih baik dari Veronica Young!
***
Bandara I Gusti Ngurah Rai
Dengan terpaksa Tuan Prasojo membolehkan ketiga putranya mengantarkan mereka sampai ke Bali dengan pesawat pribadi milik Michael Putra Prasojo.
Nyonya Catarina ikut senang, sudah lama keluarganya tidak berpergian selengkap saat ini. Putra bungsunya, Sebastian terus mendampingi Mom dan Dad hingga turun pesawat.
Dua mobil pribadi menjemput mereka ke villa peristirahatan di Ubud. Michael menyiapkan semuanya agar kedua orang tuanya nyaman dalam perjalanan. Udara sejuk, pemandangan indah saat menuju Gianyar.
Ketika menjejakkan kaki ke villa, Sebastian dan Alano tidak ingin kembali cepat ke Jakarta.
Michael berdehem keras. Kedua telinga adiknya langsung dijewer kencang.
"Say goodbye to Mom and Dad, Now!" seru Michael keras.
Serempak keduanya mengikuti perintahnya. "Byee-ee Mom, Dadd--dd!"
Tuan Prasojo menggelengkan kepala. Ia masih mengawasi sopir dan asisten rumah tangga villa mengangkat bagasi miliknya.
Tiba-tiba Sebastian dan Alano berlari lagi ke mereka, memeluk kedua orang tuanya lalu bergegas masuk mobil.
Nyonya Catarina merengut.
Tuan Prasojo tahu jika istrinya cemberut seperti itu. Ada yang salah dari ketiga putranya. Michael akhirnya turun dari mobil, mendekati dua orang yang disayanginya.
Mom memeluknya erat. Michael mencium lembut kedua pipinya. "Baik-baik Mom, titip Daddy selama berlibur. Jika perlu apa-apa hubungi kami segera!" bisiknya Michael pelan.
Pesan yang manis. Nyonya Catarina menjawab dengan bisikan juga. "Pergilah cari Alex dan Ayu demi kedamaian hatimu, sayang!"
Michael tersentak mendengarnya. Melepas pelukan hangat Mom, mata mereka bertemu. Kedua orang tuanya menaruh kepercayaan besar agar bisa menemukan mutiara yang hilang selama ini.
Keluarga kecil milik Michael Putra Prasojo.
Ia tak mampu berkata-kata lagi, saat memeluk Dad. "
Jaga adikmu baik-baik, kami mungkin sedikit lama di sini!" pesan Tuan Prasojo sambil menepuk bahu putra sulungnya.
Ketiga Putra Prasojo kembali ke kota, singgah sebentar ke sebuah cafe menunggu jadwal pesawatnya take off lagi.
Alano Putra Prasojo ingin tahu apa yang dikatakan Mom saat melepas pelukan kakaknya tadi. "Mom, pesan apa padamu? Aku melihat, kalian saling berbisik rahasia huh!"
PLUKKK!
Kemasan rokok mendarat di keningnya. Michael selalu begitu tidak senang jika ada yang ingin mencampuri urusannya.
"C'mon! Kau tidak perlu berbohong ke aku, atau Sebastian lagi," balas Alano kesal melempar kemasan rokoknya ke Michael lagi.
Michael menjawab pertanyaan Alano dengan santai. "Aku segera mencari Ayu dan putraku, Alex. Mom berpesan soal itu tadi!"
Alano dan Sebastian langsung merapatkan diri mendekat ke kakaknya.
"Kau tahu, di mana mereka sekarang, perlukah kami membantumu?" selidik si bungsu.
Michael menggeleng memang belum mencari sepenuhnya. Kedua adiknya ikutan berpikir keras.
"Hey jika kalian ingin membantu, urus baik-baik perusahaan Daddy dan milikku. Aku harus ke luar negeri secepatnya. Bila terjadi sesuatu yang penting genting, kabari aku!"
Alano dan Sebastian menyetujui keputusan Michael. Kakaknya lebih cerdas dan tangguh menangani persoalan, mereka tetap bisa di Jakarta menunggu informasi darinya.
Wish you luck, Michael!
***