Chereads / I'M YUNA / Chapter 8 - Sebuah Tamparan

Chapter 8 - Sebuah Tamparan

Di tempat duduknya, Rasya hanya bisa memandangi papan tulis dengan menopang dagunya. Ia tidak mengerti yang dialami oleh Yuna dan Genk Archipelago. Memang, Rasya merasakan  rasa sedikit cemburu dengan kabar yang dikabarkan.

"Sepertinya yang dikatakan oleh Yuna dan juga Gio itu benar, tidak mungkin jika mereka berdua melakukan hal menjijikkan seperti itu. Apalagi Yuna, tidak mungkin!" batin Rasya.

Entah mengapa, sepertinya Rasya sangat tidak suka dengan berita-berita yang belum tentu benar kebenarannya. Apakah mungkin kalau Rasya mencintai Yuna? Tetapi memang, Rasya ada rasa sedikit ragu di dalam dirinya tentang perasaan itu.

Semua yang dia pikirkan di dalam kepalanya seolah dia mengabaikan pelajaran penting yang ada di kelas itu. Rasya mencoba untuk memfokuskan pikirannya kembali kepada pelajaran yang sudah berlangsung sejak tadi, karena bagaimanapun dia tidak bisa meninggalkan atau tidak memperhatikan pelajaran seperti itu.

"Pokoknya gua harus fokus sama pelajaran, masalah itu biar gua urus nanti," batin Rasya.

***

Bel pulang sekolah pun berbunyi, seluruh siswa-siswi yang berada di sekolah itu langsung keluar dan menuju pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Erika dan anggota genk Archipelago yang lain.

Sementara Yuna, hanya bisa memandangi jalan yang lurus. Kini tampaknya Yuna sudah dijauhi oleh teman-temannya dimana semenjak berita itu menuang begitu juga dengan foto-fotonya, hal ini memang sedikit membuat Yuna stress. Dirinya masih berpikir keras, harus pada siapa dia harus bercerita dan menjelaskan bahwa Yuna tidak melakukan hal yang menjijikan seperti itu.

"Gua harus ngapain lagi agar orang-orang percaya sama gua? Kenapa sih gak ada yang percaya sama gua?" batin Yuna dengan kesal.

Tidak lama kakinya melangkah, mata Yuna mendapatu Gio yang pergerakan kakinya sepertinya menuju ke arah Yuna. Yoona terus memandanginya hingga akhirnya laki-laki itu tepat berada di hadapannya.

"Ada apa, Gio?" tanya Yuna langsung pada intinya.

"Lu pulang sendiri?"

"Iya."

"Kenapa kita gak pulang bareng aja? Daripada lu pulang sendiri tanpa ada yang nemenin kayak gini, mending elu pulang sama gua aja deh. Biar gua antar lu sampai rumah, mau gak?" tawar Gio.

"Kayaknya gak usah, deh. Gua bisa pulang sendiri kok, lagian elu kan harusnya sama Erika, kenapa elu jadi ngajakin gua pulang bareng?" ujar Yuna.

"Emangnya gua salah ya kalau mau ngajak pulang bareng kepada teman sendiri?"

"Ya gak salah sih sebenernya, tapi masalahnya nama kita berdua yang sudah kotor. Gua gak mau teman-teman di sini mau lihat kita barengan terus yang menandakan bahwa kita memang ada hubungan apa-apa bahkan hubungan yang lebih dari kata pacaran. Lu juga tahu kan nanti ekspresi Erika seperti apa kalau kita sering berdua terus kaya gini?" jelas Yuna.

Gio menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke bawah. "Ya udah, kalau gitu gua minta maaf sama lu. Tapi di sini gua cuma mau bilang sih, waktu kita untuk membuktikan kita tidak bersalah itu hanyalah dua minggu. Waktu kita tidaklah banyak, jadi sepertinya kita harus mencari siapa pelakunya," jawab Gio.

Yuna menjadi sedikit berfikir karena yang dikatakan oleh Gio memang sangat benar. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Yuna.

"Apalagi? Kita harus sama-sama untuk membuktikan atau menjadi bukti bahwa kita memang tidak bersalah! Kita enggak boleh menjadi bukti sendiri-sendiri tetapi kita harus bersama-sama agar segala pekerjaan kita cepat selesai, lu ngerti, kan?" ujar Gio.

Yoona menganggukan kepalanya tanda mengiyakan ucapan Gio. Tidak lama kemudian, Gio melihat Erika dengan jarak yang sangat jauh yang sepertinya dia akan ke tempat mereka berdua.

"Kayaknya gua balik dulu deh, kayaknya Erika ke sini. Kalau gitu gua cabut dulu ya?" ucap Gio.

"Iya," jawabnya.

Setelah Gio pergi dari hadapan Yuna, Yuna menjadi sendiri lagi dan merasa kesepian. Tidak ada satu orangpun yang menemani Yuna, hal ini membuat Yuna sedih dan menjadi tidak bersemangat lagi seperti hari-hari biasanya yang dia jalani. Dirinya juga merasa sedikit tidak menyangka karena kedua temannya yang sangat dekat dengan yaitu Fanny dan Rey sudah benar-benar tidak percaya lagi kepada Yuna. Yuna pikir, bahwa

kedua temannya percaya padanya tapi ternyata kedua temannya itu tidak ada bedanya dengan yang lain.

Tidak lama kakinya melangkah dengan pikiran yang terus kemana-mana, akhirnya Yuna sudah berada di depan rumahnya. Akhirnya Yuna pun mulai masuk ke dalam rumahnya, meski Yuna sendiri tidak tahu bagaimana ekspresi dan reaksi keluarganya setelah ini. Hal ini juga membuat Yuna khawatir, karena pasti kedua orang tuanya akan merasa kecewa padanya.

"Apa yang harus gua katakan kepada orang tua gua setelah ini? Apa mungkin mereka sudah percaya dengan semua informasi yang beredar itu? Tapi gua masih punya kesempatan untuk menjelaskan semuanya kepada mereka, iya benar, sepertinya gua memang harus menjelaskan ke keluarga gua sendiri kalau gua memang benar tidak bersalah!" ucap Yuna dengan penuh keyakinan yang mendalam.

Yuna pun langsung melangkahkan kakinya menuju arah pintu, ia mulai menghela nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

'Kreek ... '

Pintu pun telah dibuka oleh Yuna. Namun Yuna sangat terkejut karena sudah ada Ayah dan Ibunya yang menunggunya di ruang tamu. Perasaan Yuna menjadi tidak enak seketika setelah melihat keberadaan orang tuanya yang ternyata sudah menunggunya di sana. Tanpa ragu, Yuna langsung menghampiri Ibunya dan mulai salim kepada tangan ibunya.

Namun ibunya melepaskan tangannya dari genggaman tangan Yuna dan menolak Yuna untuk mencium tangannya itu. Sontak membuat Yuna terkejut setengah mati dan menatap nanar ibunya dengan tatapan yang penuh akan permohonan belas kasihan darinya.

"Kenapa, Bu?" tanya Yuna.

Tanpa menjawab perkataan dari Yuna, Ibunya langsung melayangkan tangannya untuk menampar Yuna.

'Ctak'

Suara tamparan yang begitu keras membuat Yuna kesakitan dan hampir terjatuh akibat tamparan dari ibunya. Kini wajah Yuna tertutupi oleh rambut dan sedikit tidak mau menampakan wajahnya.

"Kamu itu memang benar-benar memalukan, Yuna! Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita! Ada apa dengan kamu ini?! Jika kamu memang mau seperti itu, kenapa kamu tidak menikah saja dengan Gio tanpa harus menjelekkan nama keluarga dan sekolah?!" tegas ibunya dengan emosi dan amarah yang berapi-api.

Yuna mengangkat kepalanya lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ng-nggak, Bu! Yuna sama sekali tidak melakukan perbuatan kotor seperti itu! Emangnya Ibu percaya kalau Yuna melakukan hal yang menjijikan seperti itu?" ucap Yuna sedang berusaha meyakinkan ibunya.

"Tetapi semuanya sudah jelas, Yuna! Kenapa kamu masih belum mengakui kesalahan kamu?!" ucap Ayahnya ikut nimbrung.

Kemudian Yuna berlutut kepada kedua orang tuanya dan mulai meyakinkan mereka bahwa dirinya memang tidak bersalah.