Semakin lama dorongan di lengan Renata mengendur, dia tidak bisa menolak pesona dan kata-kata Riko yang telah melindunginya. Renata bukan gadis polos yang tidak tahu apa yang diinginkan oleh seorang pria. Dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini, seperti waktu itu, di rumah sakit.
Jauh di dalam lubuk hatinya, Renata ingin lelaki di depan segera mendaratkan bibir tipisnya di bibir miliknya. Akan tetapi sesuatu mengusik Renata. Ini terlalu cepat, ini terlalu mudah pikirnya.
"Pak Riko ...."
"Riko!"
"Tidak, aku akan tetap memanggilmu Pak Riko karena Anda tetaplah atasanku," elak Renata.
"Oke, katakan kamu mau bicara apa?" tanya Riko, karena tadi dia memotong ucapan Renata.
"Aku memang sangat berterima kasih atas apa yang telah Anda lakukan untukku. Tapi apakah aku harus membalas ini dengan cara sepert ini?"
"Maksudmu?"
"Apa aku harus menyerahkan diriku sebagai ucapkan terima kasihku padamu?" tanya Renata lebih jelas lagi.