"Sudahlah Seno, jangan sampai kesehatanmu terganggu karena memikirkan Rara terus menerus! Anak itu memang menyusahkan dari dulu, kupikir ia sudah pergi dari sini ternyata malah membuat masalah baru!" tutur Nyonya Nurmala kesal.
Tuan Brotoseno juga bersikap sama, sama kesalnya seperti istrinya. "Putri yang tidak tahu diri, memalukan aku di depan sahabatku, Prasojo dan keluarganya. Sungguh ku pikir melihat hantu saat Rara ada di sudut ruang resepsi waktu itu!"
Nyonya Nurmala mengernyitkan dahi. "Kau tidak mengenali putrimu sendiri, apa ia telah berubah?" Suaminya mengangguk. "Rara kelihatan lebih dewasa. Ketika aku memanggil namanya, ia pun sama terkejut denganku. Gara-gara Irwan sialan terlalu mencampuri urusan keluargaku, putriku menjadi pembangkang terhadap orang tuanya sendiri!"
"Adikmu terlalu membela Rara dari dulu. Aku membencinya karena itu putriku sendiri dan berhak atas dirinya. Mentang-mentang sudah menjadi pejabat diplomat, mereka tidak pernah sowan lagi ke sini!" Nyonya Nurmala begitu ketus jika sudah membahas tentang Rara, juga Irwan adik suaminya.
Untungnya mereka masih memiliki dua anak lainnya, Renita dan Arjuna. Kedua putra dan putrinya, masih dalam kendali orang tuanya, manja dan selalu saja terpenuhi apa pun kebutuhannya.
Ayu Sarasawati, putri sulung Tuan Brotoseno sangat berbeda. Sesungguhnya replika dari papanya, sifat dan emosi yang sama membuat mereka sering berselisih paham.
Ketika mengetahui Rara melakukan perbuatan nista, buru-buru Tuan Brotoseno menyingkirkan dirinya demi menjaga nama baiknya. Lagi lagi, Irwan adiknya yang menolong keponakannya.
Menikahi dengan orang yang tak ingin dikenal oleh keluarga Brotoseno. Rara sempat tinggal di sana, kemudian menghilang tak ada kabar berita.
Lalu malam itu melihatnya di kediaman Prasojo dan Catarina. Ternyata putrinya, Rara bekerja sebagai penyelenggara pernikahan putra sulung Tuan Prasojo.
Tragisnya, Michael Putra Prasojo pernah menikahi Rara tanpa sepengetahuan kedua keluarganya. Calon mempelai wanita berteriak keras, menjerit mengumbar kata-kata di depan tamu undangan, membeberkan kisah masa lalu mereka.
Tuan Brotoseno seketika marah, wajahnya tak tahu lagi diletakkan di mana. Prasojo dan Catarina, meminta penjelasan darinya. Tapi ia sendiri tidak tahu apa-apa, harus pulang menanggung malu akibat ulah putrinya.
Pernikahan Michael dan Veronica dibatalkan. Brotoseno terkejut mendengar Rara berusaha merebut Michael lagi dari tunangannya. Ada apa sebenarnya dengan mereka? Mengapa putrinya harus berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Prasojo mendiamkan aku lebih dari sebulan ini. Pekerjaanku menjadi terganggu, banyak kontrak kerja dengannya menggantung!"
"Seno, kau harus mencari putrimu, Rara! Gara-gara dirinya semua urusan pekerjaan terbengkalai. Renita dan Arjuna memerlukan biaya besar untuk kuliah mereka, kau pun berjanji membelikan mobil baru, agar mereka tak kepanasan saat ke kampus!"
"Aku tidak tahu Rara ada di mana sekarang. Kita hanya bertemu sekali, saat acara keluarga dengan membawa bayinya, kemudian mengacuhkan begitu saja. Kemarin aku datangi kantor event organizer ternyata Rara menjualnya, dan sekarang putra bungsu Prasojo yang mengambil alih perusahaannya."
"Apa mereka tidak memberi tahu Rara ke mana? Hasil penjualan usahanya pasti di kirim ke rekeningnya. Rara tak mungkin menghilang begitu saja di telan bumi!"
"Tak ada yang tahu. Mereka hanya bilang ada di Eropa, berdua anaknya pindah ke sana!"
"Eropa? Bukankah Irwan bertugas di Paris sekarang, jangan-jangan adikmu terlibat lagi membantu kepindahannya ke sana?"
"Irwan brengsek! Selalu ada di belakangnya Rara, aku akan hubungi adikku, ia pasti tahu di mana putriku!"
Umpatan kemarahan tak ada habisnya dari mulut Tuan Brotoseno terdengar keras di ruang keluarga. Renita dan Arjuna sedang asyik berselancar di gawai masing-masing, keduanya mengangkat bahu saling melirik.
Kakaknya Rara, memang selalu membuat masalah! Impian mobil baru mereka musnah sudah, jika Papa Seno gagal berbisnis bersama sahabatnya, Tuan Prasojo.
Renita bersungut-sungut, diikuti adik bungsunya Arjuna meninggalkan ruang keluarga. Kekecewaan yang tiada tara. Rara sudah pergi dari kediaman ini tapi masih saja orang tuanya dipusingkan dengan kelakuannya.
Tuan Brotoseno menghubungi adiknya yang berada di kantornya di Paris. Irwan telah membohongi dirinya selama ini, menyembunyikan keberadaan Rara.
"Halo Mas Seno, apa kabar?"
"Brengsek kau Irwan, di mana Rara sekarang! Aku sudah menduga, pasti kau terus saja membela dan melindungi putriku, mengapa tidak urus keluargamu sendiri!"
"Hmm ___ sekian lama, kau selalu saja menyalahkan putri sulungmu. Pantas Rara enggan untuk kembali ke keluarganya sendiri."
"Diam kau, Irwan! Di mana putriku, katakan cepat!"
"Datanglah ke sini, jika kau ingin melihatnya!"
Klik! Telepon dimatikan sepihak oleh adiknya. Tuan Brotoseno makin murka ketika mengetahui bahwa Rara memang bersama Irwan dan Mirna di Paris.
Putrinya meninggalkan Indonesia secara diam-diam setelah pernikahan putra sulung Prasojo yang berantakan. Meninggalkan banyak masalah di belakang.
Nyonya Nurmala tak sabar mendengar jawaban dari Irwan, adik iparnya dalam percakapan di telepon dengan suaminya. "Ada apa Seno, apa yang kau bicarakan tadi?" desaknya ingin tahu.
"Mala, siapkan koperku, lusa aku harus ke Paris! Rara harus diberi pelajaran untuk meminta maaf ke keluarga Prasojo jika tidak ingin perusahaanku ambruk gegara ulahnya menghancurkan putranya Michael di masa lalu!"
Tuan Brotoseno langsung menuju kamar utama, menyiapkan berkas perjalanan dan memesan tiket ke Paris melalui sekretarisnya malam ini juga.
Nyonya Nurmala berlari mengejarnya, ingin ikut dengan suaminya melihat dengan mata kepalanya sendiri, putrinya Rara memang ada di Eropa. Ia sungguh geram.
Rara benar-benar melepas kehidupan dengan keluarganya sendiri, memilih untuk berlindung ke adik iparnya yang selalu lancang mencampuri urusan mereka.
"Aku ikut denganmu! Rara itu putriku, sikapnya kali ini benar-benar tidak bisa dibiarkan lagi. Aku masih memiliki Renita dan Arjuna, mereka tidak boleh seperti kakaknya itu. Jika Irwan dan Mirna ingin mengurusnya, kita akan mendengar dari mulut mereka sendiri!"
Tuan Brotoseno mengangguk setuju. Mereka telah melepas Rara sekian tahun, kali ini tidak mau menanggung beban berat lagi memikirkan tingkah lakunya.
Bisnisnya harus terus berjalan, tapi kasus putrinya mengganjal perjanjian antara dirinya dan Prasojo. Urusan keluarganya harus diselesaikan lebih dulu.
Mendatangi Rara langsung ke Eropa, memberi ultimatum keras memperingatkan agar menjauhi Michael Putra Prasojo. Setelah itu, ia tak peduli lagi.
Putrinya sudah dewasa, berada di luar tanggung jawab orang tua. Alasan yang kuat itu membuat Tuan Brotoseno dan Nyonya Nurmala membebaskan agar Rara mengurus dirinya sendiri.
Cucunya juga bukan urusan mereka lagi. Hanya sekali melihatnya, dan tak ingin pusing menjaganya. Cukup satu putri yang menyusahkan.
Tak perlu cucu darinya kecuali dari Renita dan Arjuna yang menerima kebahagiaan dan kasih sayang dari Oma - Opanya.
Irwan dan Mirna bisa mengambil tanggung jawab mereka selanjutnya. Merekalah yang bersikeras melindungi Rara selama ini.
Dua bagasi di siapkan. Mereka tidak sabar menunggu lusa, tapi Renita dan Arjuna harus diajak bicara sebelum keberangkatan orang tuanya ke Paris yang mendadak.
Dua anaknya lebih baik, dari pada satu putrinya, Rara.
***