Harrison merupakan anak pertama dari pasangan Edward dan Cindy. Dia selalu dimanja oleh ibunya karena ia merupakan anak pertama. Namun, sang ayah tak terlalu memedulikannya.
Sejak kecil, ia mendapatkan perlakukan yang tidak adil. Banyak luka ditubuhnya, hidupnya cukup menderita. Cindy berupaya agar melindungi anak pertamanya. Selain itu, posisinya sebagai istri ketiga, begitu rumit dan cukup sulit untuk mendapatkan hak-hak nya.
Wanita itu cukup ambisius. Walau putranya diperlakukan tidak adil, ia tetap bertahan sebagai istri dari Edward Wilson. Segala cara ia lakukan agar mendapatkan perhatiannya.
Harrison membenci sang ayah, karena hanya mereka berdua yang dipandang sebelah mata. Hatinya penuh dendam dan sulit dikendalikan. Karena kekesalan yang ia pendam, ia mencelakai salah satu saudara tirinya.
Harrison dihukum dan hampir kehilangan hak warisnya. Bahkan, Cindy hampir diceraikan. Posisi mereka semakin sulit. Kedua istri Edward semakin berkuasa dan menatapnya penuh ejekan.
Hidup mereka terasa berada di neraka. Mereka dihukum di ruangan bawah tanah tanpa makan dan minum. Istri pertama Edward datang kesana sambil menertawainya. Padahal, Cindy merupakan istri ketiga, seharusnya istri terakhir yang paling disayangi.
Namun, kelicikan Melva, istri pertama dan Eileen, istri kedua Edward, menyebabkan Cindy menjadi istri yang selalu terpojokkan. Perseteruan serta konspirasi mereka mengusik kehidupan Cindy.
Akan tetapi, semua ketidakadilan itu berubah menjadi titik balik Cindy untuk menyerang mereka. Cindy hamil anak kedua. Edward tidak dapat berbuat semaunya dengan menceraikannya. Ia sangat menantikan kelahiran anak kedua Cindy.
Devano lahir ke dunia membawa kedamaian bagi kehidupan Cindy. Bayi mungil nan manis itu sangat mirip dengan ayahnya. Dari semua anak Edward, hanya Devano yang paling mirip. Mulai saat itu, kehidupan Cindy berubah 180°.
Dia bukan lagi istri yang tersakiti. Dia semakin berkuasa dibandingkan Melva dan Eileen. Kedua wanita itu geram dan berusaha menyingkirkan Cindy. Namun, rencana mereka selalu gagal. Cindy selalu punya cara agar berada di sisi Edward dengan memanfaatkan Devano.
Ketika Devano berulang tahun yang ke sepuluh tahun, ia mendapatkan hadiah yang banyak dari sang ayah serta ibunya. Perhatian serta kepedulian sepasang suami istri itu terhadap Devano menimbulkan konflik awal yang sulit dihilangkan.
Harrison merasa dirinya terbuang dan tak ada yang menyayanginya lagi. Bahkan, Cindy sudah tak memperlakukannya seperti dahulu lagi. Devano banyak menerima kasih sayang dari Cindy. Ia seperti permata yang berharga dimatanya.
Rasa amarah serta kekecewaan bercampur aduk dihati Harrison. Sejak saat itu, ia menjadi tak terkendali dan berusaha ingin menyingkirkan Devano. Tak peduli, ia harus melukai adiknya sendiri.
Senyuman manis Devano meluluhlantakkan amarah Harrison dalam sekejap. Hatinya bimbang. Bagaimana mungkin, bocah laki-laki yang semanis itu ingin dilenyapkan begitu saja?
Harrison berusaha untuk melupakannya dan belajar untuk menyayangi adiknya. Namun, hal itu tak mengubah perlakuan Cindy terhadapnya. Bahkan, Harrison tak sengaja membuat Devano terjatuh dari kasur.
Saat itu, Harrison ditugaskan untuk menjaga adiknya, tetapi ia ingin membuang air kecil. Karena tak bisa menahannya lagi, ia bergegas kekamar mandi. Mainan Devano terjatuh di bawah kasur. Ketika turun dari kasur, kakinya tampak tak seimbang dan menyebabkannya terjatuh.
Benjolan tampak pada kepalanya. Pada saat bersamaan, Cindy datang dan kaget melihat kondisi Devano yang seperti itu. Harrison yang baru keluar dari kamar mandi dimarahi habis-habisan hingga ditampar.
Seumur hidupnya, baru kali itu ia mendapatkan tamparan dari ibunya. Ibunya yang selalu ia hormati dan sayangi itu menatapnya dengan penuh kebencian.
"Beraninya kamu melakukan itu pada Devano!" teriak Cindy. Tanpa sadar, ia memukul Harrison hingga bocah itu menangis sambil meringkuk.
"A-aku tidak sengaja, Ma."
"Mama sudah bilang untuk menjaga adikmu dengan baik. Kenapa kamu malah meninggalkannya seperti ini? Jika sesuatu terjadi pada Devano, posisi mama akan semakin sulit. Jika itu terjadi, mama tidak akan memaafkanmu!" seru Cindy.
Ia menggendong Devano yang menangis. Harrison mengepalkan tangan. "Kenapa mama begitu menyayangi Devano? Apa mama tidak ingat, saat mama berada dalam bahaya, aku sering melindungi mama. Namun, kenapa sekarang mama malah menamparku? Apa mama sudah tidak menyayangiku lagi?" gumamnya. Ia menangis tersedu-sedu.
Langit menjadi saksi atas kesedihannya. Tak ada yang bisa ia lakukan. Ia merasa dunia ini tak adil. Tak ada satu orang pun yang memahami serta memedulikannya. Dia bocah yang malang. Dia masih terlalu kecil untuk mendapatkan perlakuan yang seperti itu.
Apa salah dan dosanya? Mungkin, ia salah telah meninggalkan Devano sendirian. Namun, akankah tamparan dan pukulan itu layak ia terima? Kenapa semua ketidakadilan datang bertubi-tubi padanya?
Kesedihannya berlangsung cukup lama. Ia mulai terbiasa memendam setiap masalah yang ada di dalam dirinya. Wajahnya yang kusam menatap bulan dengan hati yang kacau. Ia menghela nafas cukup berat.
Siksaan yang ia rasakan cukup menyiksa batinnya. Bocah malang itu hanya melampiaskan amarahnya pada tembok. Ia memukul tembok bertubi-tubi tanpa memedulikan tangannya yang berdarah.
Tetesan darah berjatuhan ke lantai, tak ada yang mengasihaninya. Mungkin, bulan dan bintang yang menatapnya penuh kasihan. Suara ketukan pintu menyadarkannya sesaat. Seorang pembantu di rumahnya mengirimkan makanan serta buah-buahan.
"Tuan, makanlah sesuatu. Dari tadi tuan belum makan," ucap Viena dengan lembut. Usianya seumuran dengan Harrison. Tatapannya kaget saat melihat tangan Harrison penuh darah. Ia langsung mencari kotak P3K untuk membalut tangan laki-laki itu.
"Kamu pergilah!" usir Harrison. Ia mendorong Viena karena tak ingin diganggu. Gadis kecil itu tak menghiraukannya. Ia tetap mengobati luka Harrison. Ketulusan Viena membuat hati Harrison tersentuh. Tanpa terasa, ia meneteskan air mata.
"Tuan, kenapa menangis? Apa mungkin, Viena terlalu kasar mengobati luka tuan?" tanya Viena dengan nada cemas. Harrison menggelengkan kepala. Ia menggenggam tangan gadis itu.
"Aku tidak menyangka masih ada orang yang peduli denganku."
"Kenapa tuan muda mengatakan hal seperti itu? Semua orang menyayangi tuan muda."
"Menyayangiku? Hahaha…" Harrison tertawa lepas. Kemudian, ia menatap Viena tajam. "Kalau mereka menyayangiku, aku tidak mungkin sekacau ini bahkan sampai melukai tanganku sendiri," ungkapnya. Viena menatapnya kasihan.
"Memang, kehidupan orang kaya sangat rumit."
"Apa menurutmu, aku tidak layak mendapatkan keadilan?"
"Tentu saja tuan muda sangat layak. Tuan merupakan bagian dari keluarga ini."
"Kalau aku layak, kenapa mereka semua begitu jahat terhadapku?" Harrison memukul-mukul kepalanya.
"Tuan, jangan seperti ini. Walau semua orang tidak ada yang peduli dengan tuan muda, tetapi masih ada Viena yang berada di sisi tuan," kata Viena. Ia berusaha menenangkan Harrison.
"Kamu sungguh ingin berada di sisiku? Kamu tidak akan meninggalkanku?"
"Viena akan selalu berada di sisi tuan." Viena tersenyum lembut. Harrison memeluk gadis itu. Sejak saat itu, Viena satu-satunya perempuan yang paling mengerti Harrison.
Namun, akankah itu cukup untuk mengobati luka Harrison yang berangsur selama bertahun-tahun? Perseteruan antara dirinya dan Devano tidak pernah padam. Ia terus membenci adiknya.
Namun, perbedaannya kali ini, ia dapat bersikap lebih rasional. Kehadiran Viena mungkin menjadi obat sementara untuk Harrison. Walau Viena hanyalah asisten rumah tangga di rumahnya, Harrison tak pernah memandang statusnya itu.
Mampukah Viena menjadi penengah di antara kedua pria itu? Devano yang semakin bersinar, membuat Harrison semakin membencinya. Apa yang akan terjadi pada kehidupan mereka selanjutnya?