Baik Alvin maupun Riana, sama-sama memiliki perspektif sendiri. Alvin meminta maaf atas kejadian 4 tahun lalu. Sedangkan Riana, meminta maaf karena membuat Alvin harus meninggalkan kediaman Ravendra, karena harus menikah dengan wanita pilihan orang tuanya.
Menurut pandangan Riana, permintaan maaf Alvin karena telah meninggalkannya untuk menikahi wanita lain.
Sementara Alvin, bingung karena permintaan maaf Riana atas keluarnya Alvin dari kediaman Ravendra. Dari mana Riana tau? Apa mungkin Alan?
"Aku merindukanmu," jawab Alvin.
Riana tersenyum tipis, saat mendengar ungkapan laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya itu.
"Jangan pernah mengungkapkan kata-kata seperti itu. Dunia kita sudah berbeda. Bahkan sejak dulu kita selalu berbeda dunia," terang Riana.
Alvin tidak tau apa yang Riana katakan. Berbeda dunia? Memangnya makhluk halus?
"Kita selalu ditakdirkan bersama. Buktinya, Tuhan kembali mempertemukan kita meski telah berpisah 4 tahun lamanya," balas Alvin, percaya diri.
"Alvin," sentak Riana, berdiri dari posisi duduk.
Laki-laki yang duduk di hadapannya sangat terkejut. Baru kali ini ada nada tinggi dari suara Riana untuk Alvin.
"Jangan pernah bicara sembarangan. Kita berdua sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Jangan pernah lagi mengatakan hal itu. Silahkan pergi dari sini, jika tidak ada hal penting lagi." Usir Riana.
Bukan hanya suara tinggi, Riana bahkan tega mengusir Alvin dari sana.
Alvin merasa sangat kecewa. Tidak pernah menduga jika wanita yang dia cintai tega mengusirnya.
"Tunggu." Cegah Riana, saat Alvin melangkah meninggalkan teras rumahnya.
Ada harapan atas pencegahan yang Riana lakukan. Alvin berpikir jika Riana berniat menarik kata-katanya.
"Ini adalah pertemuan terakhir kita. Aku harap kamu tidak mengganggu kehidupanku lagi." Jegger. Bagai petir yang menyambar. Perkataan Riana membakar hati dan jiwa Alvin.
Pertemuan terakhir? Bagaimana bisa Riana mengucapkan kata-kata seperti itu?
.
"Mama Rena, ayo cari Roger." Suara anak kecil yang tidak asing itu tertangkap indera.
Alvin tengah berjalan di sisi taman. Sengaja menghentikan mobil untuk membuang kesedihannya di tempat itu.
Saat merasakan kesedihan dan hancurnya hati, Alvin berharap bisa bertemu dengan Roger. Anak kecil yang sudah sangat dekat dengannya, meski baru 2 kali bertemu.
"Roger," gumamnya. Mendengar suara anak kecil menyebut namanya sendiri.
Alvin mencari di mama keberadaan anak kecil tersebut. Berjalan masuk hampir mengelilingi taman. Namun, tak juga dia temukan.
"Alvin," sapa Tante Rena.
"Tante Rena," sapanya.
"Tante, sedang apa di sini?" tanya Alvin, merasa aneh.
"Tante lagi main sama anaknya Riana tadi. Dia ngajak main petak umpet, sampai sekarang belum ketemu tuh anak," jelas Tante Rena.
Hancur sudah harapan Alvin. Riana bahkan sudah mempunyai seorang anak. Meski sudah membayangkan jika Rina mungkin sudah menikah dan punya anak.
Namun, saat mendengar sendiri kebenaran itu. Hatinya terasa hancur berkeping-keping.
Harapan setelah bertemu Riana, langsung terpatahkan dengan kenyataan.
"Apa, Tante? Ri-Riana udah punya anak?" tanyanya, jelas tak percaya.
"Iya. Sebenarnya saat Riana ... "
"Mama." Panggilan Roger menghentikan penjelasan Tante Rena, jika saat itu Riana sedang mengandung anak Alvin.
"Astaga, kamu dari mana aja sih, sayang? Mama sampai pusing tau nyarinya," ungkap Tante Rena.
"Kalau gitu, Alvin pergi dulu," pamit Alvin.
Dia pergi begitu saja tanpa tau siapa anak Riana. Anak kecil yang sempat Alvin cari tadi, sekarang berdiri tepat di belakangnya.
Namun, Alvin memilih pergi dan meninggalkan tempat itu. Tidak ingin bertambah sakit saat melihat anak Riana dengan laki-laki lain.
"Eh, kamu mau ... " Tante Rena tidak melanjutkan kata-katanya untuk mencegah Alvin pergi dari sana.
Sebenarnya, Tante Rena ingin sekali mengatakan kebenaran tentang siapa anak Riana dan siapa ayahnya.
Setelah dipikir-pikir, Tante Rena juga harus mempertimbangkan pendapat keponakannya itu. Meski Alvin terbukti tidak jadi menikahi putri walikota, tapi perasaan Riana juga harus diutamakan.
Akan ada waktunya, saat Riana sudah benar-benar siap untuk mengatakan kebenaran itu. Tante Rena pasti akan mendukungnya penuh.
"Mama, Om tadi, siapa?" tanya Roger. Melihat kepergian laki-laki yang belum sempat dilihat wajahnya.
"Dia ... dia temennya Mama. Mungkin lagi ada urusan, makanya Om itu pulang lebih cepat," jawab Tante Rena, berbohong.
"Kita juga pulang yuk, Mama Rena udah cape pengin istirahat," ajaknya.
Roger dan Tante Rena kembali ke rumah setelah Alvin pergi.
Dua sejoli yang telah terpisah jarak, kini saling meratapi nasib. Tidak pernah terbayangkan, jika mereka harus berpisah dengan cara seperti ini.
"Aaaaaa," teriak Alvin.
"Riana, kenapa kita harus seperti ini? Aku masih mencintaimu," lirihnya.
Memukul kemudi mobil sebagai pelampiasan amarah. Hanya bisa seperti itu. Tanpa bisa menyalahkan siapa pun.
Di tempat lain, Riana juga menyesali sikapnya tadi. Kenapa harus sampai mengusir Alvin, jika mereka bisa menjalin hubungan pertemanan.
Riana memang kecewa, karena Alvin memilih untuk menuruti permintaan orang tuanya untuk menikahi wanita lain.
Akan tetapi, dia jauh lebih kecewa pada dirinya sendiri, karena memperlakukan Alvin sekejam itu.
"Mama." Suara lembut Roger, terdengar meneduhkan hati.
Riana segera mengusap bulir air yang membasahi pipi. Menyimpulkan senyum manis untuk sang buah hati.
Riana tidak mau kalau Roger sampai melihatnya menangis. Dia tidak akan sanggup melihat tatapan dari putra mungilnya.
"Iya, sayang. Sudah pulang? Gimana mainnya? Seru?" tanya Riana. Segera menyibukkan Roger agar mau bercerita, hingga tidak menyadari mata sembab sang mami.
"Ngga seru, ah main sama Mama Rena." Ceritanya.
"Gimana mau seru, orang Rogernya aja susah ditemuin. Mama Rena cape tau keliling taman bermain buat cari Roger," ungkapnya.
"Ah, itu mah Mama Rena aja yang payah," balas Roger. Keduanya pun tertawa bersama.
Kesedihan yang sempat melanda, hilang dalam sekejap saat melihat tawa putra kecilnya. Riana sangat bahagia melihat Roger seceria ini.
Malam menjelang tidur, Riana menemani putra kecilnya sebelum terlelap.
"Mami, tadi ada Om aneh di taman. Om itu lagi ngomong sama Mama Rena, terus langsung pergi pas Roger dateng. Ada apa ya sama Om Itu?" Roger merasa ada yang aneh dengan laki-laki yang sempat dia temui di taman tadi.
"Roger, Mami kan udah bilang. Jangan ngomingin orang asing, jangan bicara sama dia juga," ucap Riana.
"Tapi, Mi. Pas Roger denger suara om tadi, suaranya ngga asing. Kayaknya Roger pernah ketemu dan bicara sama om itu deh." Ceritanya lagi.
Riana menyuruh putranya untuk istirahat dan tidak lagi membicarakan orang asing.
"Riana, ada apa sama kalian berdua?" tanya Tante Rena, saat Riana keluar dari kamar.
"Ngga ada apa-apa, Tante. Riana sudah menyelesaikan masalah yang terjadi di antara kami," jelasnya.
"Masalahnya selesai?" ulang Tante Rena.
Jika masalah di antara Riana dan Alvin memang sudah selesai, mengapa Alvin terlihat sedih?
Alvin bilang, dia akan menjelaskan kesalahpahaman atas pernikahannya dulu.
Jika seperti itu, bukankah saat ini Alvin dan Riana sama-sama terlihat senang?
bersambung...