"Apa yang kamu katakan sama Alvin? Kenapa juga kamu yang menyelesaikan masalah?" tanya Tante Rena. Karena beliau pikir, seharusnya Alvin yang menyelesaikan masalah ini.
"Udahlah, Tan. Jangan dibahas, aku sama Alvin udah ngga ada hubungan apa-apa lagi," terang Riana.
"Apa? Kamu mutusin Alvin?" tanya Tante Rena lagi.
"Aku ngga mutusin dia, Tante. Karena Alvin sendiri yang memutuskan hubungan di antara kami, dengan menikahi putri walikota," jelasnya.
"Astaga. Ternyata Riana masih salah paham. Bagaimana bisa Alvin belum menjelaskan kenyataan yang sebenarnya?" batin Tante Rena.
Tante Rena bingung harus mulai dari mana agar Riana bisa memahaminya. Saat ini, perasaan Riana sedang kacau. Tidak mungkin kalau Tante Rena yang harus mengatakannya.
Lagipula, mengenai masalah ini, Alvin sendiri yang harus menjelaskan.
"Tante ngga bisa ngomong banyak, karena ini masalah kalian. Tentu harus kalian berdua yang menyelesaikannya. Tante hanya bisa kasih saran, tolong kasih waktu Alvin untuk menjelaskan," saran Tante Rena.
Riana tidak mengerti maksud Tante Rena memberi waktu pada Alvin untuk menjelaskan. Penjelasan apa yang akan Alvin katakan?
"Apa maksud, Tante? Kenapa aku harus memberi Alvin waktu? Bukankah semuanya sudah jelas?" paparnya.
"Tidak. Masalah kalian belum sepenuhnya jelas. Makanya tante minta sama kamu, untuk memberinya waktu. Tante mengatakan ini, untuk kebaikan kalian berdua, juga demi masa depan Roger nantinya." Tambah Tante Rena.
Kening Riana berkerut, tidak mengerti kenapa Tante Rena sampai membawa Roger dalam masalah ini.
Roger memang putra Riana dan Alvin, tapi, Riana tidak bisa membiarkan orang tuanya saling menyakiti.
Akan lebih baik, jika Roger tidak mengetahui siapa ayahnya. Dia tidak akan merasa sedih saat melihat sang ayah hidup bahagia bersama keluarganya.
"Udah, Tan. Jangan dibahas lagi, Riana lelah," ucapnya, berlalu meninggalkan sang tante sendiri di ruang tengah.
.
Alvin termenung sepanjang hari. Rasa senang saat menerima pesan berisi alamat rumah sang kekasih, kini harus berakhir luka.
Luka yang tidak akan bisa hilang, saat Riana mengucapkan kata-kata untuk tidak mengganggu hidupnya lagi.
"Apa yang Kak Alvin pikirkan?" tanya Alan.
"Riana," jawabnya.
"Kak Alvin udah ketemu sama Riana?" tanya Alan lagi.
"Udah,"
"Kalau udah ketemu, kenapa sedih?"
Alvin akhirnya menceritakan semuanya pada Alan. Kembalinya hubungan mereka seperti dulu, membuat Alvin tidak sabar untuk tidak segera menceritakannya.
"Alan akan bantu, apa yang harus Alan lakukan?" tanyanya.
"Lakukan saja apa yang menurutmu benar, aku lagi ngga bisa mikir jernih." Sahut Alvin.
Alan keluar dari ruangan Alvin. Memikirkan ide agar Riana mau mendengarkan penjelasan sang kakak.
Sore itu, Alvin mendapat telfon dari nomor yang tidak dikenal. Mencoba mengangkatnya, siapa tau telfon penting.
Itu dari Riana. Dia mengajak Alvin untuk bertemu. Kali ini Riana akan memberi sedikit waktu agar Alvin menjelaskan semuanya.
Alvin menyetujui ajakan Riana untuk bertemu di cafe dekat rumahnya. Pertemuan kedua mereka sejak 4 tahun berpisah, membuat perasaan yang pernah kembali menguat.
Riana tidak bisa menyangkalnya. Jika dia masih memiliki rasa pada Alvin. Meski begitu, Riana bukanlah wanita yang dengan tega merebuat suami orang.
"Silahkan katakan apa yang ingin kamu jelaskan. Aku tidak punya banyak waktu, putraku masih menunggu di rumah." Ada penegasan saat Riana menyebut kata putra.
Seakan ingin memberitahu bahwa dia juga hidup bahagia tanpa adanya Alvin.
"Aku belum menikah," ucap Alvin, langsung pada inti.
"Belum, tapi akan. Benar, kan?" timpal Riana.
"Iya, aku memang akan menikahimu sejak dulu," balas Alvin.
"Alvin, tolong. Jangan bercanda, katakan dengan jujur," pinta Riana. Menganggap Alvin hanya membual.
"Apa yang perlu dikatakan, memang harus dikatakan, bukan?" tukas laki-laki yang menatap dalam pada Riana.
"Apa tujuanmu sebenarnya?" tanya Riana.
"Bertemu dan menikah denganmu," jawab Alvin, semakin membuat Riana kesal.
Riana hampir meninggalkan kursi, jika saja Alvin tidak memegang tangannya.
"Vin, tolong. Jangan seperti ini. Kamu sudah menikah, aku juga sudah mempunyai anak. Kita sudah tidak bisa bersama lagi," pintanya.
"Aku tanya, siapa ayah dari putramu itu?" Riana memang sudah memikirkan jawaban saat Alvin menanyakan siapa ayah Roger, tapi saat seperti ini, Riana tidak bisa menjawabnya.
"Kamu ngga bisa kasih tau aku, kan? Itu artinya kamu belum menikah, siapa anak itu?" desak Alvin.
Riana menolak untuk menjawabnya. Hal itu membuat Alvin semakin bersikeras untuk mendapatkan jawaban.
"Biar aku jelaskan. Aku belum menikah, ngga ada pernikahan dalam keluarga Ravendra, baik dulu maupun sekarang. Jika kamu bersedia menikah denganku, maka lusa baru akan ada pernikahan. Mana yang kamu maksud?" Penjelasan yang Alvin berikan, membuat Riana tersentak.
Mungkinkah apa yang dia ketahui selama ini, salah? Jika Alvin memang belum menikah. Bagaimana mengenai berita 4 tahun lalu?
"Ka-kamu belum menikah? Lalu berita itu?" tanya Riana.
"Iya. Berita itu salah. Aku memang dipaksa untuk menikahi putri walikota, tapi tidak lagi. Sejak memutuskan meninggalkan rumah Ravendra, hidupku terasa bebas." Alvin menceritakan apa yang terjadi padanya selama beberapa tahun ini.
"Kalau seperti itu, kenapa kamu tidak mencariku?" protes Riana. Rasa kekecewaan masih ada dalam dirinya, karena Alvin tidak berusaha mencari keberadaan Riana dan bayinya.
"Sejak kebakaran itu, aku sangat terpukul karena tidak bisa menemukanmu. Namun, beberapa hari kemudian, aku mengetahui kabar jika kamu dan Tante Rena masih hidup dari Papa. Dia berjanji tidak akan mengganggu kalian, jika aku bersedia menikahi putri walikota." Alvin menceritakan peristiwa yang terjadi 4 tahun lalu.
"Kenapa kamu tidak menikah dengan putri walikota?" tanya Riana. Wajah cerah mulai terlihat di sana, saat mengetahui kebenaran jika Alvin tidaklah menikahi wanita lain.
"Karena aku tau berita itu disebarkan ke semua media. Pada saat itu kamu pasti akan melihatnya, lalu marah dan kecewa padaku. Aku tidak akan bisa hidup jika hal itu sampai terjadi," jelasnya.
Semua penjelasan yang harus dikatakan, sudah dijelaskan. Tidak ada yang bertambah maupun berkurang.
Malam ini, Riana telah mengetahui kebenaran dari sisi Alvin. Keduanya saling meminta maaf, atas kesalahpahaman yang terjadi.
Meski begitu, Riana belum menceritakan jika putra yang saat ini tinggal bersamanya adalah putra Alvin.
Bahkan saat Alvin mengantar Riana pulang, dia belum menceritakannya. Mungkin Alvin menganggap anak kecil itu adalah anak yang Riana angkat.
"Mami," Roger memeluk Riana.
Pemandangan di depan mata, membuat Alvin sangat sangat terkejut. Roger. Anak itu, ternyata anak Riana.
"Roger." Nama yang Alvin gumamkan terdengar si pemilik.
"Om Mesi," sapa Roger melambaikan tangannya pada laki-laki yang kini tengah berdiri di depan pintu rumah mereka.
Alvin berjongkok untuk memeluk Roger. Ada dorongan yang membuatnya untuk memeluk anak kecil itu.
"Om Mesi?" lirih Riana.
bersambung...