"Chanie-yah, malam ini kau ingin makan apa? Bibi akan buatkan apapun makanan yang kau ingin kan."
Seo Chan yang baru saja keluar dari kamar sementaranya langsung mengulaskan senyuman lima jari mendengar pertanyaan dari bibi Yeji .
Sedangkan itu Ji Won yang mendengar pertanyaan sang bibi dan juga melihat respon yang tunjukan oleh Seo Chan langsung mendengus kesal dan menimpali.
"Dia pemakan segalanya. Jadi bibi memasak apa saja, pasti dirinya akan langsung menghabiskannya tanpa tersisah." Ujar Jiwon menimpali pertanyaan sang bibi yang langsung membuat dirinya mendapatkan pukulan kasih sayang pada pungungnya dari sang bibi.
Plak..
"Won-ah, kau tidak boleh berkata seperti itu pada Chanie. Bagaimana pun juga Chanie sudah menghabiskan waktu perjalanan cukup lama untuk bisa sampai kesini." Ucap Bibi Yeji setelah memukul punggung Ji Won dengan penuh kasih sayang.
Ji Won yang punggung nya baru saja di pukul oleh Yeji pun langsung mendesis sambil mengusap punggung belakangnya.
"Bibi, aku juga datang bersama dengan dia, tapi kenapa kau tidak menanyakan diri ku ingin memakan menu apa malm ini?" Tanya Ji Won dengan mata mendelik sebal pada sang bibi.
Yeji yang mendengar pertanyaan sang keponakan pun menggelengkan kepalanya sambil berdecak sebal.
"Kau itu pemakan segala, jadi bibi tidak perlu repot-repot menanyakan dirimu ingin memakan menu apa malam ini, karena menu apa saja yang ada diatas meja kau akan memakannya sampai habis." Jawab Yeji membalikan perkataan Ji Won, membuat Ji Won berdesis sebal karena perkataannya tadi di putar balik kembali oleh sang bibi.
Seo Chan yang sedari tadi memperhatikan pertengkaran antara Ye Ji dengan Ji Won pun menahan suara tawanya agar tidak di sadari oleh Ji Won. Namun sayangnya saat itu Ji Won melirikan mata kearahnya, jadi sahabatnya itu mengetahui jika dirinya tengah tertawa melihat pertengkaran antar bibi dan keponakan di hadapannya saat ini.
"Tsk! Kau jika ingin tertawa, tertawalah! Melihat mu menahan tawa sepert itu membuatku semakin kesal!" Decak Ji Won sambil melemparkan sebuah kain di dekatnya kepada Seo Chan.
Namun dengan refleks, Seo Chan langsung menangkap kain tersebut sebelum sampai mengenai wajahnya.
Ye Ji yang melihat Ji Won melemparkan kain kearah Seo Chan pun kembali melayangkan pukulan kasih sayang pada punggung keponakannya itu.
Plak!
"Aish, bibi kenapa kau memukul punggung ku lagi? Aku tidak melakukan apa-apa." Desis Ji Won yang di respon dengan pelototan mata oleh sang bibi.
"Kau bilang kau tidak melakukan apa-apa? Sudah sangat jelas kau tadi melemparkan kain ke wajah Chanie!"
Ji Won memutar kedua bola matanya malas. "Tapi kain itu tidak jadi terkena ke wajanya bi."
Ye Ji menghela nafas panjang. " Kau ini. Cepat sana mandi, jika ingin mendapatkan bagian untuk makan malam."
Ji Won hanya berdeham saja merespon perkataan Ye Ji, lalu beranjak dari duduk nya. Saat dirinya berjalan melewati Seo Chan, Ji Won pun langsung mengambil kain yang masih di pegang sahabatnya itu dan langsung mengarahka kain itu untuk membekap wajah Seo Chan dan setelah itu dirinya langsung berlari memasuki kamarnya, tidak menghiraukan teriakan Ye Ji yang memanggil namanya dan juga kekehan Seo Chan.
"Son Ji Won!"
***
Seo Chan dan Ji Won yang baru saja selesai menyantap makan siang, kini duduk bersamaan di tapan bambu ang berada di halaman rumah milik Ye Ji. Mereka dapat melihat beberapa warga pedesaan yang masih beraktivitas melewati rumah.
Ji Won yang melihat Seo Chan membawa piring kecil berisikan potongan buah pun, mengulurkan sebelah tangannya untuk mengambil potongan buah tersebut dan melahapnya dalam satu kali suapan.
Sedangkan itu Seo Chan memilih merebahkan tubuhnya untuk menatap langit malam yang di hiasi oleh gemerlap bintang-bintang.
"Hah, aku benar-benar sangat merindukan suasana malam disini. Aku bisa dapat melihat bintang-bintang, samar-samar mendengar deburan ombak di pantai dan juga merasakan semilir angin laut." Ujar Seo Chan sambil memejamkan kedua matanya.
Ji Won yang mendengar perkataan Seo Chan melirikan matanya kearah sang sahabat dengan sebelah tangannya yang kembali mengambil potongan buah apel.
"Sok puitis sekali dirimu. Sebenarnya dari atap club malam kau bekerja pun, kau masih bisa melihat gemerlap bintang-bintang seperti ini. Jadi jangan terlalu berlebihan." Sahut Ji Won yang langsung membuat Seo Chan membuka kedua matanya dan memasang raut wajah tidak senang.
"Tidak bisakah kau sesekali tidak mengomentari apa yang aku katakan?" Tanya Seo Chan dengan nada sinis.
"Tentu saja tidak bisa. Karena setiap kata-kata yang keluar dari bibir mu itu selalu mengundang untuk di komentari." Jawab Ji Won dengan begitu cueknya. Seo Chan hanya merespon perkataan Ji Won dengan dengusan malas.
Suasana hening kini mulai menyelimuti diantara Ji Won dan Seo Chan. Ji Won yang sedang sibuk memakani potongan buah apel, sedangkan itu Seo Chan yang fokus menatap keatas langit.
"Yak, Won-ah." Panggil Seo Chan tanpa mengalihkan kepalanya dari langit.
"Heemm." Balas Ji Won dengan dehaman dan tanpa menolehkan kepalanya kearah Seo Chan.
"Besok kita akan menghabiskan waktu kemana? Kita masih memiliki waktu dua hari disini."
JI Won yang mendengar perkataan Seo Chan pun akhirnya melirikan matanya sebentar ke arah sahabatnya itu.
"Besok pagi aku akan menghadiri meeting pagi terlebih dulu sampai sebelum jam makan siang." Jawab Ji Won yang langsung membuat Seo Chan kini menolehkan kepala kearahnya dengan ekspresi tidak percaya tercetakjelas di wajah sahabatnya itu.
"Bukankah kau sudah mengambil izin cuti selama tiga hari? Kenapa kau masih harus menghadiri meeting pagi??" Tanya Seo Chan dengan nada tidak senang.
"Aku harus tetap mengikuti meeting pagi, karena perusahaan memiliki projek baru dan aku pun harus ikut terlibat dalam projek tersebut." Jawab Ji Won sambil mengangkat kedua bahunya acuh.
Seo Chan menghela nafas kasar mendengar perkataan Ji Won.
"Seharusnya kau bisa menolak untuk tidak terlibat dengan projek baru mereka. Bukan kah masih banyak karyawan disana? Jangan harus selalu dirimu jika ada projek baru."
Ji Won kembali mengangkat kedua bahunya acuh.
"Tentu saja aku tidak bisa menolak nya bodoh, karena Kwon-Sajang nim sendiri yang meminta ku secara langsung."
Seo Chan langsung memutar kedua bola matanya malas.
"Kau kan tingal menolaknya saja. Tinggal bilang saja kau memiliki banyak pekerjaan jadi tidak bisa memegang projek kali ini"
Bletak!
Dengan cepat Ji Won mengulurkan sebelah tangannya untuk menjitak Seo Chan cukup kuat. Membat sahabatnya itu kini meringis merasakan jitakan darinya.
"Yang ada aku akan di pecat dari perusahaan, bodoh!" Desis Ji Won menatap Seo Chan sinis.
Sedangkan itu Seo Chan balas berdecak kesal.
"Kau tidak mungkin di pecat. Jika kau sampai di pecat hanya karena hal itu, maka mereka semua bodoh sudah menyia-nyiakan dirimu."
Ji Won menaikan sebelah alisnya menatap Seo Chan sangsi.
"Jika mereka semua bodoh lalu kau apa? Ditawarkan mendapatkan posisi meyakinkan di perusahaan tapi malah kau sia-sia kan hanya untuk dapat hidup bebas di luaran."
Seo Chan mengibas-ngibaskan sebelah tangannya.
"Aku bukan menyia-nyiakannya. Hanya saja aku ingin memberikannya kepada orang yang layak untuk mengisi posisi tersebut. Dan ternyata aku sama sekali tidak salah pilih, kau lah yang lebih pantas mengisi posisi itu."
Helaan nafas panjang , Ji Won hembuskan dan sebelah tangannya terulur untuk mengacak-ngacak puncak kepala Seo Chan.
"Besok pagi kau ikutlah bibi pergi ke pasar terlebih dulu, setelah itu baru kita akan pergi bersama." Ucap Ji Won masih sambil mengacak-ngacak puncak kepala Seo Chan.
"Heemm.." Seo Chan yang mendengar perkataan Ji Won hanya berdeham cuek. Karena dirinya sedang merasa kesal dengan Ji Won yang masih mengurusi pekerjaan kantor meski di saat tengah mengambil cuti seperti saat ini.