Chereads / The Mistake (balas dendam) / Chapter 7 - 07 Perang Pagi Hari?

Chapter 7 - 07 Perang Pagi Hari?

"Kamu yakin? Jangan main-main Mr Jinan, aku bisa berbalik menjadi orang yang menyusahkanmu. You know, aku dan kamu orang yang belum saling mengenal baik. Tak akan pernah ada yang menyangka sesuatu memenuhi pikiranku."

Ucapan Lyra langsung direspon Martin mengangkat bahu cuek. Kemudian terkekeh, ia bisa lakukan apapun. Well, minimal bisa mengusahakan yang terbaiklah.

Si orang sok polos ini sangat mudah untuk masuk ke permainannya. Kekuasaan uanglah yang bicara. Tak harus repot-repot berpikir.

"Kamu yang harus hati-hati, mumpung aku masih baik. Aku yakin sekarang kamu sedang masa subur. Kalau hamil, siapa yang akan tanggung jawab kalau bukan aku?"

Martin menyeringai setelah mengatakan hal tersebut. Lyra berpikir sempit seperti kost. Ia sendiri yang bilang hidup diluar sulit, namun nyatanya malah buat ia kesal. Tak menutup kemungkinan Martin marah lalu setelahnya bilang tak akan ambil pusing terhadap hal yang terjadi.

Mau Lyra hamil atau apapun itu bukanlah urusannya. Atau yang lebih kejam, Martin membuat Lyra keguguran. It's easy.

Memang, sekali berbuat belum tentu berhasil, namun setidaknya Lyra dapat berpikir jernih. Berporos ke depan dong!

Sudahlah jelek, setidaknya ada satu bagian menonjol.

Toh Lyra pun anggap Martin kejam. So why, tinggal realisasikan kok.

"Aku tak peduli kamu setuju atau tidak, yang jelas kamu harus ikut. Ingin ku bongkar bahwa kamu tak perawan lagi? Kalau kamu hamil, itu akan lebih merepotkan," ujar orang tersebut.

Tangan bersedekap di dada, angkuh dan aura menantang. Sangat mengintimidasi. Orang bawah akan terus tertindas, itu adalah 'janji lahir' kalangan yang tak mampu berbuat apa-apa, tak bisa tidak.

Takdir mereka adalah untuk hal tersebut.

Lyra tak terima, sejak ditipu nikah, hidup terasa diambang-ambang kematian. Ngenes sampai ke aliran darah. So hard.

Sekarang sekali lagi perempuan tersebut menguap. Lalu hendak pergi untuk berlabuh ke pulau kapuk. Yang dipikiran Lyra adalah tidur.

"Oke, yang kau sebut tadi adalah spesialisasiku. Semakin kesini, aku pikir bahwa tak sepenuhnya introvert. Aku bisa seimbang dan fleksibel. Sekarang aku boleh tidur kan? Dimana kamarku?"

Santai cara orang tersebut berucap. No problem, kalau sudah terlanjur berada di keadaan tersebut mau nangis darah pun tak akan bisa kembali. Lyra yang salah sebab menantang Martin.

"Sudah selesai makannya?"

"Em," ujar Lyra.

Sungguh, ia sangat ingin tidur. Sudah ngantuk.

Reaksi tubuh pun bilang begitu. Dari tadi nguap terus.

Martin yang memimpin seperti yang sudah-sudah untuk menunjukkan kamar. Nah, Lyra sih tinggal ikut. Menjadi hewan kekang yang dibawa oleh sang majikan.

Ceklek.

Mata sipit Lyra membelalak lihat nuansa kamar gelap. Aroma maskulin langsung tercium. Ini jelas kamar lelaki.

"Ini kamarmu?"

Martin gemas dengar pertanyaan Lyra. Sejauh ini hubungan mereka baik, perempuan tersebut tak menunjukkan tanda-tanda marah, malu dan tak nyaman walau setelah hubungan intim mereka.

Hal inilah yang Martin suka dari Lyra. Orang ini diam-diam menghanyutkan.

Atau justru perempuan tersebut nagih ke permainan panas yang belum lama terjadi?

Well, itu bagian menarik.

Lyra tarik napas panjang kemudian dihembuskan perlahan. Terlihat lelah.

"Ck, aku mau kamar layak. Berhubung sangat ngantuk aku tidur di sofa. Gak apa-apa kok, tidur dilantai pun aku pernah," celutuk perempuan tersebut.

Ia teringat saat bangun ternyata sudah di lantai. Entah jatuh pas tidur dari jam berapa yang jelas gak kebangun. Terkadang Lyra berpikir kalau terjadi gempa, banjir bandang atau gunung meletus, ia tak akan tahu kalau sudah mati.

Bangun-bangun sudah berada di alam lain.

Untuk itu masalah tidur mah tak repot.

Saat ingin pergi... tiba-tiba tangannya ditarik.

"Tidur di kasur, kalau tidak aku akan memperkosamu sekarang."

Lyra bergidik ngeri. Selangkangan masih sakit terus mau digempur lagi?

Mustahil, yang ada ia pingsan ditempat.

Orang tersebut menatap kesal yang kemudian berdecih. Setelah itu pun ngomong untuk respon ucapan Martin.

Sekarang Lyra tahu siapa yang gila. Mereka berdua!

"Awas kamu macam-macam, aku gak mau jadi wanita simpanan. Besok gak mau tahu, kita harus nikah," putus Lyra.

Ia ingin status yang benar, walau sudah tak perawan Lyra tak mau jadi bahan pergunjingan. Mana ada orang yang tak ada hubungan apa-apa tinggal satu atap?

Terlebih orang polos dan baik model Lyra. Sangat jauh.

Kecuali memang wanita simpanan.

Martin mengangkat bahu acuh kemudian bicara. Itu bukanlah hal sulit untuknya.

"Oke, dengan satu syarat, kamu harus ikut semua perkataanku. Kalau tidak, akan ku buat kau menderita," ujar Martin yang langsung dapat respon Lyra mencak-mencak.

Tapi ya gimana, Lyra sangat ngantuk. Kalau belum tidur sudah pasti ia 'pingsan.'

"Iya," ujar Lyra sambil menuju kasur.

Setelah ia pikir-pikir, kegiatan yang belum lama terjadi tadi sangat menyenangkan. Saat tertarik akan sesuatu, disanalah posisinya.

Sebuah kegiatan panas.

Tapi tidak, Lyra hanya ingin tidur. Tak ingin berpikir soal apapun. Tidur nyenyak... Lyra datang.

Martin tiba-tiba menggeleng. Saat ia lihat si anak nakal Lyra sudah tidur nyenyak di tempat tidur yang biasa ia tempati. Bagi Martin Lyra masih anak-anak, yang sebenarnya orang dewasa bersikap seperti anak kecil.

Tak ada hal menggemaskan dari orang itu sih, Martin hanya cukup tertarik.

Tanpa berpikir soal apapun Martin pun langsung menghampiri Lyra kemudian menarik tubuh orang tersebut untuk ia peluk. Ada kesan aneh dari Lyra. Ibarat Lyra adalah zat yang buat nagih. Bisa kafein yang memang Martin suka.

Hal itulah yang Martin rasakan. Orang tersebut unik walau tak enak dipandang.

Well, ini adalah awal pertama Martin mengajak perempuan tidur dikamar pribadi. Saat bermain bersama para perempuan, Martin pakai kamar lain.

"Bersiaplah sayang, besok aku akan permak penampilanmu agar lebih cantik." Tangan Martin terulur untuk usap kepala lyra. Entah kenapa senyum bertengger manis di wajah yang biasa dingin tersebut.

Lyra sama sekali tak tunjukkan tanda-tanda akan bangun. Memang kebo.

"Sebenarnya kamu indah kok, cuma tak suka ngurus badan," ujar Martin yang ambil kesempatan kecup leher calon istrinya tersebut.

Bau khas yang walaupun tanpa parfum membuat Martin ketagihan. Lyra adalah orang pertama yang ia perawani. Lalu sensasi yang tercipta membuat ia senang.

"Dasar, kalau gini, mau aku perkosa pun kebo ini gak akan bangun."

Setelah berucap begitu Martin menenggelamkan diri ke ceruk leher sang perempuan, memeluk dan menyusul Lyra ke alam istirahat sementara.

***

"Euungghh," Lyra menggeliat saat baru bangun tidur.

Eh, kok ada yang aneh?

Seperti ada seseorang yang memeluk pinggangnya. Who?

Perempuan tersebut berbalik, disana nampaklah wajah polos Martin Jinan. Orang dingin itu gemas saat tidur begini. Sayang saat bangun menyebalkannya minta ampun.

Lyra lapar, ia ingin makan. Ia pun lihat jam, ternyata baru pukul 06.30. Ini adalah rekor terlambat ia bangun. Biasanya selalu bangun jam 04.00, kalaupun bergeser paling jam 05.00. Wah... jadi begini toh rasanya bangun telat.

Membanggakan diri bentar. Eaak.

"Lapar," gumam Lyra pelan.

Ia mau makan sesuatu. Belum hafal sih seluk-beluk rumah mirip istana tersebut. Tapi toh ada asisten rumah yang bisa ia tanyai.

Perempuan itu bangkit, sayangnya tak bisa saat pinggangnya seperti ditarik magnet. Dasar, kalau begitu bagaimana ingin makan?

"Ih lepas gak, dasar kebo!"

Akan bagaimana...?

*****