"Tapi, Bapak adalah papanya. Kenapa bukan, Bapak yang menemani Ken?"
Wiyana masih menentang Haidar, bukan tanpa alasan. Dia hanya masih kesal dibuat menunggu tanpa alasan sampai kakinya sakit.
Wiyana juga sedang mengetes Haidar, apakah pria itu akan pernah menemui Ken atau tidak.
"Lalu, apa gunanya kamu sebagai pengasuhnya? Jangan bicara omong kosong, kamu bisa bekerja karena kamu sempat bilang saya papa yang buruk. Sekarang pergilah temani Ken kalau kamu memang merasa diri kamu penuh dengan kasih dan sayang," cibir Haidar.
"Hisss, sialan. Bibir seksi itu buat gue pengen nampol," gerutu Wiyana pelan.
Semoga saja Haidar tak mendengarnya, atau akan ada kalimat menyelekit lagi yang keluar dari bibir pria tampan itu.
Haidar beralih menatap Wiyana, Wiyana yang mendapatkan tatapan demikian langsung saja menutup rapat rapat bibirnya biar tak ketahuan kalau dia sedang meruntuki Haidar.
"Tunggu apa lagi? Pergilah!"