Dering Handphone Vania berbunyi, nada dering berbunyi selama 10 menit dan baru diangkat setelah 15 kali lebih nada dering berbunyi.
"Halo.." Vania menaruh Ponsel nya di atas kuping nya dengan posisi yang masih terpejam,
"Balo..bangun Van udah siang…" Muncul suara dari sambungan telpon Vania,
Tak ada sahutan lagi dari Vania,
"Van..Bangun!" Sentak menelpon yang menghubungi Vania,
"Hmmm lima menit lagi…" Jawab Vania dengan suara lesunya dan masih dengan posisi mata yang terpejam. Dia saja tidak tau siapa yang menelpon nya di pagi hari seperti ini,
"Ayo bangun solat dulu Vannn!"
Vania masih saja memejam kan matanya "hmmm…"
"Van bangun! Van bangun! Van bangun!" Sahut menelpon berusaha membangun kan Vania melalui sambungan telpon,
Dan masih tak ada jawaban dari Vania,
"Vannnnn! Bangun udah jam 7, hari senin loh ! Vannn bangun !" Suara menelpon langsung menjadi tinggi dan membuat Vania sentak terbangun
"Senin!" Vania langsung bangun dan berjerit kencang, ia ingat jika senin depan tak ada kata telat dan membuat nya langsung terbangun dari tidurnya.
Tapi sepertinya kesadaran Vania baru timbuk setelah 5 menit melihat ke kanan ke kiri. Ruang telpon yang tadi di penuhi suara penelpon sekarang menjadi hening,
"Sekarang baru jam..." Vania melihat ke arah jam kamarnya, dengan mata yang masih sedikit terpejam "Setangah 5 njirrrr!" loncak Vania.
"GAHAHAHHAAHA! EMANG ENAK HAHA!" Suara menelpon itu langsung tertawa terbahak-bahak. Bentar- ini suara siapa, Vania langsung menarik ponselnya dan melihat nama menelpon
"KAK RIZALL AHHHH!!!" Jerit Vania setelah melihat nama menelpon.
"Sana gih sholat keburu waktunya abis loh!" Ya tujuan Rizal menelpon hanya ingin membangunkan Vania untuk sholat saja.
"Hmm-iya iya…" Vania masih setengah sadar, mengumpulkan semua nyawa nya dan bergeser turun dari kasur untuk mengambil wuduh dikamar mandinya.
Dan selama ia melakukan sholat ia tak sama sekali mematikan sambungan telpon, begitu pula dengan Rizal yang mendengarkan suara suara angin dan hanya bisikan Vania yang sedang sholat.
"Eh lupa lagi telponan…" spontan Vania melihat layar handphonenya yang masih termapang nama Rizal.
"Kakakk Rizalll…" Sahut Vania menarik ponsel yang berada di atas kasurnya,
"Yaa? Udah kelar sholatnya?" Tanya Rizal,
"Udah kak.."
"Yaudah lanjut bobok nya sana, aku dipanggil kedepan juga.."
"Ahh oke…byee kak rizal! semangat ya!" Jawab Vania sudah siap menekan tombol
Berwarna merah dilayarnya,
"Bye Van have a nice day!" Suara Rizal sudah sedikit jauh dari ponsel, mungkin ia sedang membenarkan posisi rambut atau membereskan kasurnya.
"Have a nice day to komandan hehhehe..!"
Tak ada jawaban Dari Rizal karena sesaat Vania mengatakan kalimatnya, layar Vani seketika menghitam berarti Sambungan telpon itu sudah mati.
Vania menarik kursi belajarnya, ia tak jadi melanjutkan rebahaan nya namun menghabiskan waktu petang nya dengan memantau bisnis yang ia pegang.
Hampir 20 menit Vania melihat file-file atau data kenaikan tentang Bisnisnya,
"Huhhh sabtu ngapain ya?" Vania membuka layar ponsel nya,
"DEKK!" teriak tante Um dari lantai pertama.
Oh iya memang di hari weekend tante umia selalu menginap dirumah Vania untuk menemani Vania yang sering sendiri di rumah.
"Ya tante?!" sahut Vania dari kamarnya,
"Tante mau keluar dulu sama om nyari makan mau ikut ga?!" Tanya Tante Um,
"Ga tante Vania dirumah aja!" Balas Vania,
"Yaudah tante pergi ya!" Sahut Tante Um lagi dan dibalas Vania "Ya tante!"
Ya memang di hari sabtu pagi sering menjadi hari melesukan bagi Vania, tak memiliki kawan untuk pergi di pagi harinya namun jadwalnya akan penuh di malam nya.
Sabtu pagi biasanya dihabiskan teman-temannya Vania untuk perjalan dengan pasangannya dan di saat malam hari mereka akan bertemu di salah satu cafe di bandung. Dan hal itu sudah menjadi kebiasan mereka ber-lima,
Bagi Vania hari sabtu adalah hari yang tidak sama sekali produktif, yang terkadang juga produktif karena dia harus mengecek bisnis nya jika kakakya sedang sibuk dengan urusan lain.
Sekarang sudah mau masuk jam setangah 8 pagi, Vania keluar dari kamar nya dan pergi ke kamar kakaknya,
"Bang bangggg! " ketok vania ke kamar abang algo,
"Apeee buka aja!" sahut bang Algo dari dalam kamar,
Vania membuka pintu kamar bang algo.
"Bang lagi ngapain? Udah bangun tumben…" Vania berdiri didepan pintu kamar Bang Algo, "Lagi mau siap siap keluar," balas bang Algo.
"Keluar ke mana?"
"Abang mau pergi sama temen temen ke punclut..."
"Ohh.." Vania duduk dipinggir kasur bang Algo,
"Kenapa ? Mau ikut ?"
"Ga dehhh aku dirumah aja,"
"Yaudah... abang pergi ya kamu dirumah kalo mau keluar kabarin ya!" bang Algo memberi tangan nya,
Dan diraih Vania untuk salim "ya bosss.."
"Yaudah abang pergi ya! udah ditungguin, "
Bang algo keluar dari kamar dan pergi,
Vania hanya terduduk diatas kasur bang Algo.
"KAK AMIII" teriak Vania mencari kak Ami,
"Masih pagi ga usah teriak teriak" sahut kak Ami entah dari mana,
"Kak ami dimana sihh!" gerutu Vania yang masih duduk dikasur bang Algo,
"dibawa sini!" teriak Kak Ami, Vania turun kebawa menyusul kak Ami.
"Ngapain kak?" Tanya Vania melihat kak Ami membereskan barang barang diatas meja makan,
"Lagi mau siap siap," balas kak Ami yang masih fokus dengan kertas-kertas dan barangnya,
"Ahhhhhh pada pergi!" Gerutu Vania dengan muka cemberutnya,
"Lahhh siapa yang mau pergi, orang mau siap siap ke klinik, " kekeh kak Ami melihat tingkah Vania,
"Huhhhh untung.." Vania menghempuskan nafasnya dengan halus,
"Kenapa sih? Kamu ga keluar?" Tanya kak Ami.
"Gatau deh mager jalan" Jawab Vania lesu,
"Dasar kamu, sabtu minggu kek paling dibenci…" kekek kak Ami.
Notif di Handphone Vania berbunyi, "Ekhmmm siapa tuh?" Kak ami melihat kearah Handphone yang ada ditangan Vania,
"Apan sihh kak!" Gerutu Vania,
"komandan nya ya ?" Kak Ami memanasi Vania,
"Iddih!" Vania memutar kan bola matanya dengan sinis,
"Ga diliat siapa yang chat?' Tanya kak Ami,
"Entar dehhh…akuuu mau nanya," Vania langsung membuka topik.
"Nanya apa boss?" balas kak Ami,
"Kak ami putus sama pacar kak ami?" Tanya Vania sambil duduk dikursi meja makan,
"Hmm gatau dehh," suara kak Ami langsung berubah,
"Lah kok gatau…?" Tanya Vania,
"Udah cape ngomong tentang dia!" Kak ami membereskan barang barangnya dan bersiap meninggalkan ruangan makan,
"Orang udah lama pacarannya malah putus," Lanjut Vania,
"baru juga 3 bulan" Balas lesu Kak Ami.
"Yaa tapi itu lumayan lama, emang kenapa putus kak ?" Vania menuangkan sekotak susu dari atas meja,
"Dia milih yang lain" Kak Ami menjawabnya lesu,
"APA ? MAKSUDNYA SELINGKUH ?" Teriak Vania,
"Ya gitu deh.." kak Ami membalas dengan santai,
"Teross kakak biasa aja gitu ga nangis nangis ? Ga marah marah ?" Vania melonggo,
"Buat apa aku gitu ? Orang aku juga ga sayang sama dia…" kak Ami menenteng barang barang siap siap untuk pergi,
"HAH!" Vania melonjak teriak,
"Aduhhh sakit kuping aku lama lama!" Teriak kak Ami,
"Jadi selama 3 bulan kakak ga sayang sama dia ?" Vania menurun kan nada suaranya,
"Gatau kenapa perasaan aku ke dia aneh aja gitu aku ga bisa sayang sama dia…" kak Ami membalas dengan santai,
"Lahhh terus waktu itu kenapa diterima?!" teriak Vania
"Aku ngerasa ada orang yang bakal jagain aku tapi aku gatau siapa dia tapi kaya udah pernah ketemu dia…" kak Ami menjawabnnya sengan mata yang berbinar binar,
"Dihhh aneh bet!" Jawab Vania geli dengan omongan kak Ami.
"Biarinn siapa tau jodoh aku udah otw…" balas Kak Ami dan jalan ke arah pintu rumah.
Vania langsung terdiam sambil menguyah oatmealnya, "Hubungan ga ada rasa terus selingkuh? Wow udah double kill terus triple kill lagi.." Batin Vania setelah mendengar cerita kak Ami
"Sejak kapan kak Ami bisa berfirasat?" Pikiran Vania langsung loncat ke kalimat terakhir yang kak Ami sebut dan sedikit geli,
Vania menarik handphone disaku bajunya sambil tangan kanan nya memegang segelas susu, Muncul lah chat seseorang
Kak Wildan
:Kak wildan
Hai udah bangun?
Off
"Ukh ukh Hah?!" Susu yang ada ditenggorokan Vania keluar lagi, Vania membuka isi chat dari Wildan. Dan menjawab pesannya,
Vania:
udah kak , knp emang nya kak ?
Kak Wildan:
Gapapa, ga keluar?
Vania :
ga kak ga ada temen heheheh
Kak Wildan:
ohh gitu , yaudah siap siap ya 20 menit lagi
aku sampe
Vania :
hah?
kak?
Off
"AHHHHH!" Vania loncat dari kursi meja makan.
"Hah kenapa kenapaa!" kak Ami langsung menengok spontan sebelum membuka pintu rumah,
"Gapapa hehehe, aa..aku keatas ya mau pergi!" Vania langsung menenguk sisa susu yang ada dicangkirnya,
"Lah katanya mager, laaahh?" Seru kak Ami,
"Dadahhhh!" Vania langsung meletak kan gelasnya dan Berlari keatas.
Lima belas menit berlalu Vania sudah siap, "Bentar kok gua deg deg an ya?" Vania memegang jantungnya.
"BUU BOSSSSSS!" Teriak bude dari bawa, "IYAA KENAPAA?!" Vania menyaut dari kamarnya,
"KEBAWA ADA TAMU!"
Vania turun ke bawa, ke area ruang tamu. Sudah ada kak wildan yang duduk dikursi ruang tamu, "ka..Hai kak!" sapa Vania,
"Hai udah siap?" Sapa balik dari Wildan.
"Ud-udahh kak" Vania tersenyum,
"Yaudah yukk!"
"Ehh..hayu…"
"Bude Vania pergi dulu ya sama kak wildan.." Vania berjalan kearah pintu rumah dan dibalas bude dari dalam dapur "Oh iya hati hati ya!"
"Pamit ya bude mau minjem vania nya dulu," kekeh Wildan sambil jalan perlahan kearah pintu rumah,
"Hahha iya iya…" kekeh Bude.
Widlan dan Vania sudah pergi dari parkiran rumah menggunakan Mobil milik Wildan.
Di jalan Vania dan Wildan lumayan banyak berbincang, "Van!" sahut Wildan,
"Ya kak?" tengok Vania,
"Kamu kapan ujian ?" Tanya Wildan.
"Dua minggu lagi kayanya kak.."
"Wihh berarti udah mau kelas 12 lagi dong?"
"Hehhee iya kak…"
"Va Vania kalo nikah mau umur berapa?" Okeh pertanyaan Wildan membuat Vania jantungan,
"Hah..hah?" Vania langsung melotot,
"Nanya aja sih wkwkwk…" kekeh Wildan seakan membuat keadaan menjadi cair lagi.
"Ka..kalo vania maunya selesai pendidikan sih, kalo udah jadi dokter baru dehh," lanjut Vania.
Tak langsung ada balasan dari Wildan,
"kenapa emangnya kak?" Tanya Vania yang sedikit heran dengan pertanyaan Wildan yang spotan,
"Eh..ga pa pa nanya aja,"
Sekian detik Wildan terdiam ia melanjutkan omongannga "Ohhh tapi kalo kamu nikah di umur yang masih muda gimana ?" Tanya Wildan lagi namun sedikit perlahan disetiap kalimatnya,
"Yaudah gapapa mungkin udah jodoh," balas Vania dengan santai, ya karena bagi Vania itu Hanya pertanyaan biasa yang tak harus di ambil ke hati sekali.
"Ouhh".
"Kan target aku jadi dokter dulu dan kalo kelas 12 aku bisa ambil ijazah cambrige, nah aku bisa kuliah dokter lebih cepat jadi mungkin di umur 22 atau 23 bisa nyelesain kuliah," jelas Vania dengan rincih
"Pastii bisaa!" Wildan menyemangti Vania.
Entah angin dari mana yang membuat Wildan berani pertanya seperti itu, namun untung nya Vania bukan tipikal yang terlalu heboh jika di tanya begitu. Toh Bagi Vania itu termasuk hal sari sharing satu sama lain sebagai calon adik ipar?