Chereads / The Mistake (balas dendam) / Chapter 10 - 10 The Wedding Day (terjadi?)

Chapter 10 - 10 The Wedding Day (terjadi?)

"Terima kasih, aku tak tahu kenapa mengatakan ini tapi aku sungguh ingin bilang terima kasih," ujar Lyra tulus.

Ia belum menyukai Martin, akan tetapi setidaknya cukup merasa nyaman. Itu cukup.

"Sudah, ayo."

Rasanya seperti euforia saat Martin pegang tangan Lyra. Menuntun orang tersebut seperti princess yang menggelar pernikahan bersama prince.

Wow, Lyra tak habis pikir, ia benar-benar menikah?

Bangunkan Lyra kalau ini mimpi 'buruk,' tapi, kenyataannya itu adalah dream high!

Mata perempuan tersebut tatap lurus sang ibu yang tersenyum padanya. Lyra tahu, hidup kedepan tak seindah yang ia pikir. Hanya, untuk kali ini biarkan ia menikmati momen-momen berharga sebagai seorang perempuan.

Itu lebih menarik dari hal yang ia mau.

Tak terasa acara nikah berjalan lancar, so, Lyra benar berubah status?

Eits tak boleh bertanya, yang harus ia lakukan sekarang adalah bersyukur. Momen terbaik yang pernah ada dalam hidup orang tersebut.

Sesaat Lyra bertemu pandang ke Denes. Oke, sekarang waktunya balas.

Langkah Lyra pasti untuk menghampiri Denes Alkhair. Lantas tak lama kemudian Lyra pun tersenyum ramah, sang kakak pegang tangan Mr Alkhair tersebut posesif.

Pamer, takut ditikung atau sok?

"Mau kemana sayang?"

Lyra kaget saat tiba-tiba Martin sudah disamping. Loh, kapan orang itu datang?

Sudah mirip hantu.

Lyra terlihat biasa yang kemudian tersenyum. Bagus, akan lebih baik kalau Martin ikut dalam misi 'sakral' tersebut.

Bagus lho, makin baik efek yang akan tercipta nantinya.

"Go."

"Hai Kak," ujar Lyra. Ia tatap lurus sang kakak.

Sebelum ini Lyra tak pernah tindakan macam-macam. Lebih sering nunduk ketimbang bertatapan langsung dengan sang kakak.

"Selamat Ly, aku pikir kamu gak akan nikah."

Lyra tersenyum misterius. Kakaknya ini serius tak suka dengannya. Why, Lyra toh jelek.

Apa justru oleh sebab jelek itulah sang kakak ilfeel?

Serba salah dong. Jelek salah, apalagi cantik. Makin marahlah orang tersebut.

"Nikah kok Kak, jangan khawatir. Ngomong-ngomong, terima kasih untuk perhatiannya."

"Sudah jebol belum Jane? Semalam Denes pergi ke kamar Lyra, oleh sebab itu aku bawa ke mansion. Takut suamimu nyesal sudah meninggalkan permata tersembunyi ini. Lebih wow permata alami daripada yang dipoles."

Untuk kesekian kalinya Lyra kaget saat Martin memeluk posesif. Aduh, aura orang ini kok seram?

Meski begitu Lyra berusaha terlihat normal, well, balas dendam ini tak menarik kalau tidak pakai bumbu pelengkap.

Harus alamiah.

Wajah Denes sontak memerah. Barusan ia diserang oleh orang yang belum terlalu lama ia buang seperti sampah dan musuh bebuyutan?

Feat Martin Jinan?

Wow.

Denes bersmirk. Ia tahu, Martin hanya sedang berpura-pura agar ia jealos, menyesal, kesal, marah sampai ke rasa-rasa lain sejenis.

Trik murahan. Tak semudah itu baby bear.

"Wow, aku terkesan. Lyra tak berarti apa-apa, jangan berpikir aku mudah terjebak ke drama tak berkelas kalian. Sok tinggi, bagiku kalian bukanlah hal yang harus membuatku khawatir."

Denes terlihat peluk posesif pinggang sang istri. Gantian. Denes imbang, tidak seperti Lyra yang kentara sering kaget. Namun jujur, bagi Denes reaksi tersebut imut. Natural.

Lebih gemas lihat orang polos, Denes bosan yang model savage dan langsung main serang. Tipe setiap individu beda satu sama lain.

Jane tersenyum. Tadinya ia ingin mengkick orang tersebut, namun tak terjadi sebab Denes bisa melakukan apapun. Inilah daya tarik seorang Denes Alkhair.

Perang dingin mereka satu sama.

Giliran Lyra yang bersmirk. Ia ingin coba beberapa hal.

"Oh, kenyataannya aku sudah memiliki nama keluarga. Jangan meremehkanku, Mr Alkhair, sekarang tak ada lagi orang polos dulu. Lihat yang bisa orang sepertiku perbuat," ujar Lyra tajam.

Mudah buat Denes tersinggung. Sudah Lyra bilang, itu adalah spesialisasinya. Mulut pedas. So, lihat lebih baik, jangan lihat pakai sebelah mata.

Meremehkan?

Buka mata lebar-lebar!

"Kau."

Jane hendak marah, sayangnya ibu dan ayahnya sudah lebih dulu datang. Alhasil orang tersebut pun urung lakukan hal tersebut. Selain itu Denes pun siap-siap tahan niat Jane.

Sifat inilah yang kurang Denes suka dari Jane. Orang itu terlalu cepat marah. Emosi negatif penuh hingga banyak celah untuk ngamuk.

Sewaktu-waktu mereka pasti bertengkar. Penyebabnya apalagi kalau bukan sifat buruk tersebut.

"Lyra dan Martin, semoga kalian langgeng sampai maut memisahkan," ujar ibu Lyra terlihat berbinar.

Hal yang buat Lyra merasa bersalah, apa benar yang ia lakukan sekarang?

Bohong, ia dan Martin tidak menikah sebab suka sama suka. Bukan seperti Denes dan Jane yang setidaknya saling mencintai.

Mengesampingkan hal-hal yang menganggu pikirannya, Lyra pun berucap. Tak harus baper, mulai sekarang ia adalah seorang figuran.

"Terima kasih Bu."

Tak hanya Lyra, Martin pun melakukan yang Lyra perbuat, memperbagus kisah pembohongan massal.

Apakah harus begini?

Kenapa!?

Denes tersenyum lihat interaksi orang-orang dihadapannya. Saat ini ia ingin tes Lyra dan Martin, kelihatannya pasti bagus.

Kebetulan, ia pun masih ingin mencicipi bibir manis yang entah kenapa ganggu pikirannya. Apakah sang 'adik ipar' pakai jimat untuk pikat Denes?

Lyra mengandung zat adiktif.

Apalagi sekarang perempuan itu terlihat lebih cantik. Lihat, wajah tersebut bersinar walau baru kemarin ia lihat pakai makeup.

Saat para orangtua sibuk, Denes pun menghampiri Lyra yang kebetulan tengah makan.

Jane pun sedang tak ada ditempat tersebut.

Tubuh Lyra tegang saat merasa ada seseorang yang sentuh lengannya. Saat dilihat ternyata orang tersebut adalah Denes.

Oh, harus mulai drama sekarang?

"Kya...!"

Denes sontak lepas tangan orang yang ia pegang. Apa-apaan sih!

Belum juga skinship berat sudah main teriak.

"Mr Alkhair?"

Lyra bersmirk, dalam hati menyebut, 'kena.'

***

"Apa yang kau lakukan?" Martin bertanya cukup nyaring, sehingga tamu undangan melihat hal tersebut. Tertarik adalah alasan utama.

Jadi pusat. Bagus sekali.

Memang tak banyak sih tamu yang datang sebab pernikahan terlalu mendadak. Resepsi sesungguhnya belum mulai. Walau bagaimanapun, jangan remehkan kekuatan mulut ember.

Berita apapun bisa menyebar kapan saja.

"Tidak, istrimu saja yang berlebih. Aku tidak melakukan apapun."

"Enak aja, jelas-jelas kamu megang tangan aku. Nyesel ya nipu aku nikah? Awas hati-hati, kamu bermain-main dengan pernikahan, tak ada yang tahu karma seperti apa yang ku dapatkan nanti. Lihat, walau aku ditipu ternyata dapat pengganti yang lebih baik dari kamu."

Tak terima. Jane pun langsung menghampiri sang adik. Emosinya sudah di ubun-ubun, ingin langsung bungkam mulut orang yang dulu tak pernah bicara tersebut.

Dasar, berarti selama ini Lyra cuman bunglon. Sok polos padahal licik. Perempuan ular!

"Apa kamu bilang? Jangan kecentilan deh."

"Jane, jaga sikap kamu," tegur sang ayah.

Pernikahan itu akan kacau?

Tak ada yang tahu pasti.

Jane tentu tak terima. Selama ini sang ayah tak pernah berucap tajam. Orangtua itu tegas namun jelas bukan ini yang terjadi. Dasar, apa-apaan sih!?

"Bukan aku yang salah Yah."

Setelah dengar Lyra bilang itu Denes pun langsung tatap tajam ke 'calon korbannya.' Lihat, setelah ini jangan harap bisa hidup tenang. Denes pastikan orang itu habis ditangannya. Tak akan Denes biar terjadi hal buruk!

Kalau ada orang yang tumbang, orang itu adalah Lyra!

Harus!

*****