Chereads / Starlight In The Dark Night / Chapter 8 - Starlight - 06

Chapter 8 - Starlight - 06

Srek..

Sebuah buket bunga Seo Chan letakan diatas pusara makam milik mendiang kakek Ji Won. Dengan sosok Ji Won yanng berdiri tepat di sebelahnya sambil memandang batu nisan milik sang kakek.

"Selamat siang kakek. Hari ini aku datang mengunjungi kakek bersama dengan cucuk licik kakek yang selalu menindas ku setiap saat." Ucap Seo Chan yang di respon delikan mata kesal oleh Ji Won dan juga pukulan pelan pada bagian belakang kepalanya membuat dirinya langsung meringis.

Plak.

"Aish. Yak, Won-ah!" Ringis Seo Chan sambil menolehkan kepalanya kearah Ji Won, namun dengan cepat dirinya kembali menolehkan kepalanya kearah pusara makam. Mengubah ekspresi wajahnya menjadi terlihat menyedihkan.

"Kakek, lihat lah, cucuk licik mu ini kembali menindasku langsung di hadapan mu sekarang. Ayo kakek kau marahi Won-ah, seperti apa yang selalu kau lakukan setiap aku mengadu setelah di tindas oleh cucuk mu." Rajuk Seo Chan, mengadu dihadapan pusara makam kakek Ji Won.

Ji Won yang melihat Seo Chan mengadu di hadapan pusara makam sang kakek pun berdesis kesal.

"Aish, kau sudah bukan anak kecil lagi yang harus selalu mengadu kepada mendiang kakek ku!"

Seo Chan mencebikan bibirnya. "Biarlah, lagi pula sejak dulu hanya mendiang kakek lah yang selalu sayang dan membela diriku."

Mendengar perkataan Seo Chan, Ji Won pun memutar bola matanya malas meliat sikap kekanak-kanakan sahabatnya yang sudah tidak pantas bersikap seperti itu lagi di usia mereka saat ini.

Ji Won memilih untuk tidak merespon perkataan Seo Chan dan dirinya pun membungkukan tubuhnya kehadapan makam mendiang sang kakek, memberi penghormatan.

"Siang kakek, ku harap dari surga sana kau bisa sedikit merubah sikap kekanan-kanakan pria di sebelah ku ini yang selalu bersikap seolah-olah dirinya adalah cucuk mu."

Seo Chan langsung menyipitkan kedua matanya menatap Ji Won tidak senang.

"Yak! Aku memang cucuk, kakek!"

Ji Won berdecih sinis.

"Cih, keluarga mendiang kakek ku tidak menerima orang tidak suci seperti mu."

Seo Chan balas mendecih sinis.

"Cih, sok suci sekali dirimu. Padahal yang pertama kali memiliki kekasih dan sudah kehilangan ciuman pertamanya empat bulan lalu itu dirimu. Bagaimana bisa kau masih menganggap dirimu itu suci."

Ji Won membulatkan matanya kesal menatap Seo Chan dan lalu dengan cepat dirinya kembali membungkukan tubuhnya kearah pusara makam mendiang sang kakek.

"Kakek, jangan kau dengarkan perkataan asal pria di samping ku ini. Dirinya hanya asal berbicara tanpa memilikibukti kuat."

Seo Chan mengerutkan dahinya tidak senang.

"Yak! Kata siapa aku tidak memiliki buktinya? Aku sempat memfoto dirimu dan mantan kekasih mu saat sedang ber-mmffttt." Ujar Seo Chan terhenti saat tiba-tba saja Ji Won membekap mulutnya dan memaksa dirinya untuk ikut membungkukan badan seperti apa yang di lakukan oleh dirinya.

"Ku harap kau tidak menganggap serius omongan pria kekanakan di sebelah ku ini, kakek. Dia memang selalu mengatakan hal yang aneh untuk mendapatkan perhatian dari orang lain di sekitarnya." Ucap JI Won yang membuat Seo Chan kembali menyipiitkan kedua matanya tidak senang dan langsung membuka mulutnya untuk menggigit telapak tangan Ji Won yang tengah membekan mulutnya.

Kriek..

Ji Won yang merasakan gigitan cukup kuat pada telapak tangannya yang membekap mulut Seo Chan pun langsung meringis dan melepaskan bekapan tangannya pada mulut sahabatnya itu.

"Yak! Seenaknya saja kau berkata jujur kepada kakek! Aku kan sudah mengatakan padamu untuk tidak menyebar luaskan hal itu kepada siapapun, terutama kakek!"

Ji Won memutar kedua bola matanya malas.

"Kurasa semua orang juga sudah tahu kau selalu membuat masalah karena ingin mendapatkan perhatian dari mereka yang tidak bisa kau dapatkan dari kedua orang tua mu yang selalu sibuk berkerja."

Kedua tangan Seo Chan terlipat di depa dada sambil memasang raut wajah kesal.

"Ya, ku rasa apa yang kau katakan benar. Karena setiap aku selalu berbuat keributan mereka tidak pernah memarihi diriku sama sekali. Bahkan mereka hanya tertawa saja melihat diriku yang begitu amat sangat nakal dulu."

Decihan keluar dari bibir Ji Won, menatap Seo Chan dengan tatapan datar.

"Cih, dasar lambat!"

Seo Chan langsung membulatkan kedua bola matanya tidak terima. Baru saja dirinya ingin membalas decihan Ji Won, namun terurungkan saat Ji Won merangkulka tangan pada pundaknya untuk membungkukan tubuh kembali kehadapan pusara makam mendiang sang kakek.

"Kakek, kami berdua pulang dulu. Kami akan datang kembali lagi kesini untuk memperingati hari kematian kakek di tahun depan. Selamat tinggal kakek." Ucap Ji Won yang membuat Seo Chan degan sendirinya juga membungkukan tubuh memberi hormat.

Setelah itu Ji Won melepaskan rangkulan tangannya pada pundak Seo Chan dan berjalan lebih dulu meninggalkan pusara makam mendiang sang kakek.

Seo Chan yang melihat JI Won sudah berjalan lebih dulu meninggalkan dirinya pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuakn sang sahabat dan ikut melangkahkan kakinya untuk menyusul Ji Won.

"Yak! Won-ah. Berjalan sedikit pelan lah. Kau seperti sudah dikeja r-kejar oleh penagih hutang saja." Cibir Seo Chan sudah berhasil berjalan sejajar dengan Ji Won.

Ji Won hanya memilih tetap diam saja tidak merespo perkataan Seo Chan.

Seo Chan yang melihat Ji Won tidak merespon perkataannya pun menghela nafas panjang, lalu merentangkan kedua tangannya kebelakang kepala untuk saling bertautan.

"Apa kau marah karena aku mengatakan jika kau sudah pernah memiliki kekasih terlebih dulu dari pada diriku?" Tanya Seo Chan yang lagi tidak di respon oleh Ji Won. Seo Chan pun melirikan matanya kearah JI Won yang berjalan tepat di sebelahnya tanpa memasang ekspresi apapun diwajahnya.

Melihat Ji Won yang masih belum menjawab pertanyaannya, Seo Chan menghela nafas panjang dengan kedua bola matanya yang kembali melihat kearah jalan di depannya.

"Kau tidak perlu marah. Lagi pula kau yakin, dari atas sana kakek sudah melihatnya secara langung jika kau sudah pernah memiliki seorang kekasih." Ujar Seo Chan dengan santainya membuat Ji Won yang berjalan disebelahnya semakin terdiam.

Melihat Ji Won yang sama sekali tidak merespon perkataannya, membuat Seo Chan ikut memilih diam dengan menolehkan kepalanya kearah lain menikmati pemandangan yang tersaji di sepanjang jalan menuju rumah bibi Ji Won.

Sedangkan itu Ji Won yang menyadari jika Seo Chan ikut terdiam pun melirikan matanya diam-diam untuk melihat sahabatnya itu yang tengah menolehkan kepala kearah lain.

Helaan nafas panjang Ji Won hembuskan. Dirinya memilih diam bukan karena merasa kesal atas apa yang di lakukan ole Seo Chan saat di depan pusara makam mendiang sang kakek.

Hanya saja dirinya tidak ingin kembali mengingat kejadian itu lagi.

Kejadian yang hampir saja membuat diriya kehilangan sosok ceria dan menyebalkan Seo Chan.