Bahkan sampai pagi, Haidar masih tahan berdiri di samping Wiyana. Tidak bosan melihat wajah manis yang terlelap itu.
Walau Haidar menampikkan semua tuduhan dengan alasan ketidaksengajaan, tapi dalam hatinya yang paling dalam. Haidar merasa bersalah pada Wiyana, ya. Sekeras dan seaneh apa pun ia, Haidar tetaplah manusia biasa.
Bisa merasakan yang namanya rasa bersalah, bahkan setiap hari sejak memulai kehidupan baru selesai kecelakaan Haidar merasa dilahirkan kembali dengan hidup baru dan setiap harinya ia selalu merasa bersalah.
"Tapi, saya tidak tau. Saya pernah melakukan kesalahan apa dan pada siapa," katanya berbisik pada angin.
Perlahan mata Wiyana terbuka, Haidar terkesiap. Tak ingin ditangkap basah karena memandangi Wiyana sejak kemarin malam, buru buru Haidar menghindar dari sana.
Dia berjalan cepat ke sofa, dan duduk di sana. Tak lupa dia membuka ponsel, pura pura sibuk dengan ponsel.