Sungguh sangat menyakitkan hati jika orang yang kita sayang dan mendidik kita merangkul, bahkan timang-timang dari kecil di bilang seorang yang Gila. iya kata-kata itu menyayat hati saya sebagai Anak Papa.
beliau di juluki si Gila sama orang-orang di sekitar, di waktu saya masih kecil pernah suatu hari saya takut sama Papa, kerena orang-orang bilang papa Gila.
"Anisa men dekatlah ke Papa nak" di saat Papa menyuruh untuk mendekat ke papa saat manggil saya gemetar kerena setau saya orang Gila itu mengamuk ataupun bicara sendiri, lalu saya memenuhi panggilan Papa untuk ke sampingnya.
" iya Pa, ada apa Pa" dengan kemetarnya saya hampiri Papa
" Anisa apa yang engkau ke tahui tentang Papa mu ini" saya bingung mau menjawab apa namun saya memberanikan diri untuk menjawab.
" Pa sebenarnya Papa di bilang orang yang Gila Pa, tapi maaf saya tidak bermaksud menyakiti hati Papa" namun setelah mendengar perkataan ku Papa cuma meng helakan nafas panjang ,
" Boleh kah Papa jelaskan sesuatu tentang Orang gila Anisa" saya yang bingung dengan maksud perkataan papa meng iyakan saja,
"iya Pa silakan"..!
"Anisa orang yang sebenarnya Gila itu adalah orang yang ke hilangan akal" saya termenung dan berpikir benar juga kata Papa,
" Kamu tau alasan orang-orang bilang Papa mu ini Gila"
"tidak Pa namun orang-orang dan teman Anisa bilang kalo Papa adalah Orang gila" saat itu papa kelihatan sedih dari raut wajahnya
"Anisa ketika Papa Solat di masjid Papa menangis, di situlah Papa di pandang sinis sama Orang-Orang, Papa di bilang Gila karena saat solat menangis maka berita itu tersebar Kemana-mana" saya yang mendengarkan Papa bercerita mulai berpikir dan menyadari kalo Papa tidak pantas di sebut Gila.
"Maaf kan Anisa Pa yang berpikir kalo Papa adalah Orang Gila seperti yang Orang katakan"
"Tidak apa-apa nak saat kamu dewasa nanti Akan tau betapa bahagianya saat di beri Nikmat Iman sama Allah kamu tidaklah salah dan juga Papa tidak menganggap orang salah dalam menilai Papa" di situlah hati saya yakin kalo Papa tidaklah Gila seperti yang orang katakan,
" Tapi Pa kenapa Papa di bilang orang Gila kalo cuma nangis di masjid dan kenapa semua orang takut ke Papa"? pertanyaan saya itu pengin segera di jawab sama Papa
" Duduk lah nak dengarkan Papa, saat Rosulullah solat dulu di lempari kotoran adakah beliau membenci seseorang tersebut? bahkan saat orang yang melempari kotoran tersebut jatuh sakit Rosululah lah yang datang duluan melayat yang melempari kotoran tersebut, Anisa jika Papa mu ini membenci ataupun melawan dan bilang kepada semua orang kalo Papa tidaklah Gila mereka semua pasti akan mengolok-ngolok Papa, Nabi yang paling agung saja di uji pantaskah seorang Papa sebagai menghamba saja membenci mereka" saya yang bingung dan pengen tau segalanya apa maksud Papa kenapa nyampeknya pembahasannya melenceng dari pertanyaan terus saya melanjutkan ngomong saya ke papa.
"Pa hubungannya dengan Rasulullah itu apa Pa"? saya dengan lugunya bertanya ke Papa
" jelas ada hubungannya Anisa, cobalah kamu berpikir Rasulullah itu adalah tauladan bagi umat manusia, namun sedikit orang yang mengerti dan mau mempelajari tentang Rasullulah, kita sebagai manusia dan sebagai umat Islam jangan pernah cepat berlari dan mengambil ke simpulan tentang apa yang mereka lihat itu bahwa itu adalah benar, belum tentu Anisa bahwa itu benar." dan jangan melihat dengan kasap mata maka lihatlah dengan hati, orang yang punya ke dudukan tinggi mereka tidak pernah cepat puas harta bisa habis tapi kasih sanyang Allah jauh nikmat Nis"