Setelah kericuhan di kelas itu terjadi, Rasya langsung berdiri di hadapan mereka untuk melindungi Yuna dari Genk Archipelago. Seluruh anggota geng Archipelago termasuk Erika menjadi terdiam setelah mendapati Rasya di tempat itu.
"Ternyata di sini ada sosok pahlawan kesiangan, ya?" ucap Aurel.
"Heh, anak IPA! Kok lu jadi ngebelain Yuna, sih? Udah tahu Yuna kelakuannya kayak gini, tapi tetep aja belain dia! Emang lu suka sama dia?!" bentak Erika.
"Gua sangat yakin kalau Yuna tidak seperti itu, kok kalian bisa bisanya sih kalian langsung percaya sama foto itu begitu saja! Kan bisa aja kalau itu foto hasil rekayasa atau editan," bentak Rasya.
Lya langsung menuju ke arah Rasya yang sedang berbicara, lalu memandanginya dengan lekat. "Udah, deh. Lu nggak usah ikut campur! Lagian kan elu bukan anak kelas ini!" bentak Lya.
Yuna langsung berdiri dan menghampiri Rasya. "Nggak papa kok, Rasya. Lu tenang aja karena gua gak apa-apa, mending lu balik ke kelas karena sekarang sudah waktunya jam pelajaran," ucap Yuna. Dia tidak ingin mengganggu dan merepotkan Rasya.
Tanpa mengatakan apa-apa, Rasya langsung menghampiri keberadaan Gio yang tak jauh dari genk Archipelago. Kemudian Rasya langsung mengecam kerah leher baju Gio dengan kasar.
"Tinggal bilang aja kalo lu itu yang ngelecehin Yuna, kan? Lu jadi cowok brengsek banget nih?!" ucap Rasya kasar.
Tanpa segan, Gio langsung menyingkirkan tangan Rasya dari kerah bajunya dan langsung menatap Rasya dengan tajam. "Gua gak ngelakuin semua itu! Jadi setop dulu tuduh-tuduh gua kayak gitu?! Kalau lu gak percaya tanya aja sama Yuna!" gertak Gio.
Rasya langsung mengarahkan pandangannya pada Yuna, sedangkan Yuna langsung menundukkan pandangannya ke arah bawah. "Apa benar yang dikatakan oleh Gio?" tanya Rasya.
Mengangkat kepalanya kembali. "Yang dikatakan oleh Gio itu memang benar! Gua sama sekali belum melakukan hal menjijikan seperti itu, kita berdua sama sekali belum kejadian apalagi sampai ada yang bilang kalau Gio yang sudah melecehi gua ataupun sebaliknya, karena itu semua tidak benar. Semua foto dan video yang beredar itu hanyalah rekayasa editan!" jelas Yuna.
"Pak Yon memberikan waktu 2 minggu untuk kami agar bisa membuktikan bahwa kita sama sekali tidak melakukan hal itu, selain itu aku juga akan membuktikan bahwa semua foto-foto itu adalah tak lain adalah editan!" sambung Gio.
Semua siswa yang berada di kelas itu mencoba mencerna dengan yang dikatakan oleh Gio dan Yuna. Memang, rasanya sulit dipercaya apalagi dicerna. Tetapi penjelasan mereka berdua yang bersungguh-sungguh membuat sebagian anak-anak Ikhlas itu menjadi percaya pada mereka berdua.
"Heh, heh, kalian semua jangan percaya dengan perkataan Yuna dan Gio! Gio, kamu bilang aja kalau kamu sudah dilecehin sama Yuna." Erika sepertinya sedang mencoba kembali untuk memanaskan suasana.
Sementara rakyat tidak mengerti dengan alur jalan cerita itu, karena Rasya sendiri tidak mengerti dengan kejadian yang sebenarnya terjadi dan kronologi yang bisa dikatakan benar.
"Kita berdua memang tidak melakukan itu, ada apa dengan kamu Erika? Kenapa kamu selalu memanas manasi suasana?" ujar Gio dengan kasar kepada kekasihnya sendiri.
"Sudahlah, kita itu jangan ribut di sini! Gua sendiri juga gak tahu mana yang benar dan salah dari pernyataan ini. Tapi yang pasti kalian semua jangan menarik kesimpulan dari foto dan video tersebut, karena bisa saja kalau foto dan video itu merupakan rekayasa. Untuk Genk Archipelago, mending kalian jauh-jauh dari Yuna dan jangan selalu membully dia. Kalian sendiri kan merupakan anggota dan tim musik Archipelago yang paling populer yang ada di sekolah, harusnya kalian bisa mencontohkan sikap baik kalian bukan malas sikap yang berandal dan sok jagoan seperti ini!" ucap Rasya yang sedang menegur semua yang ada di sana.
Mendengar bentakan dari Rasya, membuat seluruh siswa terdiam dan hanya menatap raut wajah Rasya yang penuh akan keemosian. Entah mengapa, Gio sangat tidak suka dengan sikap yang ditunjukkan oleh Rasya, yaitu sikap yang menunjukkan seolah bahwa Rasya merupakan pahlawan bagi Yuna.
Apa mungkin Gio cemburu dengan itu? Tetapi tampaknya jawabannya memang benar bahwa Gio benar-benar cemburu dengan Rasya yang bersikap peduli dan melindungi Yuna seperti itu, dan jika dilihat dari raut wajah Yuna tampaknya dia sangat senang dan kagum dengan yang dilakukan oleh Rasya.
"Yaudah, masalah ini sudah selesai karena bentar lagi guru akan masuk untuk mengajar. Mending lu cepet-cepet ke kelas, karena kelasnya elu itu bukan ada di sini," ucap Gio seakan mengusir.
"Gua peringatin lagi ya sama kalian, jangan kalian membully Yuna dan menyakiti hati dia sebelum semua kebenarannya terungkap. Jadilah murid yang smart," ucap Rasya.
Rasya langsung melangkahkan kakinya keluar kelas itu. Tapi pada saat dia ingin mengungkapkan kakinya, Yuna menahannya dengan memegang tangannya dengan erat. Hal itu membuat Gio ingin marah dan semakin panas dengan itu.
"Terima kasih ya, Rasya!" ucap Yuna dengan memasang senyuman yang berseri-seri.
"Sama-sama," respon Rasya.
Setelah itu rasanya melanjutkan ritual melangkahkan kakinya untuk menuju ke kelasnya, karena itu bukanlah kelas Rasya.
Tidak lama kakinya melangkah, akhirnya Rasya berada di depan kelasnya dan tampaknya pelajaran sudah mulai. Rasya memang benar-benar terlambat saat itu, tetapi mau bagaimana lagi Rasya harus memasuki apapun alasannya.
"Tidak ada waktu lagi, sepertinya gua harus masuk kedalam kelas sekarang juga. Kalau gua terus-terusan di sini maka akan bahaya, gua ga boleh bolos," ucapnya.
Ia mulai masuk dan tak lupa mengetuk pintu kelas terlebih dahulu. "Assalamualaikum, maaf saya terlambat, Bu," ucap Rasya yang memberanikan diri masuk ke dalam kelas.
Guru yang sedang mengajar itu langsung mengarahkan matanya pada sesosok laki-laki yang baru saja datang. "Oh, kamu telat? Habis datang dari mana kamu? Ini sudah telat 10 menit," marah sang guru.
"Maaf, Bu. Saya habis dari kelas IPS," jawab Rasya dengan jujur.
"Buat apa kamu datang ke sana?" tanya guru lagi.
"Mungkin juga mau ketemu sama pacarnya, Bu," ucap salah satu siswa yang berada di kelas itu.
"Heh, diem lu!" ucap Rasya.
Sang guru hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan malas. "Ya, sudah. Hari ini kamu tidak akan mendapatkan hukuman, karena sepertinya hari ini Ibu harus kebut pelajaran. Silahkan Kamu duduk di bangku kamu dan segera menyusul pelajaran yang tertinggal," ucap guru memerintah.
"Ok, siap bu!" jawab Rasya kemudian langsung menuju ke bangkunya.
Rasya mengolah nafas dan menghembuskannya ke segala arah, Karena tampaknya dia sudah sangat lega tidak mendapatkan hukuman dari guru. "Hufh, selamat deh gua," ucap Rasya mengelus dadanya.
Next Chapter