"Untuk sekarang, mungkin kamu bisa, tapi gimana di luar sana, saat Roger sekolah nanti?"
"Jangan lupa, Roger terus memintaku untuk tinggal bersama kalian. Gimana kamu jelasin ini ke dia?" Tambah Alvin, justru terkesan menyudutkan Riana.
Keduanya terdiam. Riana juga tidak mau kalau Roger sampai dipermalukan oleh anak-anak di sekolahnya nanti. Meskipun mereka masih anak-anak, tapi justru yang seperti itu yang lebih berbahaya dan berdampak besar.
Mereka akan membandingkan bagaimana saat seorang anak yang mulai masuk sekolah TK, mendapatkan kesan tersendiri saat diantar jemput oleh ayah dan ibunya.
Saat anak lain tidak seperti itu, satu anak pasti mulai menanyakan hingga timbul menyudutkan. Hal itu yang akan menjatuhkan mental anak secara perlahan.
Karena selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan sekitar juga menjadi pelajaran bagi seorang anak yang mulai dalam proses pertumbuhan.
Riana tidak mau hal buruk terjadi kepada putranya. Dia mencoba mencari solusi dalam hati dan pikirannya.
Riana juga tidak bisa egois. Jika saja dia sudah menikah, mungkin status anak untuk Roger tidak akan serumit itu.
Sekarang, kalaupun menikah, mereka harus mengorbankan Roger untuk diberikan kepada tuan dan nyonya Ravendra.
"Gimana kalau kita tetap menikah saja?" ucap Alvin, menjawab teka-teki dalam benak wanita yang duduk di sampingnya.
"Terus aku harus merelakan Roger untuk mereka?" Tidak tahan dengan pikirannya yang rumit, Riana justru melampiaskannya pada Alvin.
"Itu satu-satunya pilihan yang harus kita ambil, Ri. Setelah kita menikah, aku akan pikirkan cara lagi agar Roger bisa kembali bersama kita," jelas Alvin.
Riana tidak bisa lagi berpikir jernih, dia pun mengikuti apa yang Alvin katakan. Menikah. Mungkin benar yang dia katakan. Dengan mereka menikah saat ini, Roger bisa mendapatkan status yang sah dimata hukum.
Hanya itu yang diperlukan untuk saat ini. Masalah bagaimana Alvin dan Riana mengambil hak asuh Roger, akan dipikirkan nanti.
Untuk sementara, Roger akan tinggal bersama tuan dan nyonya Ravendra. Mereka pasti tidak akan berani melakukan hal buruk pada cucunya sendiri.
"Baiklah, jika memang itu keputusan yang terbaik, tapi kamu harus ingat, segera temukan cara supaya Roger bisa segera kembali ke dalam pelukanku," paparnya.
Alvin memeluk Riana. Wanita yang dicintainya dari dulu hingga sekarang, akhirnya mereka menikah juga. Meskipun dengan awal mengorbankan Roger.
Sebenarnya bukan mengorbankan juga. Anggap saja perkenalan kedua orang tua Alvin dengan cucu pertama mereka. Mungkin dengan kedekatan mereka, hubungan Alvin dan Riana perlahan akan mendapat restu.
"Kamu tenang aja. Aku pasti akan mencari jalan keluarnya. Anggap saja sebagai permulaan untuk papa dan mamaku hidup bersama cucu pertama mereka." Alvin semakin memeluk erat Riana. Rasa kehilangan yang pernah Alvin rasakan dulu, tidak mau lagi sampai terulang.
Alvin pulang cukup larut. Kebetulan besok adalah hari minggu. Alvin dan Riana bisa segera memberitahu tuan dan nyonya Ravendra mengenai keputusan yang mereka ambil.
Semoga saja pernikahannya bisa dipercepat. Tidak perlu acara besar dan mewah. Alvin hanya ingin menikah secara sah dimata hukum dan agama.
.
Hari yang cerah menampakkan cuaca yang indah. Begitu pun suasana hati Alvin pagi ini. Senyum merekah terlukis di bibirnya.
Hari ini, Alvin telah menyiapkan lamaran romantis untuk sang kekasih. Hal yang Alvin tunggu sejak lama. Menjadi sepasang kekasih, melamar lalu menikahi wanita yang paling dia cintai.
Hatinya terasa berdetak tidak karuan. Alvin juga bisa merasakan perasaan seperti laki-laki pada umumnya, saat akan melamar sang pujaan hati.
Alvin membawa Riana ke suatu tempat. Tempat yang indah dengan pemandangan dan suasananya yang menyejukkan hati.
Alvin juga mengajak malaikat kecil mereka. Dia ingin agar Roger tau, bahwa papi dan maminya akan segera bersama.
"Papi sama Mami mau menikah?" tanyanya polos.
Ketiganya telah sampai di sebuah danau dengan hamparan bunga yang berwarna-warni di sepanjang sisinya.
Alvin mengajak Riana juga Roger menaiki sebuah perahu. Di mana kejutan itu akan Alvin berikan. Ada sebuah meja dengan hidangan lezat di atasnya.
"Aku ingin hidup menua bersamamu, selamanya, baik suka maupun duka. Hanya maut yang bisa memisahkan kita. Riana, will you mary, me?" Alvin berlutut di hadapan sang kekasih dengan seikat bunga mawar indah di tangannya.
Riana terharu dengan apa yang telah Alvin siapkan hari ini untuknya. Dia merasa sangat bahagia, sebuah lamaran yang dinantikannya sejak dulu, akhirnya terjadi juga.
"Lihat ketulusanku di dalamnya!" Alvin meminta Riana untuk mencari sebuah tanda ketulusan cintanya. Riana pun mencarinya ke dalam bunga, ada sebuah kotak di dalamnya. Itu sebuah cincin. Cincin permata dengan bentuk love yang bisa berputar.
Sangat cantik. Terutama saat cincin tersebut melingkar pada jari manis Riana. Sungguh indah.
"Papi sama Mami mau menikah?" ulang Roger. Anak itu hanya melihat pemandangan indah kedua orang tuanya tanpa tau apa maksud dari pernikahan.
Saat akan menjemput mereka tadi pagi, Alvin bilang kalau dia dan Riana akan menikah. Alvin sudah lebih dulu mengatakan pada malaikat kecilnya, jika papi dan mami Roger menikah, maka Roger harus tinggal bersama kakek dan nenek.
Roger langsung menyetujui hal tersebut. Dia tau kalau papa dan mamanya menikah, mereka bertiga bisa tinggal bersama suatu hari nanti.
Riana tersenyum mendengar pertanyaan malaikat kecilnya. "Iya sayang, setelah Papa sama Mama menikah, Roger bisa tidur bareng Papa nanti," ucapnya.
"Papa bilang, kalau Papa sama Mama menikah, Roger harus tinggal di rumah kakek dan nenek." Riana langsung melihat ke arah Alvin, saat mendengar Roger mengatakan hal itu.
Alvin pun langsung membalasnya dengan anggukan. Itu artinya, Riana bisa mempercayakan hal ini kepada Alvin.
"Iya, sayang. Papa bener, Roger seneng, ngga?" tanyanya, menatap lekat malaikat kecil yang ternyata tumbuh lebih cepat dari dugaannya.
"Roger seneng kok, kalau liat Papi sama Mami seneng." Sahutnya.
"Iya sayang, makasih, ya." Riana memeluk malaikat kecilnya. Sangat tidak disangka, anak sikecil Roger, bisa memahami apa yang orang tuanya jelaskan.
"Menikah itu, apa sih, Mi?" tanya Roger. Sudah menyetujui pernikahan papi dan maminya, tapi belum tau apa arti dari pernikahan itu sendiri.
Riana tersenyum. "Menikah itu, papi sama mami tinggal bareng di rumah yang sama, selamanya. Sampai papi dan mami tua. Nanti Roger juga bisa tinggal bareng sama papi dan mami kok. Roger mau, kan? Tinggal bareng papi sama mami?" jelasnya.
Roger melebarkan senyum saat mendengarkan penjelasan Riana. Dia mengangguk, lalu memeluk kembali kedua orang tuanya.
Mungkin saat ini, adalah saat yang paling membahagiakan bagi Riana, Alvin dan Roger. Andai saja waktu dapat dihentikan. Namun, sayangnya mereka tidak tau apa yang akan terjadi di kemudian hari. Apa mereka akan hidup bersama dalam bahagia? Atau kembali terpisah dalam duka?
bersambung...