Tuh kan udah teriak. Lyra tak habis pikir, ia tengah bersama orang atau devil tukang tidur?
Sret.
Bruk!
What happen?
Berhasil lepas, cuman nasib kurang baiknya, sekarang Lyra malah jatuh. Ini kenapa sih!?
Kalau tahu tidur dekat orang asing yang sialnya mengambil keperawanan sendiri susahnya minta ampun, Lyra lebih baik tidur diluar. Gak apa-apa kok di sofa, asal ada kain.
Serius.
Setelah meringis, Lyra pun elus bokongnya yang sakit.
Orang itu terpaku saat lihat sebuah tangan tepat dihadapannya, seperti seakan-akan ingin menolong ia untuk bangkit. Milik Martinkah?
"Gak masalah, aku bisa sendiri. Aku lapar, mana dapur. Tenang aku bisa masak kok," ujar Lyra cuek. Sok jual mahal sampai tangan Martin mengambang di udara.
Lyra tak lihat Martin sedikitpun. Benar-benar kan si Lyra?
Ck, ck, ck. Apa kabar emosi Martin?
Sebelumnya tak ada orang yang bersikap begitu padanya!
Terutama perempuan!
"Gak usah, biar asisten rumah yang melakukan itu."
Dahi Lyra menyeryit saat tiba-tiba si 'orang asing' Martin tarik tangannya. Tak terelakkan ia pun menubruk dada orang tersebut. Ambil kesempatan dalam kesempitan nih.
Lyra yakin.
"Dasar tukang ambil kesempatan. Sudah, aku lapar."
Niatnya mau ngomel, namun yang terjadi adalah wajah Lyra berubah warna saat Martin mengecup singkat bibirnya.
So sweet...?
No.
Jantung Lyra berperang. Dag, dig, dug.
"Ayo."
Shit, ini kenapa Lyra jadi baper?
Dasar bodoh. Orang asing tersebut cuman ingin memanfaatkan, tak lebih. Lyra sebegitu mudah masuk perangkap?
Itu adalah hal terburuk dalam hidupnya.
Belum sampai ke dapur, seorang perempuan langsung menghambur ke pelukan Martin. Sudah Lyra duga, presdir yang saat bercinta sangat panas ini memiliki banyak pengalaman.
Kecuali sering nonton hal-hal berbau negatif. The example, the film blue.
Wow, saat ini Lyra ditatap horor oleh perempuan berpakaian ketat dan terbuka.
Kenapa gak sekalian telanjang!?
***
"Siapa kamu!?"
Nah kan, kalau gini Lyra jadi ingin langsung makan. Gak apa-apa kok ninggalin si perempuan genit tersebut bersama Martin. Hey, sekarang baru pukul 06.30. Semangat sekali sih berkunjung ke rumah pacar.
Kalau bukan kekasih gimana bisa masuk sesuka hati?
Jelas orang tersebut spesial.
"Saya asisten rumah baru, permisi."
Biasanya pasti gitu, gak diakui. Lyra sih tak ingin ambil pusing, yang ia pikirkan saat ini cuman isi perut. Sesudah itu selesai.
Sret.
Lyra natap aneh. Wow apakah sekarang ia diakui depan perempuan super sexy tersebut?
Bukankah dia mempermudah segalanya?
Ya ampun... Lyra gak terlalu baper kok. Orang jelek sepertinya sudah barang tentu dianggap sampah. Tak ada yang memikirkan perasaan atau apapun.
Jangan mimpi, ini mirip kalimat, 'memangnya kamu istimewa?'
No!
Sadar!
Yakin 100%.
"Dia calon istriku, hari ini kami akan menikah."
Bak tersambar petir disiang bolong, si sexy girl tersebut hendak menjauhkan Lyra dari rangkulan Martin. Namun pelukan orang tersebut terlalu kuat hingga Lyra seperti tengah diperebut oleh keduanya.
Apa-apaan!?
"Stop. Kamu dengar gak sih yang Mr Jinan bilang? Sudah sana pergi. Dasar gak tahu malu. Aku yang berusaha menutupi saja diakui. Kamu yang menang dari segi penampilan jangan bersikap seenaknya! Toh gak diakuin kok."
Lyra ngomong julid.
Seumur hidup, baru kali ini Lyra ngomong kasar ke orang lain, menghina sekaligus mengusir orang. Rumah megah beratasnamakan mansion itu bahkan bukan miliknya. Namun tanpa ragu-ragu, ibarat satu tarikan napas Lyra sukses melakukan hal tersebut.
Si sexy girl tak habis pikir, barusan yang ngomong apa benar orang cupu, ngenes dan introvert?
Dihadapannya, dirangkul Martin Jinan!?
Si perempuan yang tak terima pun langsung hendak menampar wajah Lyra. Siapa orang itu berani berucap kasar?
Lihatlah penampilan orang tersebut, buluk, tak layak dan jelek. Tak pantas!
Taph.
"Perhatikan tindakan Anda, Nona. Kalau tangan lentik ini patah, jangan menyesal," ujar Lyra tajam.
Masih berlanjut.
Lyra memang bukan siapa-siapa, namun ia tak kan diam saat diperlakukan buruk. Toh tadi hanya ingin makan kok. Sudah dikasih kesempatan Martin dekat ke wanita hot ini.
Sayangnya ternyata orang tersebut lebih memilih ia. Mau gimana lagi. Perempuan itu tengah ngetes Martin, kalau tadi tak mengakuinya lebih baik perjanjian batal.
Lyra tertarik jadi pribadi lain. Orang introvert, polos, dan baik malah buat ia ngenes. Nah, kalau poros hidup berubah bakal jadi apa?
So?
Siapa tahu nanti ada peluang untuk 'baik' dalam beberapa aspek. Ubah aspek hidup. Tak seorangpun yang tahu kedepannya.
"Lepas," ujar si perempuan terlihat susah lepas cengkraman Lyra.
"Sudah sayang, lepas."
Lyra sangat ingin berdecih, namun ia lebih tertarik lihat makanan di kulkas. Sayang, sayang dengkulmu. Makan aja deh. Siapa tahu ada susu. Bagus tuh minum susu pagi-pagi begini.
"Silahkan ngobrol, aku izin makan."
Setelah bilang itu Lyra pun bergegas ke dapur. Lalu syukurnya kali ini gak ditahan oleh Martin. Hah terima kasih banyak.
Pakai insting. Biasanya sih dapur ada di belakang.
Baru beberapa langkah suara teriakan terdengar. Lyra tak habis pikir, demokah?
Wow. Oke, abain aja.
Wah... kebetulan ada seorang asisten rumah lewat, tak berpikir soal malu, Lyra pun bertanya letak dapur. Nebak agak sulit, nanti yang ada ia tersesat.
"Terima kasih..."
Mau panggil apa?
Dari segi wajah terlihat masih muda. Berjenis kelamin laki-laki, so, panggil namakah?
Tapi Lyra gak tahu nama orang tersebut. Jadi ia harus melakukan apa?
"Arsy, Nona."
Eh, kok nunduk terus?
Apakah Lyra sangat jelek sampai orang tersebut tak ingin tatap wajahnya?
Habis perempuan itu memang belum mandi sih. Mungkin bau dan tak layak pandang.
"Terima kasih," ujar Lyra dak nyaman.
Tidak tersinggung. Terserah, biasanya pun Lyra diperlakukan buruk kok. Terkadang sifat cuek bagus untuk ketenangan jiwa. Walau aneh sih, yang penting ada untuk ketenangan jiwa saja.
Sedangkan si pelayan sontak mendongkrakkan wajah. Tumben perempuan yang dibawa tuan besarnya bilang terima kasih. Sudah itu saat dilihat, jauh dari standar.
Selera Martin Jinan adalah orang cantik, sexy, bohay dan manis. Lah ini berbanding terbalik. Rambut acak-acakan dan wajah jauh dari standar.
Mata Martin sudah rabun?
Ah biar, yang penting Arsy gak terlibat masalah dengan 'perempuan' sang tuan besar. Gawat kalau kejadian yang sudah-sudah terulang kembali.
"Woh."
Saat sampai dapur Lyra sontak berdecak kagum. Lihatlah makanan yang dihadapinya ini. Banyak!
Abai tentang si asisten rumah yang terlihat ilfeel padanya, sekarang Lyra fokus ke makanan.
Roti, itu bagus. Lyra bisa makan besar.
Tanpa pikir panjang termasuk apakah si tuan rumah marah atau tidak, Lyra pun langsung mengambil roti bervariant rasa. Yang ia ambil sih kebanyakan rasa cokelat, sisanya stroberi dan pisang.
"Ehem."
Suara yang terdengar tak dihiraukan oleh perempuan tersebut. Lyra sangat ingin makan sekarang.
"Kamu suka?"
Tubuh Lyra menegang. Apa-apaan nih, ingin makan aja harus senam jantung dulu!
Orang yang kemungkinan besar Martin Jinan memeluk Lyra dari belakang. Tak hanya sebatas itu, orang tersebut pun memposisikan kepala di ceruk leher Lyra.
Siapa yang jantungnya masih baik-baik aja dapat perlakuan begitu?
Gawat darurat. Rasanya Lyra ingin menenggelamkan diri.
"Aku ingin makan, tolong jangan bersikap aneh," cicit Lyra pelan.
Mereka berinteraksi normal namun kurang wajar.
*****