Tidak terasa kini hari pernikahannya Asyila Fauziah dengan ustadz Daffa, seisi ruangan penuh dengan tamu undangan mereka semua menantikan akadnya. Namun, hanya orang-orang tertentu saja yang diundang karena pernikahan ini privasi.
Ziah berada di kamar menatap dirinya pada pantulan cermin, balutan baju yang berwarna putih membuat dirinya anggun menawan, cadar yang senada menghiasi wajah nan rupawan, Ziah masih tak menyangka bahwa dengan beberapa jam lagi akan menjadi istri dari seorang Ustadz Daffa Anshori, tak sadar matanya mengeluarkan air menjadikan make up nya luntur.
Ummah dan umminya berada di kamar menemani Ziah, ummi memeluk anak semata wayangnya menangislah mereka berdua.
"Anak ummi sudah besar ya, sekarang sudah mau jadi istri aja kemarin kamu itu masih digendong tapi sekarang bakal menggendong ya," kekehnya.
"Ummi," rengeknya.
"Sudah-sudah jangan pada nangis ini adalah hari yang sangat bahagia Ziah akan menjadi seorang istri nurut ya sayang pada suami," ucap Ummah.
Ibu dan anak itu menguraikan pelukannya lalu menghapus jejak air mata. Ziah melirik Ummah melemparkan senyuman.
"Iya Ummah terima kasih bimbingannya," ucapnya sambil memeluk dan ummah menerimanya.
"Iya sayang, Ziah masih disini 1 tahun lagi jadi kita buat kenang-kenangan ya nak."
"Iya ummah," ucap Ziah mengusap air matanya karena sedari tadi air matanya terus saja mengalir.
"Sudah jangan jangan nangis jangan diusap terus nanti make up nya luntur, keburu ustadz Daffa kesini masa istrinya kurang cantik sih," goda ummi dan semua yang ada di kamar terkekeh.
Tes tes tes
Suara speaker dari masjid menandakan bahwa ijab qobul akan segera dimulai.
Ziah meremas gaun pengantinnya menyalurkan rasa bahagia dan rasa cemas.
Ya Allah permudahkan semoga saja ustadz Daffa lancar, batin Ziah.
"Suara speaker sudah tes, ummah ke masjid dulu ya."
"Iya ummah," jawab Ziah.
"Ummi," rengeknya.
"Sini peluk," ucap ummi di peluklah anaknya.
***
Tes tes tes
Ustadz Daffa berhadapan dengan pak Ali, ayah dari Asyila Fauziah yang akan menjadi menantunya. Sebelum ustadz Daffa berjabat dengan pak Ali, dia melafalkan surah Ar-Rahman semua orang menunggu dengan khidmat suara yang indah siapa saja yang mendengarnya akan memuja.
مُتَّكِــِٕيۡنَ عَلٰى رَفۡرَفٍ خُضۡرٍ وَّعَبۡقَرِىٍّ حِسَانٍۚ
Muttaki'iina 'alaa rafratin khudrinw wa 'abqariyyin hisaan
فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan.
تَبٰـرَكَ اسۡمُ رَبِّكَ ذِى الۡجَـلٰلِ وَالۡاِكۡرَامِ
Tabaarakasmu Rabbika Zil-Jalaali wal-Ikraam
صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ
Shadaqallahul-'adzim'
Ustadz Daffa telah melafalkan surah ar-rahman selanjutnya, dia bersiap akan melafalkan ijab qobul. Ustadz Daffa menegakkan bahunya meluruskan pandangan menatap calon mertuanya.
Ayah Ziah juga sudah bersiap, tangannya sudah berada didepan ustadz Daffa dan calonnya itu menerima.
"Saya nikahkan dan kawin engkau dengan putri saya yang bernama Asyila Fauziah bin Ali dengan mahar 27 gram emas uang sebesar 100 juta rupiah dibayar tunai!"
Ustadz Daffa sebelum qobul, dia menghirup udara dan mengeluarkan dengan pelan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Asyila Fauziah bin Ali dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" ucapnya satu tarikan nafas dengan nada lantang dan tegas, tak ada kekeliruan sedikit pun.
"Bagaimana para saksi?"
"SAH!!!"
"Alhamdulillah."
Semua orang tengah bahagia, Ustadz Daffa menghembuskan nafas lega hatinya bahagia, dia sudah menghalalkannya.
"Ustadz Daffa tengoklah ke belakang!" ucap kyai sambil menepuk pundak Ustadz Daffa.
Ustadz Daffa menengok kebelakang menatap takjub dilihat istrinya dengan balutan baju pengantin, hatinya sangat bahagia sekali dia langsung berdiri dan menghampiri istrinya itu.
Orang-orang yang melihatnya menjadi riuh melihat pasangan muda itu.
"Assalamu'alaikum istriku," ucapnya pelan namun masih didengar oleh Ziah.
"Wa'alaikum-salam," ucapnya gemetar.
Ustadz Daffa tau apa yang dirasakan istrinya dirinya pun ikut merasakan. Di dekat istrinya meletakkan tangan kanan di ubun-ubun Ziah dan berdo'a
"Allahumma inni as aluka khoyrohaa wa khoyro maa jabaltahaa alaih. Wa a'udzubika min syarri haa wa min syarri maa jabaltahaa alaih. Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa".
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu kebaikannya dan kebaikan yang Engkau ciptakan atasnya dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekan atas yang Engkau ciptakan. Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang hendak Engkau berikan sebagai rezeki bagi kami."
Do'anyya selesai dan diaamiinkan oleh Ziah, setelahnya ustadz Daffa mencium kening istrinya cukup lama dengan penuh rasa cinta dan bahagia.
Orang yang melihat dibuat histeris dengan adegan pasangan muda itu.
Ziah hanya diam dirinya bergetar tak karuan baru kali ini ada seseorang yang mencium selain ayahnya.
"Ayok Ziah cium tangan suaminya," teriak Ara.
"Ayok ayok," sorak semua penonton.
"Ayok cium tangannya."
Tangan Ziah bergemetar, dia belum pernah disentuh dengan pria lain Ziah sudah bersiap akan menjabat tangan suaminya tapi dia urungkan.
"Ayok Ziah."
Semua penonton yang melihat dibuat gereget sama tingkah Ziah.
"Ayok humairah, kita sudah halal tak ada kata haram diantara kita," ucap ustadz Daffa lembut, jarak diantara mereka hanya 3 jengkal saja.
"Rasa-nya su-sah us-tadz," ucapnya terbata-bata dan ustadz Daffa juga ikut greget.
"Dicoba dulu."
Tangan Ziah berusaha diangkat dan menjabat tangan suaminya, keringatnya menjalar keseluruh tubuh dengan sekuat Ziah memegang tangan suami gemetar dan dicium tangan suami dengan khidmat.
"Aaaaaaaa," histeris penonton.
"Silahkan istrinya diajak kesini dilanjutkan dengan pertukaran cincin," ucap penghulu.
Ustadz Daffa memegang tangan istrinya dan dibawa ke tempat dimana mereka akan bertukar cincin. Sepanjang perjalanan masih saja banyak yang berteriak histeris.
Ziah menunduk karena malu sekali pikiran detak jantungnya tidak bisa dikondisikan.
"Silakan masukkan cincinnya ke tangan istri," ucap ummah menyodorkan cincin, dimasukkannya cincin ke tangan Ziah dan Ziah pun sebaliknya memasukkan cincin ke tangan suaminya, mengundang sorakan penonton lagi.
"Sekarang kalian sudah menjadi suami istri semoga samawa," ucap ummah, dipeluk Ziah layaknya anak sendiri.
"Sayang," ucap ummi sambil menangkupkan tangan di pipi anaknya.
"Jangan ngelawan ya apa kata suami turutin selagi itu kebaikan."
"Iya ummah," dipeluk ibu tercintanya.
Sungkeman selesai. Sekarang mereka duduk bagaikan raja dan ratu sehari menerima tamu undangan.
"Ya Allah Zi, samawa ya emmm," dipeluk sahabatnya itu.
"Iya Ra, makasih ya bentar lagi kamu juga nikah ko."
"Aaaa makasih."
"Samawa ya bro, akhirnya lo bebas dari kejombloan," kekeh ustadz Arifin.
"Ya dong sekarang udah ada yang nemenin, buru-buru lo nikahin Ara biar gak panas liat gue."
"Hahaha panas liat uwu-uwuan? Kagak deh, soalnya bakal secepatnya gue nikahin."
"Dah gak sabar ya lo?"
"Biasa aja, Ara ayo turun kita makan-makan," ucapnya turun dan ikuti Ara yang sedang senyam senyum.
"Eh awas setan loh, pamali gak boleh berduaan," ucapnya pada pasangan yang akan menyusulnya.
Ara dan Ustadz Arifin menghiraukan, benar saja mereka berdua langsung menghampiri tempat makanan dan bermakan berdua, tapi masih ada jarak dan banyak orang yang melihatnya.