Sebulan kini telah berlalu semenjak Aisyah telah berdebat dengan abinya soal tinggal di pesantren. Aisyah belum bisa memutuskan apa-apa. Menurutnya sangat percuma jika dirinya menolak, karena sekeras apapun dirinya menolak. Abi tetaplah Abi dengan segala kuasanya yang tidak bisa dibantah oleh anak-anaknya.
Tepat hari ini adalah hari dimana kakaknya yang bernama Rengganis akan pulang. Abi dan juga umi telah siap-siap akan menjemput Rengganis. Sedangkan Humaira masih saja belum pulang karena masih menyelesaikan studinya di Al Azhar.
"Aisyah, ayo buruan keluar. Abi dan umi sudah selesai ini tinggal nunggu kamu," teriak umi dari balik pintu kamar Aisyah. Karena pintunya dikunci dari dalam oleh Aisyah. Hari ini bukan hari bahagianya, meskipun dirinya sangat rindu dengan kakaknya. Namun yang membuatnya murung kali ini adalah, dirinya akan ke Jawa setelah kak Rengganis tiba nanti.
Aisyah yang mendengar uminya memanggil langsung menyahut.
"Sebentar umi, Aisyah lagi dandan," sahut Aisyah dari dalam kamar. Kebiasaan, itulah Aisyah jika bepergian bersama dirinya yang paling lambat bersiap-siap. Karena dari tadi dirinya hanya melakukan Corat coret dibuku diary nya.
Mendengar jawaban Aisyah, akhirnya umi menunggu di teras depan rumah. Abi pun sudah berpakaian rapi tak lupa memakai peci kebanggaannya dan juga celana kain berwarna hitam.
"Sedang apa anak itu lama sekali," tanya Abi saat menyadari jika istrinya sudah keluar.
"Masih dandan bi katanya," sahut umi seraya duduk di kursi yang ada di teras depan.
Tak lama kemudian Aisyah telah selesai berdandan, tak ada yang berbeda dari penampilannya tapi kenapa lama. Kali ini Aisyah hanya menggunakan pakaian overall celana dengan baju dalamnya berwarna putih polos. Rambut hitamnya dia gerai dengan begitu indah memanjang hingga sepunggung.
Abi dan Umi hanya bisa menghela napas panjang melihat penampilan Aisyah yang tanpa hijab.
"Lebih anggun lagi kalau kamu mau menggunakan hijab sesuai dengan nama kamu," tutur abinya tiba-tiba saat Aisyah baru saja keluar dari kamarnya. Kini mereka sudah berkumpul di teras.
Aisyah hanya diam tidak menanggapi ucapan abinya itu. Aisyah hanya membatin, "salah siapa memberiku dengan nama Aisyah."
"Ya udah ayo bi umi, nanti kak Anis kelamaan nunggu kita," seru Aisyah yang mengalihkan pembicaraan abinya.
"Kan lama karena nunggu kamu Syah," sahut uminya tampak memutar bola matanya malas.
"Ya udah ayo," lanjut Abi yang tidak ingin jika istrinya kesal pada Aisyah.
Kemudian Abi langsung mengambil mobilnya yang ada di garasi, sedangkan Aisyah dan umi menunggu di depan. Setelah itu Aisyah dan uminya langsung masuk ke dalam mobil saat Abi sudah berhenti di hadapan mereka.
"Kira-kira nanti kak Anis kangen nggak ya sama Aisyah, rasanya udah lama banget kak Anis nggak pulang-pulang," seru Aisyah memecah keheningan di dalam mobil. Hanya butuh beberapa menit saja untuk tiba di bandara. Dekat, namun mereka ingin menjemput keluarganya yang sudah lama tidak pulang.
"Ya pasti kangen lah Syah udah lama nggak pulang kok, nanti kalau kak Anis di rumah, kamu harus banyak belajar bagaimana caranya berhijab," seru umi Masitoh pada Aisyah.
Lagi-lagi membahas hijab, Aisyah merasa jengah namun dirinya berusaha untuk sabar dan tidak menjawab ucapan uminya. Sedangkan abinya fokus menyetir mendengarkan kedua wanitanya berbincang.
Aisyah diam tidak menanggapi ucapan uminya. Tak lama kemudian akhirnya mereka telah tiba di bandara yang letaknya memang tak jauh dari rumah mereka.
Kemudian Aisyah turun terlebih dahulu bersama uminya, sedangkan abi Rozak masih memarkirkan mobilnya di tempat parkir. Lalu Aisyah dan umi berjalan menuju ruang tunggu penumpang yang baru saja tiba. Mereka semua banyak yang berdiri sambil membawa tulisan, Aisyah pun melakukan hal yang sama. Dia sudah menyiapkan sejak dari rumah tadi, tulisan dengan Rengganis Aisyah tulis di sebuah kertas karton dan digulung kemudian ia keluarkan dari dalam tas selempangnya.
"Kamu bawa begituan buat apa sih," tanya Umi heran yang tidak mengerti maksud Aisyah.
"Ya biar nanti kalau kak Anis udah tiba tinggal baca tulisan ini nggak celingak celinguk cari kita mi," sahut Aisyah dengan sangat antusias. Umi tampak menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Aisyah.
Abi pun sudah mendekat dengan mereka setelah memarkirkan mobilnya tadi. Mereka masih berdiri di tempat para penjemput penumpang.
"Belum datang juga?" tanya Abi yang baru saja gabung.
"Belum bi, bentar lagi pasti datang," sahut Aisyah. Untuk menghilangkan kejenuhannya, Aisyah menyalakan musik di ponselnya dan disambungkan melalui headset. Mendengarkan musik adalah hobinya yang tidak bisa dia tinggalkan sejak sekolah dahulu.
Tak lama kemudian, tampak rombongan para penumpang yang baru saja landing. Aisyah langsung saja melambaikan tulisannya yang dia bawa tadi.
Rengganis yang berjalan mencari keluarganya yang menjemput menyadari jika ada tulisan namanya langsung saja berjalan mendekat. Abi dan juga umi menyadari jika Rengganis tampak berjalan mendekati mereka sambil menarik dua koper besar sambil tangannya menjinjing tas. Aisyah tampak histeris saat menyadari jika kakaknya benar-benar telah pulang.
"Kak Anis!" seru Aisyah dengan sangat heboh. Rengganis yang mendengar namanya dipanggil oleh Aisyah merasa terharu karena bisa mendengar lagi suara cempreng adiknya yang begitu dia rindukan selama berada di Kairo.
Rengganis langsung berlari melihat Aisyah dan juga kedua orangtuanya yang sudah mau datang menjemputnya. Hatinya merasa bahagia saat ini karena keluarganya masih merindukan dirinya meskipun lama tidak bertemu.
"Aisyah," seru Rengganis sambil memeluk tubuh Aisyah yang tampak berubah agak sedikit tinggi dari terakhir kali mereka bertemu.
Aisyah pun membalas pelukan kakaknya yang sangat dia rindukan itu. Abi dan umi tampak bangga karena melihat anaknya telah tiba dengan selamat tanpa berkurang apapun.
Kemudian Rengganis melepas pelukannya dan langsung beralih memeluk Abi dan juga uminya. Tak lupa Rengganis mencium tangan dan pipi kedua orangtuanya. Rengganis tampak terharu karena sudah hampir 6 tahun dirinya tidak bertemu dengan keluarganya.
"Abi dan umi sehat?" tanya Rengganis sambil membetulkan hijabnya yang terlipat akibat berpelukan dengan keluarganya.
"Alhamdulillah kami semua sehat, kamu juga sehatkan selama diperjalanan tadi?" tanya Abi sambil menepuk pundak putrinya yang sulung.
"Alhamdulillah sehat juga Abi, oh ya dapat salam dari Maira," lanjut Rengganis. Aisyah tampak mendengarkan kakaknya sedang bertukar informasi pada Abi dan juga umi.
"Oh ya Maira sehat juga kan di sana?" Kali ini Umi yang bertanya. Karena sebenarnya umi juga sudah rindu dengan Humaira. Namun Humaira harus pulang setelah lulus studinya di Al Azhar.
"Sehat Mi, dia selalu bilang kalau udah kangen banget dengan Abi dan umi. Apalagi dengan anak satu ini," jawab Rengganis sambil mencubit hidung Aisyah.