"Saya hanya perlu memeriksa saja," kata dokter itu setelah beberapa saat diam.
Akhirnya Wiyana mengangguk, dia bergeser dari sana memberikan akses untuk dokter masuk.
Wiyana kembali duduk karena tak ingin menganggu pekerjaan sang dokter, tanpa sepengetahuan siapa pun. Diam diam dokter itu menyuntikkan sesuatu ke infus.
Gelagatnya agak mencurigakan, setelah semuanya sudah selesai dia kembali keluar. Wiyana hanya diam melihat dokter itu sampai hilang dari pandangannya.
Wiyana mengangkat bahunya sebagai tanda kalau ia bingung, Allard cukup lama di toilet. Wiyana mulai bosan dan dia memilih untuk sibuk dengan ponsel saja.
Baru satu menit dirinya membuka ponsel, tiba tiba dari dalam ruangan terdengar suara monitor yang tak beraturan. Monitor itu berbunyi kuat dan cepat sehingga membuat Wiyana kaget dan mendekati pintu.
Di dalam sana Kania sudah kejang kejang, dengan mata yang masih tertutup rapat. Dokter datang dengan brankar di depannya.
