Chereads / Obsession Or Love / Chapter 8 - Ajakan Jacobs

Chapter 8 - Ajakan Jacobs

Keesokan harinya, Azumi terbangun dengan perasaan yang sedikit lebih baik. dia melihat langit-langit kamarnya dan sadar bahwa ini sudah hari libur. beruntungnya Bahwa hari ini dia bisa berleha-leha di atas tempat tidur hingga bosan.

Matanya melihat pintu yang terbuka dari luar, ayahnya datang membawakan sarapan pagi.

"Pagi anak ayah, Apakah semalam lembur hingga pulang malam? ayah ketiduran dan tidak sempat menunggumu pulang." Zein mengelus lembut kepala anaknya, lalu mencium dengan sayang. Azumi hanya tersenyum saja sambil memeluk ayahnya di pagi hari.

"Hanya pekerjaan yang harus kelar sebelum akhir bulan, aku tidak terlalu lelah. Apakah ayah sudah minum obat? jangan pernah lewatkan obatnya."

"Ayah sudah minum obat, aku bawakan sarapan untukmu. Apakah hari ini ada rencana Keluar? kalau tidak, jaga rumah ya.. ayah mau pergi bersama beberapa teman. Mereka mengajak ayah untuk bekerja." Kata Zein pada anaknya.

"Kerja apa ayah? apakah pekerjaan yang berat? jangan menghabiskan tenaga untuk hal seperti itu, aku bisa mengumpulkan uang itu dengan cepat. Ayah jangan pikirkan apapun lagi." Azumi tau bahwa ayahnya pasti berpikir keras untuk mendapatkan uang itu.

"Hanya menyajikan beberapa makanan penutup dalam sebuah acara, bukan hal yang berat. ayah katanya sangat tampan untuk jadi pelayan di acara tersebut. Jadi ayah akan menerima pekerjaan ringan ini."

"Ayah sangat percaya diri, apakah pelayan di acara orang kaya saja harus tampan?." Tanya Azumi sambil tertawa.

"Tentu saja, Karena itu acara orang-orang kaya. Banyak sekali tamu kelas atas yang hadir, jadi pelayannya juga harus berkelas. Kata beberapa teman ayah, wajahku ini berwibawa dan pantas untuk acara seperti itu. Lagipula aku merasa sehat untuk bekerja, jadi kenapa tidak aku ambil pekerjaan mudah ini? Benarkan?."

"Ya... ya.. Ayah harus baik-baik saja, jika sudah merasa tidak enak badan. Langsung minum air hangat dan obat, kabari aku jika sudah pulang bekerja. akan aku jemput."

"Baiklah! aku akan bersiap-siap.. Kau makan sarapan ya.." Zein mencium kening anaknya sekali lagi lalu dia mulai melangkah pergi dari sana. Menutup kembali pintu kamar anaknya.

Azumi yang melihat semangat di mata sang ayah, tentu saja dia tidak punya kekuasaan untuk menghalangi lebih jauh. Dia hanya bisa menyetujui saja, selama ayahnya senang dan tidak memikirkan rasa sakitnya. Itu saja sudah cukup bagi Azumi.

Dengan malas dia makan sarapan di atas tempat tidur, hari libur Waktunya untuk berleha-leha. Karena selama bekerja dia jarang sekali punya jam tidur yang banyak, jadi di saat seperti ini dia akan benar-benar menghabiskan waktu sesuka hati.

Ketika dia sudah menyelesaikan sarapannya, dering ponsel membuatnya mencari dimana ponselnya semalam. Ketika dia sadar bahwa ponsel itu terjatuh di bawah tempat, dia mengambilnya dengan malas. melihat sebuah nomor asing yang tidak tau siapa itu.

Tadinya dia tidak mau menjawab nomor asing, tapi setelah dia melihat satu pesan. barulah dia sadar siapa yang menelpon. [Jacobs]

"Hai.. ada apa?." Tanya Azumi sambil meminum segelas air putih.

"Kau terdengar baru bangun tidur, apakah wanita memang suka bangun siang?." Tanya suara laki-laki di seberang telepon sana.

"Ini hari libur, aku bisa bangun jam berapapun yang aku mau. ada apa?." Azumi memang bukan wanita yang suka berbasa-basi. dia langsung bertanya dengan tepat sasaran, karena baginya tidak ada yang boleh mengacaukan hari libur saat ini. Moodnya akan selalu bagus di setiap hari libur, karena dia bisa menonton banyak drama romantis yang akan membuat otaknya kembali membaik.

"Kau punya waktu keluar?." Tanya Jacobs.

"Tidak ada, waktu libur adalah waktunya berleha-leha. aku tidak punya waktu untuk melihat dunia luar." Ujar wanita itu lagi, dia hanya menempelkan handphone dengan malas ke samping tempat tidur. Menyalakan speaker Karena bagi Azumi bertelepon dengan lelaki itu menambah rasa kantuk.

"Aku akan bayar waktumu, berapa yang kau inginkan?." Tanya Jacobs sambil berdehem, sepertinya lelaki itu menelpon sambil merokok.

"Tidak.. aku libur hari ini." Ujar Azumi sekali lagi, walaupun sebenarnya dalam hati dia merasa tertarik dengan apa yang Jacobs katakan.

"Kau yakin? aku berniat untuk pergi ke pesta kecil-kecilan temanku, aku butuh wanita di sampingku. agar aku bisa pergi dari sana lebih cepat, jika kau mau ikut. aku akan menjemputmu dan aku akan bayar waktumu dengan baik."

"Apakah lama?." Tanya Azumi dengan suara pelan.

"Tidak, mungkin hanya dua jam saja. Aku mengajak dirimu agar tidak berlama-lama disana. Aku tidak terlalu suka bertemu orang-orang penjilat yang banyak omong."

"Baiklah, kapan?." Tanya sang wanita lagi.

"Satu jam lagi akan aku jemput, berdandan dengan cantik. apakah kau punya gaun?."

"Emm... aku tidak Yakin, mungkin aku akan membongkar pakaian lebih dulu." Kata Azumi dengan suara pelan, dia sedang berpikir apakah dia punya gaun?

"Tidak usah membuang waktu mencari pakaian itu, 10 menit lagi ada salah satu pengawalku yang akan mengantarkan pakaian dan Semuanya. Tunggu saja." Setelah mengatakan hal tersebut, Jacobs mematikan sambungan telepon..

Azumi hanya Terdiam beberapa saat di tempatnya, dia mulai berpikir. kenapa Jacobs tidak bertanya tentang alamat rumah?

"Apakah semua orang kaya selalu tau alamat rumah orang lain?." Kata Azumi pada dirinya sendiri, dia hanya Menghela nafas lalu mulai bangun dari tempat tidur untuk mandi. Untuk pertama kalinya dia harus merelakan waktu liburan terbaik ini untuk bekerja. Tapi tidak masalah, Karena uang yang di berikan Jacobs pasti sangat banyak!

Dengan bersemangat dia langsung buru-buru mengambil handuknya dan keluar dari kamar. dia tau bahwa ayahnya mungkin sudah pergi, hal itu lebih baik agar sang ayah tidak bertanya-tanya mau kemana Azumi di hari libur begini.

Beberapa menit kemudian Azumi sudah selesai mandi, dia memakai kaus pendek dan celana seadanya. Ketika itu suara bel di pintu depan membuatnya tau bahwa itu orang suruhan Jacobs.

Dia berlari dengan cukup cepat, membuka pintu dan ada dua lelaki memberikan 3 paper bag. "Terimakasih." Kata Azumi dengan senyum manis di bibirnya, setelahnya dia menutup pintu.

Membawa paper bag Tersebut ke dalam kamar, dia membuka semuanya dengan sangat bersemangat. matanya langsung berbinar ketika melihat semua isinya. Luar biasa! Ada High heels yang sangat cantik, berwarna hijau tosca.

Lalu gaun berwarna senada, Di dalamnya juga terdapat beberapa make up dan juga kalung?

"Kenapa dia harus memberikan sebanyak ini? padahal cukup gaun saja aku sudah senang. Kalau begini aku jadi merasa sedang dalam dunia novel." Kata Azumi pada dirinya sendiri.

Dia hanya tersenyum, lalu mulai berdandan dengan cepat. tidak mau mengecewakan Jacobs di acara temannya.

Hampir tiga puluh menit berlalu, ketika Azumi menatap sekali lagi pantulan dirinya di depan cermin. "Ternyata aku cantik sekali! astaga.. Aku akan gila jika menatap cermin terlalu lama!."

"kalungnya cantik sekali, apakah ini berlian asli? tapi tidak mungkin. Jacobs akan membuang banyak uang jika dia memberikan kalung sebagus ini." Azumi memakai kalung tersebut untuk memperjelas penampilannya saat ini.

Ketika dirasa semuanya sempurna, barulah dia mengambil ponselnya dan mulai mengirimkan pesan pada Jacobs bahwa dia sudah selesai berdandan.

[Aku sudah ada di bawah apartemen] Isi pesan Jacobs membuat Azumi buru-buru mengambil handphone dan keluar dari kamar apartemen. dia masuk ke dalam lift dengan perasaan gugup, apakah penampilannya sudah baik? Semoga saja! Dia memang tidak melakukan apapun pada rambutnya yang panjang, Membiarkan saja rambut panjang itu tergerai bebas. Sebab gaun yang di bawakan Jacobs sangat seksi, dengan belahan dada yang sedikit terlihat. Memang gaunnya begitu panjang hingga ke bawah mata kaki, tapi bentuknya begitu ketat mengikuti bentuk tubuh Azumi. entah darimana lelaki itu tau ukuran yang pas untuk tubuh Sang wanita.

Ketika lift pintu terbuka, saat itulah mata Azumi melihat Jacobs yang berdiri dengan begitu tampan. dia menengok sekilas ke arah Sang wanita, lalu tanpa sadar lelaki itu tersenyum manis.

"Kau cantik sekali, aku memang tidak pernah salah memilih seseorang dan juga apa yang akan dia pakai." Entah Jacobs sedang memuji Wanita di depannya atau dirinya sendiri.

"Terimakasih.." Azumi menjawab dengan senyum manis, Jacobs memegang tangan sang wanita yang terasa dingin. lalu sebuah mobil mewah terlihat jelas di depan Loby Apartemen yang sederhana itu.

Salah satu pengawal membuka pintunya untuk Azumi, setelah wanita itu masuk. Barulah Jacobs juga masuk ke dalam, Mobil itu melaju dengan gerakan perlahan.

genggaman tangan sang lelaki masih saja memegang tangan Azumi. mau tidak mau wanita itu hanya bisa diam dan membiarkan tangannya di genggam erat.

"Jacobs, pesta apa yang di laksanakan saat siang begini?." Tanya Azumi dengan suara pelan, dia hanya mau menyingkirkan Perasaan gugupnya.

"Sepertinya pesta kecil yang diadakan beberapa Pengusaha, seperti melakukan donasi untuk anak-anak terlantar. Di adakan saat siang hari begini Karena memang mengundang Anak-anak itu, ya.. semacam mencari muka di depan media."

"kenapa kau berkata seperti itu? setidaknya mereka benar-benar memberikan donasi." Ujar Azumi yang tidak mengerti jalan pikiran Jacobs.

"Ya.. karena kenyataannya memang seperti itu, Mereka memberikan donasi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Tidak ada orang yang benar-benar mau melakukan hal seperti itu, jika dia tidak merasakan timbal baliknya. Hal-hal seperti ini sudah sangat biasa di kalangan kami, itu kenapa aku malas datang. aku datang karena ada beberapa anak yang aku kenal, Mereka menderita kanker dan mungkin hidupnya sudah tidak akan lama lagi. mereka memintaku untuk berfoto dan mengobrol beberapa hal."

Azumi terdiam di tempatnya untuk beberapa saat, dia tidak mengerti apa yang sedang di Rasakan Jacobs. lelaki itu berkata sesuatu dengan sangat kasar dan terkesan tidak peduli. Tapi sejujurnya dia sangat peduli, dia bahkan mau membuang waktunya untuk hal seperti ini. mungkin wajahnya terkesan datar saat mengatakan hal seperti tadi, tapi Azumi bisa merasakan bahwa ada perasaan yang besar di dalam hati lelaki tersebut.

Mungkin baginya, jika mau melakukan donasi atau beramal. tidak harus semua orang tau, jadi itu lebih baik. Dan dia sepertinya tidak suka orang-orang yang menjadi penjilat di depan media. seolah-olah mereka adalah orang baik, padahal orang-orang itu yang paling banyak membawa penderitaan. Hanya itu yang Azumi tangkap dari Perkataan Jacobs sejak tadi.

"Apakah kau sering melakukan donasi?." Tanya Azumi basa-basi.

"Amal baikku tidak harus orang tau, apakah aku pernah dan tidak pernah. kau tidak perlu tau." Jacobs berkata dengan senyum sinis, saat itulah Azumi hanya mengangguk paham. Wanita itu tidak merasakan sakit hati sama sekali, Walaupun ucapan Jacobs memang terkesan kasar.