Alea menjenguk sahabatnya pada malam hari, begitu dia selesai bekerja. Tak ingin menunda nunda lagi, bahkan Alea tak peduli walau dia cukup lelah.
"Kan, udah gue bilang. Pasti lo nggak bakal baik baik aja kalau terus deketin dia," omel Alea kembali pada mode galaknya.
Sementara yang diceramahi hanya diam, apa pun yang Alea katakan sebatas masuk telinga kanan keluar telinga kiri bagi Wiyana.
"Liat sekarang, lo kayak gini juga gara gara dia."
Wajah Alea memerah karena marah, siapa yang tidak akan marah jika melihat sahabat yang sudah dianggap sebagai saudara disakiti begini.
Hidup merantau selama dua belas tahun bersama Wiyana, membuat Alea tidak bisa melihat sahabatnya terluka barang sedikit saja.
Dan, bagi Alea siapa yang menyakiti Wiyana. Maka, akan menjadi musuh untuknya.
"Tapi, kan. Haidar bilang dia nggak segaja," bela Wiyana langsung.