Sebenarnya kedua orang tuanya tidak tega melihat anaknya memohon sampai berlutut kaki seperti itu, tetapi rasa kekecewaan itu sudah mulai menyelimuti kedua orang tuanya sepertinya membuat kedua orang tuanya itu diluar kendalinya.
"Aku sama sekali tidak melakukan itu, Ma, Pa," lirih Yuna.
"Hanya mama sama papa yang bisa Yuna harapkan saat ini, bahwa Mama sama Papa percaya bahwa Yuna tidak melakukan itu semua! Karena tidak ada orang-orang yang percaya pada Yuna, jadi Yuna harap, kalian berdua bisa percaya pada Yuna." Yuna memohon dengan penuh keseriusan, air matanya terus mengalir dari ujung mata.
Mamanya jadi sedikit merasa kasihan pada Yuna. "Tapi, kamu tidak melakukan itu semua?" tanya Mama memastikan.
Yuna menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Yuna sama sekali tidak melakukan itu, Mama percaya, kan? Sama Yuna?" ucap Yuna.
"Berdirilah Yuna, kamu tidak pantas memohon sambil berlutut seperti itu," pinta Ayahnya.
Yuna langsung bangun dan mulai menghapus air matanya. Kemudian Yuna menghampiri Ayahnya yang masih terus memandangi Yuna dengan nanar karena tak menyangka.
"Papa percaya sama Yuna?" tanyanya dengan tatapan penuh harap akan jawaban 'iya' dari ayahnya sendiri.
"Tapi apa kamu bisa membuktikan kalau kamu tidak bersalah?" tanya Ayah.
"Kalau saat ini Yuna masih belum bisa membuktikan, tetapi Yuna dan Gio akan mencari bukti sama-sama kalau kita memang tidak bersalah. Guru BK memberikan waktu 2 minggu untuk kita berdua agar aku bisa membuktikan kalau kita sama sekali tidak bersalah," ucap Yuna dengan penuh keyakinan.
"Jika memang benar faktanya seperti itu, kamu harus buktikan kepada mama dan papa kalau semua yang dikabarkan itu tidaklah benar!" tegas Ibunya.
Yuna mengangguk cepat dengan melihat Ibunya dengan begitu dalam.
"Ya sudah, Yuna. Sekarang kamu boleh pergi dan pergilah ke kamar untuk mengganti pakaianmu," perintah Ayah.
Yuna pun menganggukkan kepalanya dengan pelan, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sejenak ia mulai menghela dan menghembuskan nafasnya.
Setibanya dia di kamar, ia melemparkan tasnya ke segala arah dengan tak acuh. Ia kemudian langsung duduk di bibir ranjang dan mengarahkan matanya pada langit-langit kamar. Sepertinya, harinya saat ini begitu lelah dengan semua yang dihadapinya. Perlahan dia berdiri dan mulai menuju ke depan cermin, di sana dia mulai berkaca dan melihat bayangannya sendiri di cermin.
"Gua tau, lu itu merupakan sosok yang kuat dari siapapun. Tolong jangan down dan sedih seperti ini, gua tahu kok lu itu sebenernya masih sanggup menghadapi semua ini. Pokoknya semangat buat diri gua sendiri!" semangat Yuna.
Tanpa berganti pakaian terlebih dahulu, Yuna mulai membaringkan badannya di atas kasur yang empuk. Jika diterka, sepertinya Yuna sangat lelah sekali. Entah dari fisik maupun mental. Tidak lama setelah itu, pandangannya mulai hilang karena mata Yuna sudah mulai terpejam. Dirinya mula tidur begitu saja di atas kasur.
Tak lama pandangan hilang, ada seseorang yang mengubah pintu kamar Yuna yang membuat Yuna terkejut setengah mati.
'Tok tok tok'
"Yuna! Buka pintunya, Yuna!" ucap seorang wanita yang sedang sibuk mengetuk pintu kamar Yuna.
Yuna yang baru saja tertidur itu langsung terkejut dan mulai membelalakkan matanya. "Hah?! Ada yang manggil gua?" batinnya begitu dia sadar dari tidurnya yang tak lama itu.
"Yuna, buka pintunya sekarang!" panggil wanita yang berada di depan kamar Yuna lagi.
Yuna segera menurunkan kakinya dan membukakan pintu untuk seseorang yang berada di depan.
"Iya, sebentar! Ini aku mau buka pintunya," balas Yuna.
'Kreek'
Pintu pun telah dibuka oleh Yuna, ternyata seseorang yang berada di depan kamarnya tidak lain adalah ibunya sendiri. Yuna menatap heran sudah berdiri di sana, karena buat apa ibu datang di saat Yuna sama sekali belum berganti pakaian?
"A-ada apa, Bu?" tanya Yuna begitu membukakan pintu untuk ibu.
"Loh, kamu belum ganti pakaian? Mendingan kamu cepat ganti, deh. Diluar ada teman kamu yang sedang ingin bertemu sama kamu," ucap Ibunya.
"Siapa?"
"Ibu tidak tahu siapa gadis itu, mending kamu keluar dan temui sendiri."
"Yaudah, suruh tunggu dulu aja ya, Bu? Aku mau ganti pakaian dulu."
"Baiklah."
Ibunya langsung melenggang pergi dari hadapan Yuna. Yuna menjadi sangat penasaran dengan sosok gadis yang dimaksud ibunya yang ingin menemuinya sekarang. Ia menatap langit-langit kamar sembari memikirkan seseorang yang saat ini mungkin terjadi di ruang tengah menunggu Yuna.
"Cewe? Siapa yang datang ke sini? Apa jangan-jangan Erika? Tapi bisa bahaya nih kalau Erika beneran datang ke sini karena pasti dia cuma ingin keributan di rumahku," ujar Yuna yang terus berpikir keras.
Tanpa banyak berpikir dan berbasa-basi lagi, Yuna pun mengganti pakaiannya dengan cepat. Tidak butuh waktu lama untuk berganti pakaian, akhirnya Yuna sudah berhasil melakukan ritual mengganti pakaian.
"Baiklah, aku harus menemui Erika sekarang," ucapnya.
Ia pun mulai menuruni tangga dan bergegas menuju ke arah ruang tamu, karena sepertinya dia sudah sangat penasaran dengan orang itu. Dengan nafas yang tersenggal-senggal, akhirnya Yuna sudah berada di ruang tamu dan memang di sana terdapat seorang gadis yang Yuna lihat dari belakang.
Yuna mengerutkan keningnya karena dia yakin bahwa gadis itu bukanlah Erika atau salah satu anggota dari Genk Archipelago. Erika berwarna coklat, dan teman wanita lainnya rambutnya sebahu dan hanya Erika yang berambut panjang. "Aku tahu kalau itu bukan Erika, terus siapa wanita itu?" batin Yuna yang masih memandangi wanita yang duduk di sofa dari belakang.
Yuna mulai menghampiri wanita itu dan melihat wajahnya dari depan agar dia bisa mengetahui siapa sosok wanita itu dengan jelas. "Halo?" sapa Yuna.
Wanita itu langsung menoleh kearah Yuna dengan sedikit mendongakkan kepalanya. Yuna terkejut karena yang datang merupakan seseorang yang tak pernah dia duga sebelumnya bahwa dia akan datang ke sini, meski sampai saat ini Yuna belum tahu apa tujuan jelas dari dia datang ke rumah ini.
"Fanny? Ada apa kamu ke sini? Bukannya kamu itu sudah tidak percaya ya sama aku? Terus buat apa kamu datang ke sini?" tanya Yuna seakan tak suka dengan kehadiran Fanny.
"Kita tidak ada waktu untuk berdebat sekarang, aku sama sekali tidak tahu apakah benar atau salah. Tapi aku di sini tak lain hanya untuk memberitahu sesuatu," ucap Fanny.
"Ada apa?"
Fanny langsung mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan mulai menunjukkan sesuatu yang ada di ponselnya itu kepada Yuna. "Coba deh kamu lihat ini, video dan foto antara kamu dan Gio itu sudah beredar di media sosial dan sudah menjadi trending topic di Twitter," ucap Fanny.
"Apa?!"