Alex mencengkram tangan mamanya erat-erat. Ini pertama kalinya ia berpergian ke luar negeri yang memakan waktu perjalanan sangat lama.
"Tenanglah sayang, kita akan aman selama dalam penerbangan. Tidurlah, mama akan menjaga dirimu."
Ayu mengusap-usap lengan putranya dengan lembut sabar hingga akhirnya Alex terlelap.
Pelariannya ternyata tidak sempurna.
Kejadian malam tadi sangat mengagetkan. Papa Brotoseno hadir di pernikahan mantan suaminya.
Ayu seharusnya tidak terlalu heran, bisnis papanya sukses seperti Tuan Prasojo. Wajar jika mereka berteman baik selama ini.
Ia tidak mengecek undangan yang hadir, semua telah diserahkan ke Anita. Kerabat Tuan Prasojo banyak yang tidak tercantum dalam undangan, dan pernikahan ini tertutup bagi keluarganya.
Tidak banyak yang ingin diingat Ayu malam tadi, kecuali wajah papa begitu murka yang memandangi putrinya keras kepala, bagai cermin bagi pria paruh baya itu.
Maafkan Rara, Papa!
Ia tidak ingin orang tua yang dikasihinya terluka karena tingkah lakunya yang tidak bertanggung jawab selama ini.
Ayu menutup kelopak matanya tapi bulir-bulir air mata mengalir tak terbendung lagi.
Oh Tuhan! Jangan biarkan Michael mengambil putraku! Hanya itu pintanya di dalam hati.
Ia bersyukur telah memikirkan hal terburuk, bukan yang terbaik saat detik-detik akhir menjelang pernikahan Michael Putra Prasojo.
Tunangannya Veronica Young bermulut lancang, membongkar masa lalu mereka di depan keluarga besarnya.
Mantan suaminya pasti memburunya. Betapa dalam Michael bakal menyimpan dendam padanya, walau tak mengingat kabar apapun dari mantan istrinya 10 tahun belakangan ini.
Tapi malam ini ia telah terbang bersama Alex.
Mencari kehidupan lain, jauh dari masa lalu yang buruk, meninggalkan banyak cerita yang tak terselesaikan.
Dari bandara Soekarno - Hatta, menuju Changi - Singapore kemudian melanjutkan ke Paris tanpa transit lagi.
Ayu akan menghubungi Om Irwan setiba di sana.
Kejutan yang tidak diinginkan siapapun.
Tapi ia berhasil bersembunyi dari Michael Putra Prasojo untuk yang kedua kali.
***
Di kediaman Tuan Prasojo, pesta telah berakhir. Semua perlengkapan dibersihkan oleh pekerja event organizer kembali.
Pernikahan yang mencengangkan bagi semua undangan!
Anita mengambil alih posisi pimpinannya sejak beberapa hari lalu. Dengan kejadian malam ini, ia pun akhirnya tahu mengapa Mbak Ayu ingin pergi.
Pak Rahmat menjemput setelah mengantar atasannya pulang mendadak tadi. Ia ikut terenyuh melihatnya menangis sepanjang perjalanan.
"Mbak Anita, ada apa sih sebenarnya dengan Ibu Ayu? Acara pernikahan belum usai, kok tadi langsung pulang begitu saja?" tanyanya penasaran.
Anita menggelengkan kepala. Ia sedikit memahami kejadian besar saat acara baru di mulai. MC acara tidak berkutik lagi mengatur suasana pesta menjadi buyar.
"Entahlah, Pak Rahmat! Tiba-tiba saja banyak teriakan di pesta itu. Nona Veronica menuduh Mbak Ayu berselingkuh dengan tunangannya. Lalu bercerita Pak Michael dan Mbak Ayu pernah menikah 10 tahun lalu. Ternyata Alex itu putra mereka!"
Oh!
Tapi Pak Rahmat malah menganggukkan kepala terus menerus.
Anita langsung menegurnya. "Kenapa Pak Rahmat mengangguk begitu?" tanyanya bingung.
Tangan sopirnya terus bekerja, sepanjang mereka berbicara. Beberapa peralatan penting ditaruh di bagasi dan sebagian di dalam mobil. Semua akan ditaruh lagi ke kantor besok pagi.
"Maafkan mata tua ini, Mbak Anita. Tapi pantas saja jika Mas Alex itu putranya Pak Michael, paras wajahnya sama, hidungnya mancung dan kulitnya bersih begitu!" ujar Pak Rahmat penuh keyakinan.
Anita akhirnya ikut mengangguk juga. Bodohnya, baru menyadari itu sekarang.
Seharusnya ia tidak memaksa Mbak Ayu menerima penawaran tunangan Pak Michael menggelar pesta pernikahannya.
Anita jadi merasa bersalah.
Sementara di dalam kediaman Tuan Prasojo, kejadian mengerikan telah terjadi. Papa Prasojo nyaris terkena serangan jantung.
Beruntung peralatan medis dan obat-obatan sudah tersedia demi menyelamatkan pria paruh baya itu.
Michael tidak bisa mengejar Ayu selepas melihat seseorang yang dipanggil papa oleh wanita itu, kemudian berlari menghilang diantar sopirnya.
Bertiga dengan Sebastian dan Alano, ia mengangkat papa ke kamar utama. Dan Nyonya Catarina segera memanggil dokter pribadi keluarga mereka memeriksakan kesehatan suaminya.
Tuan Prasojo bersikeras tidak mau ke rumah sakit. Dokter datang langsung mengecek keadaannya.
Hasilnya, papa harus beristirahat total, tidak banyak pikiran yang menguras energinya lagi.
Pemeriksaan lanjutan harus tetap dilakukan di rumah sakit.
Nyonya Catarina setuju, membujuk suaminya melakukan hal itu jika situasi sudah tenang, pasca pernikahan putra sulungnya yang menghebohkan.
Michael menatap kedua orang tuanya penuh penyesalan. Gara-gara dirinya, papa harus menderita lagi.
Sebastian dan Alano mengajaknya keluar kamar, membiarkan Mom dan Dad istirahat.
Duduk di teras belakang, menatap kolam renang dan sisa-sisa dari perayaan pesta.
Semua melepaskan jas masing-masing, menyampirkan di belakang kursi.
Si bungsu Sebastian bergegas ke ruang tengah, mengambil 3 gelas kosong dan 1 botol minuman.
Alano mengambil beberapa snacks tersisa di meja prasmanan lalu menyajikan di meja mereka sendiri.
Michael masih berdiam diri, asap rokoknya membumbung tinggi. Bersama adiknya, ia seperti merasa bukan kakak yang baik bagi mereka.
"Bro, are you okay?" Sebastian menuangkan minum untuk mereka bertiga.
Michael menggelengkan kepalanya. Semua terjadi di luar rencananya.
Alano ikut duduk berdekatan, ia merasa bersalah telah berbuat curang memusuhi kakaknya dan Ayu, hanya demi wanita laknat itu!
"Maafkan aku, Michael! Kau memang benar, Veronica tidak baik untukmu, apalagi bagiku. Bagaimana bisa mengetahui kebusukannya, lalu tak kau hentikan segera hubungan dengannya?"
"Aku hanya ingin menghukumnya lebih keras lagi. Veronica bukan cuma wanita brengsek, tapi prostitusi peliharaan Bima Mahardika!"
"Oh! Pria yang menolong si jalang tercebur di kolam tadi?"
"Yeah, Sebastian! Beraninya ia datang ke pesta ini, jika bukan diundang Veronica!"
Tawa mereka bertiga pecah, menertawakan wanita jalang ketika meminta tolong untuk diselamatkan dari dalam kolam tapi tidak ada satupun yang ingin basah kuyup membantu dirnya.
Michael menyentak tangan Veronica begitu keras, tenaganya memang besar. Sang model keparat terlempar begitu saja, saat berusaha menarik lengan menahan pria itu mengejar Ayu.
"Kau pasti sengaja melakukan itu!"
"Aku tak peduli, Alano! Jika perlu aku yang akan menenggelamkan wanita busuk itu lebih lama lagi di dasar kolam!"
"C'mon Michael, cerita Veronica sudah tamat malam ini. Orang tuanya tadi terlihat tak mampu menahan malu, langsung pergi terbirit-birit pulang menyeret putrinya ke dalam mobil. Besok pasti ada banyak gosip, negeri ini gempar ternyata kau tidak jadi menikahi dirinya."
"Aku sengaja menghancurkan karirnya di sini dan luar negeri, Sebastian! Mucikari itu juga mengacak-acak bisnisku, mempengaruhi kolega di Eropa menyuguhkan beberapa wanita peliharaannya!"
"Kau jadi pergi ke Eropa?"
"Secepatnya, setelah Dad sehat kembali!"
"Bagaimana dengan Ayu, apa kau benar-benar telah menikah dengannya 10 tahun lalu? Dan Alex itu betul, putramu?"
"Aku tidak mengingatnya, sebagian memoriku hilang saat kecelakaan balap mobil di Amerika. Ayu memang serupa dengan Rara, gadis yang aku nikahi saat itu. Dan aku telah memintanya menggugurkan kandungannya, tidak tahu jika ia memang menginginkan bayi itu, demi dirinya sendiri."
"Kau yang brengsek, Michael! Seharusnya mengambil tanggung jawab yang sama saat itu. Aku tahu Alex itu memang putramu, saat melihat photo yang kau tunjukan kemarin. Anak kecil itu replika dirimu!"
Oh shit!
Sebastian lebih mengenal wajah putranya daripada dirinya. Adik bungsunya seperti Mom, peka terhadap sesuatu.
Sementara Michael dan Alano tidak peduli padahal mereka pernah melihatnya, malah Alano pernah makan siang bersama Alex dan Ayu.
Ia mengambil gawai dari sakunya, mencoba mengontak Ayu lagi. Tapi nomornya tidak bisa dihubungi malam ini. Akhirnya memutuskan membuka photo galeri.
Michael pernah mengambil photo Alex di sebuah toko buku saat pertama kali melihat di ruang kantor Ayu.
Mengikuti kemana anak kecil itu pergi yang ternyata adalah putranya sendiri.
Seandainya waktu dapat diputar kembali. Ia memilih untuk bersamanya, mencari buku kesukaannya, menikmati kehidupan bertiga dengan ibunya, Ayu Saraswati.
Sayang, semua sudah terlambat!
Michael tidak tahu. Ayu sudah pergi jauh meninggalkan negeri ini, wanita itu tak ingin bertemu dengannya lagi.
Membiarkan menelan kekecewaannya sendiri.
***