Chereads / Love And Conspiracy / Chapter 22 - Teka-teki

Chapter 22 - Teka-teki

Setiap insiden mengandung suatu cerita yang menggemparkan. Tak semua peristiwa dapat teratasi dengan baik. Semakin lama, kita terjebak dalam teka-teki yang menenggelamkan pikiran kita, itu akan membuat kita kesulitan untuk menemukan jalan keluarnya.

Tak semua pemikiran sama. Jika diperhadapkan dengan masalah yang menguras emosi kita, lama-kelamaan kita akan terjatuh dan tak dapat mengendalikan diri kita. Ada beberapa hal yang sulit dimengerti oleh nalar, bahkan Keenan berjalan mondar-mandir untuk berpikir jernih.

Insiden yang terjadi pada Kyra, bukan sebuah insiden biasa. Insiden itu mengacu pada tindakan seseorang yang sengaja menjebak Kyra. Keenan menggambarkan skema yang terjadi seperti dilakukan oleh detective di film-film. Ada David yang bersamanya.

Biarpun Keenan meminta bantuan Regina, ia masih saja tak merasa tenang. Dia berpikir, sosok itu mungkin saja berhubungan dengan orang-orang disekitarnya.

Selain keluarga Wilson yang tahu soal keberadaan greenhouse, beberapa rekan bisnis dari Wilson and group juga tahu keberadaan tempat itu. Mereka juga patut dicurigai.

"David, menurutmu siapa pelakunya yang paling mendekati dari sekian banyaknya orang-orang ini?" tanya Keenan. Ia menopang dagu, berpikir keras. Pikiran David juga sama sibuknya.

"Terlalu rumit. Dari sekian banyaknya orang-orang ini harus dikelompokkan menjadi dua kelompok."

"Kenapa dua kelompok?" tanya Keenan heran.

"Orang-orang yang berhubungan dengan nona ini atau orang-orang yang sama sekali tidak berhubungan dengannya."

"Tetapi, jika dilihat dari sudut pandang seorang detektif, menurutmu siapa yang paling patut dicurigai?"

"Sejauh ini, saya masih belum melihatnya terlalu jelas. Satu-satunya cara, harus mengetahui apa motif orang ini sebenarnya untuk menjebaknya, tetapi…"

"Tetapi apa? Apa kamu memikirkan sesuatu?"

"Apa mungkin rekan-rekan bisnis dari Wilson and group ini tahu semua tentang aturan dari green house?"

"Aku rasa tidak. Sebagian mungkin tahu dan sebagian lagi tidak. Aku merasa, itu semua berhubungan dengan mereka. Mungkinkah, mereka menaruh dendam pada keluarga Wilson, sehingga menjebak perempuan ini?"

Kepala Keenan terasa berdenyut. Begitu pusing memikirkan masalah yang terjadi pada Kyra. Ia harus bergerak cepat untuk mengetahui siapa pelakunya karena sosok itu bisa menjadi ancaman bagi seluruh penghuni green house atau grand royal house.

"Bagaimana kalau dari awal ia memang sengaja menargetkan perempuan ini?" tanya David.

"Maksud kamu salah satu dari mereka menaruh dendam padanya dan sengaja memanfaatkan green house untuk memancing keributan?"

"Benar. Saya rasa, orang ini tidak bermaksud untuk memanfaatkan green house. Orang ini cerdas, dia tidak menggunakan tempat tinggalnya sebagai sarana karena mudah dilacak, yang saya takutkan cuma satu hal."

"Apa itu?"

"Perempuan ini akan terus dipermainkan hidupnya agar kebenciannya terhadap para penghuni green house semakin menguat."

"Jika itu terjadi, grand royal house juga terkena imbasnya. Apa yang dilakukan orang ini seperti membunuh dua burung dengan satu batu. Dia sangat teliti. Aku semakin penasaran, siapa dia sebenarnya."

"Tuan muda benar, dan satu hal lagi yang harus dikhawatirkan."

"Katakanlah!"

"Saya khawatir, dia tahu apa yang kita lakukan saat ini."

"Sial! Jika apa yang kamu katakan benar, dia sengaja membuat kita bingung dan menggerakkan kita seperti permainan catur yang mudah ia mainkan. David, aku ingin kamu membantu Regina untuk menyelidiki kasus ini diam-diam."

"Sebenarnya…"

"Kenapa? Apa kamu masih trauma?"

"Tuan muda, kalau boleh saya jujur, saat saya kehilangan pekerjaan saya sebagai seorang detektif, semua pikiran dan hati saya blank seketika. Saya tidak tahu kemana arah tujuan hidup. Padahal, saya sudah mendedikasikan hidup saya demi pekerjaan itu. Saya sudah bekerja selama 15 tahun, namun semua usaha saya hilang tiba-tiba hanya karena satu insiden itu. Kalau boleh memutar waktu, saya tidak ingin menjadi saksi pembunuhan saat itu. Saya…"

"Aku mengerti perasaanmu. Jangan khawatir, setelah aku berhasil memegang kendali perusahaan dan dapat berkuasa melebihi ayahku, aku akan mengembalikan pekerjaanmu seperti sedia kala."

"Tuan muda, saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mengikuti anda adalah pilihan terbaik yang saya lakukan. Saya bersumpah, saya akan terus melindungi tuan muda dalam situasi apapun," kata David seraya menundukkan kepala serta badannya. Cukup lama ia membungkuk hingga Keenan menepuk pundaknya.

"Aku bisa melihat hatimu dari dulu, aku tidak pernah salah menilai seseorang. Hanya saja untuk melindungiku dengan nyawamu, itu tidak perlu. Kamu memiliki kehidupan yang harus kamu jalani. Terima kasih sudah setia denganku," kata Keenan sambil tersenyum tulus.

Sebenarnya, Keenan sangat menghargai pengorbanan dan kesetiaan seseorang. Siapapun yang rela memberikan itu padanya, dia akan menghargai orang itu dan hidupnya terjamin, takkan kekurangan uang sedikitpun.

Namun, siapa didunia ini yang mau berkorban nyawanya demi orang lain, kecuali orang itu bodoh dan tidak punya pilihan lain?

Tak banyak orang yang bisa mendedikasikan hidupnya demi tuannya, kecuali David dan segelintir orang tertentu saja. Akankah David terus hidup seperti itu? Hati dan pikiran manusia tidak ada yang tahu dan dapat berubah sewaktu-waktu.

"Soal Regina, saya akan mencoba membantunya sebisa saya," ujar David, ia mencoba membuang trauma dan egonya.

"Baiklah. Aku harap kalian dapat bekerjasama dengan baik. Kita tunggu Regina memberi kabar."

"Baik, Tuan muda."

Tak lama, David berpamitan diri. Ia hendak ke kamar kecil. Ketika ia selesai buang air kecil dan menutup pintu kamar mandi yang terbuat dari seng, tiba-tiba seseorang membekapnya dari arah belakang. Karena disana bukan greenhouse, hanya gudang yang sempit, tak sulit bagi seseorang untuk masuk ke tempat itu.

David tak sadarkan diri, lalu ia dibawa oleh sosok itu menggunakan mobil mewah berwarna hitam. Siapakah dia sebenarnya? Keenan menunggu David yang tak muncul, hatinya gusar. Ia merasakan ada sesuatu yang tak beres, terlebih lagi, mengingat percakapannya dengan David tadi.

Dia memeriksa kamar mandi. Namun, ia terlambat. Kamar mandi kosong dan tak menemukan siapapun disana. Ia mengepalkan tangan. "Sial! Siapa yang mencoba mempermainkanku? Aku bersumpah, aku tidak akan melepaskanmu dan takkan membuat hidupmu tenang!" seru Keenan.

Pria itu sungguh tak tahu apa-apa. Hidupnya dipermainkan. Namun, ia tak sengaja menemukan jejak sepatu dan sepasang kaki yang terseret. Dia menduga jejak sepatu itu pasti pelakunya dan kaki yang diseret merupakan David.

Mungkinlah ia telah menemukan titik terang hanya dari jejak sepatu itu? Dibalik itu semua, tawa menggema di dalam mobil, seperti anak kecil yang puas dengan mainan yang dibelinya.

"Keenan, apa kamu pikir bisa menemukanku dengan mudah? Kamu hanya tinggal menunggu waktu dan semua penghuni greenhouse. Aku juga nggak peduli dengan grand royal house. Aku tidak akan takut dengan kalian semua," gumamnya sambil tertawa menggelegar.

Suaranya sangat mengerikan. Sorotan matanya tajam. Dia akan menjadi ancaman bagi Keenan. Ia tak mengenal takut. Ia melirik David dalam keadaan tangan dan kaki diikat, serta mulut yang dilakban, tiba-tiba ia kepikiran suatu tempat. Kemanakah ia akan membawa David?