Seo Chan yang pagi ini sedang berada di pasar untuk menemani Ye Ji tidak berhenti terkekeh saat satu persatu warga yang berjualan selalu menawarkan dirinya untuk mengambl barang dagangan mereka tanpa harus membayar sepeser pun.
"Chanie-yah~, pilihlah buah yang kau suka sesuka mu saja. Bibi akan memberikannya secara Cuma-Cuma hanya untuk mu." Ujar salah seorang warga yang menjual buah.
Seo Chan yang mendapatkan tawaran seperti itu pun meresponnya dengan kekehan sambil menundukan sedikit kepalanya.
"Hahaha kau tidak perlu repot-repot bi. Jika aku mengingan kan buah pasti aku akan membeli nya. Aku tidak ingin hanya mengambilnya dengan cuma-Cuma." Sahut Seo Chan yang di balas dengan decakan oleh bibi penjual.
"Tsk, kau sudah dengan siapa saja. Kami semua sudah mengenal mu sejak kau masih sangat kecil sekali. Jadi kau harus mengenyahkan perasaan tidak enak mu itu."
Seo Chan hanya membalasnya dengan cengiran lima jari andalannya saja.
"Baiklah bi kalau itu mau bibi. Aku akan mengambil satu buah pisang ini." Ujar Seo Chan sambil mengambil satu buah pisang, membuat bibi sang penjual sedikit meninggikan suaranya.
"Yak, jangan hanya mengambil satu buah saja. Kau harus mengambil satu sisir Chanie-yah~."
Tidak lama kemudian, sang bibi penjual mengularkan sebuah kantung plastik dan langsung memasukan satu sisir buah pisang yang tadi sudah diambil satu buah oleh Seo Chan.
Seo Chan yang melihat itu pun langsung membulatkan kedua matanya terkejut.
"Bibi kau tidak eprlu repot-repot mengambil satu sisir. Aku hanya ingin memakan satu buah saja." Ucap Seo Cha merasa sedikit tidak enak dengan bibi sang penjual.
Karena Seo Chan mengingat kenanagan saat dirinya kecil yang terkait dengan bibi penjual buah ini.
Dulu dirinya pernah dengan sengaja mencabuti tunas pohon pisang yang di tanam oleh sang bibi. Dan ditambah lagi, dengan tidak merasa bersalah dirinya pun juga mengambil sat sisir buah pisang yang masih berada di atas pohon tanpa meminta izin terlebih dulu.
Sang bibi penjual baru mengetahui saat Seo Chan baru saja akan pergi meninggalkan kebun dengan raut wajah senang tidak merasa bersalah sama sekali.
Dan yang membuat Seo Chan senang saat itu adalah karena sang bibi tidak memarahi dirinya sama sekali, melainkan sang bibi memarahi Ji Won yang sama sekali tidak melakukan kenakalan itu.
Seo Chan masih sangat mengingat kejadian memalukan itu setiap dirinya berkunjung ke sini, bertemu kembali dengan para warga yang semuanya sudah menjadi korban dari kenakalannya saat masih kecil.
"Ye JI-yah! Ini kau masukanlah ke kantung belanjaan mu. Chanie-yah masih berpura-pura merasa malu untuk menerima buah ini dari diriku." Ucap bibi penjual buah kepada Ye Ji yang tengah berjalan menghampiri tempat jualannya, membuat Seo Chan yang mendengarnya mengulaskan senyum meringis kecil diwajahnya.
Ye Ji yang mendengar perkataan bibi penjual buah dan melihat reaksi yang tercetak di wajah Seo Chan pun terkekeh pelan.
"Bibi kau seperti tidak tahu sifat Chanie setelah beranjak dewasa. Dia menjadi pemalu sejak duduk di bangku sekolah menengah atas." Sahut Yeji yang membuat Seo Chan diam terperangah di tempatnya.
Sedangkan bibi sang penjual tergelak geli mendengar perkataan Ye Ji.
"Ya kau benar. Sifatnya sudah benar-benar berubah dari saat dirinya masih kecil."
Seo Chan yang mendengar perkataan bibi penjual pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena merasa malu saat sang bibi penjual dan Ye Ji membicarakan kembali sifat nakalnya saat masih kecil.
"Ah, bibi sudah lah. Mengapa kalian jadi menggoda ku." Ujar Seo Chan yang semakin membuat sang bibi penjual buah tergelak, sedangkan itu Ye Ji terkekeh geli melihat ekspresi wajah yang di tercetak di wajah Seo Chan saat ini.
"Baiklah, baiklah, bibi tidak akan membahas mengenai sifat nakal mu saat masih kecil. Namun bibi yakin semua warga disini pasti tidak akan pernah lupa dengan sifat nakal mu itu dulu." Sahut sang bibi penjual sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
Ye ji yang sedikit merasa kasihan dengan Seo Chan karena bibi penjual terus membahas perihal sifat nakal yang dimiliki oleh pemuda di sampingnya pun memilih untuk berpamitan dengan bibi penjual buah.
Seo Chan yang melihat Ye Ji sudah berpamitan dengan bibi penjual buah dan berjalan menjauh dari tempat dagang bibi itu pun menghela nafas lega. Membuat Ye Ji yang menyadari pemuda itu menghela nafas lega sedikit terkekeh.
"Yang di katakan oleh bibi tadi benar. Semua warga yang ada disini pasti tidak akan lupa dengan sifat nakal yang kau miliki saat masih kecil dulu." Ujar Ye Ji membuat Seo Chan menghela nafas panjang.
"Yah, bibi benar. Aku pun berfkir seperti itu. Mengingat betapa nakalnya diriku saat dulu. Sekarang saja saat mengingat hal itu membuat diriku merasa malu." Sahut Seo Chan yang mengulurkan kedua tangannya untuk menutupi wajahnya.
Ye Ji yang melihat pun terkekeh geli. "Hahaha, kenapa kau harus merasa malu? Bukan kah itu hal yang menakjubkan karena dirimu akan selalu diingat oleh para warga disini?" Tanya Ye Ji dengan nada menggoda, membuat Seo Chan semkain merasa malu.
"Ah bibi, berhetilah menggoda ku!" Jawab Seo Chan sambil memasang raut wajah tidak senang.
Masih sambil terkekeh, Ye Ji mengulurkan sebelah tangannya untuk menepuk-nepuk sebelah pundak Seo Chan.
"Baiklah, baiklah. Bibi akan berhenti untuk menggoda mu."
Helaan nafas lega pun Seo Chan hembuskan.
"Ayo, sekarang temani bibi ke toko baju. Ada baju yang ingin beli untuk kau dan Won-ah."
Seo Chan membulatkan kedua bola matanya setelah mendengar perkataan Ye Ji.
"Bibi, kau tidak perlu repot membeli pakaian untuk diriku dan Won-ah. Justru seharusnya kami berdua lah yang membawakan bingkisan untuk bibi." Ujar Seo Chan dan di balas dengan gelengan kepala oleh Ye Ji.
"Tidak, tidak. Bibi sama sekali tidak merasa di repotkan. Justru bibi yang merasa tidak enak karena setiap kalian berkunjung kesini kalian selalu membawakan barang-barang untuk bibi dan juga warga yang ada disini."
Seo Chan menggelengkan kepalanya cepat. "Itu memang sudah seharusnya kami lakukan bi. Karena kami memang sudah seharusnya kami lakukan bi. Kami hanya bisa berkunjung saat peringatan hari kematian kakek saja."
"Sudahlah, ayo kau temani bibi ke toko pakaian milik keluarga Son. Mereka saat ini juga sudah menyediakan pelayanan online untuk para pembeli yang tidak berada di pulau ini." Ujar Ye Ji membuat Seo Chan membulatkan kedua matanya takjub.
"Wah benarkah bi? Berarti aku dan Won-ah bisa membeli pakaian di toko mereka tanpa harus datang kesini secara langsung."
Ye Ji menganggukan kepalanya cepat. "Ya benar itu. Maka dari itu ayo kita kesana. Kau bisa bertanya-tanya lebih kepada mereka."
Seo Chan pun balas menganggukan kepalanya bersemangat merespon perkataan Ye Ji.
"Baik bi."