Chereads / The Mistake (balas dendam) / Chapter 3 - 03 Bersyukur? (help?)

Chapter 3 - 03 Bersyukur? (help?)

Terlebih begini, ibu Lyra percaya banget sama orang asing. Hal itu justru membuat Lyra semakin bertambah takut. Apa ia sebegitu memalukan hingga sang ibu langsung bilang setuju?

Diajak nikah orang asing yang baru dikenal?

Lyra tak siap untuk apapun!

Martin tersenyum lebar, lalu tak lama setelahnya ia pun berucap. Tidak, sebelum itu ia menarik pinggang Lyra untuk mendekat.

"Trust me, kita akan tetap bicara setelah acara ini selesai. Masih ada waktu untukmu bilang tidak."

Wajah Lyra memanas. Maksud orang asing ini apa!?

Ibunya kenapa langsung setuju seakan-akan itu adalah hal mudah.

Lyra menatap sang ibu yang dibalas orang tua tersebut bicara begini.

"Ibu kenal Martin, kamu harus percaya dengan Ibu."

Orang-orang berputar-putar di otak perempuan tersebut.

Dan semuanya kejam.

***

Siapa kira, di surat undangan yang tertera nama Lyra namun yang menikah justru orang lain. Tamu undangan langsung bergunjing. Bagus mereka dapat bahan gosip hangat baru. But, hal tersebut sama sekali tak terlalu berpengaruh untuk kedua mempelai.

Abaikan hal yang membuat sakit. Tak sulit selama tak menyerang langsung. Kalau sudah bosan dan ketemu topic baru akan hilang dengan sendirinya.

Gosip seperti apapun, Danes sudah menyiapkan ancang-ancang antisipasi. Kedepannya memang akan lebih 'wow.' Toh Denes pun suka cari sensasi yang menurutnya menantang.

Sekarang tinggallah Lyra dan si orang asing. Kedua orang tersebut tengah berada di rumah belakang.

Mata perempuan itu mengerjap lamat-lamat. Barusan Martin memberi hal yang ia mau, apalagi kalau bukan kalimat jelas dari awal sampai akhir.

Penjelasan mutlak.

Hajat, motif, tujuan dan sasaran orang tersebut tiba-tiba bilang ingin menikah dengannya.

Memangnya nikah itu ibarat lagi main rumah-rumahan?

Yang saat bosan tinggal rubuh lalu ketika ingin tinggal bangun kembali.

Ini bukan soal kalimat 'apa kamu ada tangga? Lalu jawabannya hanya anggukan sebab bingung. Bagus, aku punya rumah. Kalau gitu kita buat rumah tangga.'

Sudah, selesai, tamat. The and.

"Kamu dendam ke Danes? Terus aku yang kamu korbankan?"

"Bukannya kamu memang korban? Tidak dengar tadi tamu undangan buat gossip hangat?"

Tangan Lyra mengepal kuat. Rasanya sangat ingin ia memukul mulut kurang ajar yang bilang ia korban. Walau benar, Lyra tak akan pernah mengakui.

"Kau!?"

Emosi Lyra sudah mencapai ubun-ubun. Ia pikir tak boleh ditahan, langsung terobos!

Look, saat orang pendiam marah, disanalah letak iblis sesungguhnya bersarang.

***

Sret. Bisa bayangkan yang terjadi?

Yup, Martin berhasil tahan tangan Lyra yang hendak tampar orang tersebut.

"Dengar, harusnya kamu bersyukur aku kasih bantuan. Jangan mempersulit, tinggal bilang iya," ujar orang yang disebut ibu Lyra sebagai Martin.

Ia tengah memegangi tangan Lyra yang hendak menampar.

Pemaksaan. Orang seperti ini benar tidak sih seorang presdir. Ibunya tertipu atau memang benar?

Saat pernikahan bisa Lyra lihat sih wajah Denes terlihat tegang sebentar, namun itu tak berlangsung lama. Mungkin sekitar hitungan detik.

So, si orang asing sok pahlawan dan Denes Alkhair musuh bebuyutan?

Entah sebab apa Lyra meragukan hal tersebut.

"Kamu maksa banget sih. Aku bukan korban, aku..."

Belum sempat Lyra menyelesaikan kalimatnya, inilah hal yang terjadi.

"Orang bodoh yang tertipu?"

Emosi Lyra di ubun-ubun.

Tak ada julukan yang lebih baik. Orang ini mulutnya tak bisa dikondisikan. Saat berucap bawaannya bikin naik darah. Boleh gak ia ngamuk ke orang yang sok jadi pahlawan?

Meski begitu, sudut lain dari Lyra bilang benar. Ia adalah orang bodoh yang kena tipu. Korban sekarat. Dimana-mana yang ada ditipu barang palsu bukan nikah.

Apalagi yang kurang, Lyra sangat mengenaskan.

"Aku galau. Ternyata orang jelek ada untuk dipermainkan. Orang-orang besar dan tampan jahat sekali. Aku sakit."

Apapun yang Lyra pikir, pada akhirnya ia pun berucap begitu. Orang realistis memang punya aura berdasar hal masuk akal. Saat ini Lyra tak mampu menyikapi sesuatu dengan benar. Takut.

Urat malu entah nyangkut di mana. Bisa di pohon, tiang listrik atau bawah mata kaki. Yang jelas Lyra malu berat. Entah muka mai ditaruh dimana.

Kalau boleh berharap ia ingin menenggelamkan diri ke dasar bumi. Tidak apa-apa gak nongol lagi yang penting ia tenang di 'alam' sana.

Dilan sering bilang, jangan rindu, rindu itu berat. Nah mulai sekarang kata-kata tersebut berganti ke malu yang justru berat. Bukan rindu. Nilai hidup Lyra bergeser jauh. Ia bingung dan takut dalam banyak situasi. Kalah total, begitulah yang Lyra rasakan.

Padahal ia sudah menjunjung tinggi image. Mana mau disebut korban, terlebih orang bodoh yang terjebak. No!

Lyra memang jelek tapi ia bukan orang dungu yang mudah dibodohi. Denes Alkhair yang salah melakukan hal tersebut.

Dosa Lyra sebesar apa sih sampai ditipu nikah begini!?

"Kasihan. Akhirnya mengakui."

Hua... setelah terlihat tinggi Lyra merasa kalah yang sangat menyebalkan. Saking jauhnya sampai ke jurang terdalam.

Boleh tidak Lyra nangis?

Perubahan emosi dan spiritual sikap Lyra tak terkendali. Ia jatuh tanpa akar untuk berpegang. Martin, orang itu tak Lyra kenal, lalu ucapan ngajak nikah semakin membuat Lyra takut.

Bagaimana ia bisa menyikapi?

Ia baru kena tipu soal pernikahan!

"Jahat, kamu pun juga ingin mempermainkanku. Tidak ada orang tulus, aku gak mau. Terserah jadi jomblo seumur hidup."

Martin tanpa ekspresi. Lyra binal atau sedang sedih?

Jelas-jelas tadi terlihat macam orang yang ingin ngamuk. Lalu sekarang sudah menangis semelaratnya. Ironis.

Orang yang tak tahu harus melakukan hal seperti apalagi. Itulah keadaan telak gadis tersebut.

"Mau atau tidak kamu harus terima. Aku gak terima penolakan. Kalaupun kamu nolak, akan ku buat kamu tak bisa berbuat apapun selain bilang iya."

Sesantai orang yang sedang beristirahat. Nah, itulah yang Martin lakukan. Tangannya ia masukkan ke saku celana. Ini bukanlah hal sulit untuknya, it's easy.

Sikap cool dan badboy bercampur aduk.

Lyra menatap nanar, lalu ia pun bilang begini.

"Dasar jahat, mau buat orang sakit pun harus maksa."

Akibat frustasi, Lyra sampaikan keluh-kesahnya. Yang penting ia plong, so, unek-unek tersebut keluar sebegitu mudah.

Jujur, Lyra tak ingin menggerutu hal tak masuk akal begini. Namun kenyataannya ia malah melakukan hal jauh dari yang ia harap.

Martin jengah, hal itu membuat orang tersebut menarik tangan Lyra untuk mendekat. Alhasil orang yang kecil darinya tersebut menabrak dada bidang sang lelaki.

Itu bagus, orang aneh memang harus dapat perlakuan khusus.

"Kamu itu cantik kok. Cuma gak suka ngurus badan. Aku cukup tulus soal tawaran nikah yang merangkap ke hubungan simbiosis mutualisme semi parasitisme. Timbal balik sangat terlihat."

Setelah mengatakan itu, Martin pun mendekat ke telinga orang yang tengah ia kurung. Bukan hal sulit, apapun bisa ia perbuat untuk gadis yang sedang galau.

Tak ada pilihan terbaik, yang ada hanya terjepit sampai mau tak mau cari jalan pintas. Itu hal mudah dalam seluk-beluk hidup.

So, apalagi yang terjadi?

Tidak ada yang tahu.

*****