Cekiiiiit
Dugh
"Keyla!"
Sherly menjerit saat melihat Keyla yang tertabrak mobil, sementara ibu yang sudah ditolongnya terduduk diam karena dia masih syok, kalau saja Keyla tidak menolongnya mungkin dia yang akan menjadi korban, si pengendara bukannya berhenti untuk bertanggung jawab, dia malah melarikan diri.
Orang-orang yang ada di sekitar restoran segera menolong Keyla dan ibu tersebut, Keyla langsung dibawa ke rumah sakit.
Sherly segera menghubungi keluarga Keyla, sedangkan Keyla sudah tidak sadarkan diri karena kepalanya terbentur keras dan mengeluarkan banyak darah.
"Sayang ayo cepet, kasihan Keyla, Ya Allah, Key kamu bertahan ya." ucap Sherly yang duduk di belakang dengan kepala Keyla yang berada di pangkuannya, dia terus menangis karena mengkhawatirkan keadaan Keyla.
"Iya, Sayang, sebentar lagi sampai, kamu jangan nangis terus, aku jadi ikutan panik nih," ucap Gilang.
"Ya Allah selamatkan anak ini, kalau sampai dia kenapa-napa saya harus bilang apa kepada keluarganya!" ya ampun karena terlalu khawatir kepada Keyla, Sherly sampai melupakan ibu yang sudah di tolong oleh Keyla tadi.
"Ya Allah, Ibu, maafkan saya, saya terlalu mengkhawatirkan teman saya, apa ibu tidak apa-apa?" tanya Sherly kepada wanita yang duduk di samping Gilang.
"Tidak apa-apa, Nak, saya mengerti, maaf ya gara-gara saya yang teledor teman kamu jadi celaka seperti ini," ucap Ibu itu.
"Ini sudah kehendak Allah, Bu, kita berdo'a saja semoga tidak terjadi hal yang buruk kepada, Keyla," ucap Sherly.
Tak berapa lama, mereka sampai di rumah sakit milik Gilang, dengan sigap Gilang memanggil perawat untuk segera membawa Keyla ke ruang UGD sementara Gilang langsung ikut masuk untuk menangani Keyla.
"Suami kamu dokter, Nak?" tanya ibu itu.
"Iya, Bu, kebetulan dia bekerja di rumah sakit ini, nama saya, Sherly," ucap Sherly lalu menyalami ibu itu dengan hormat.
"Nama saya Lidya, sebentar saya akan mengurus administrasinya dulu ya," ucap Lidya.
"Baik, Bu, perlu saya temani?" tanya Sherly dengan sopan.
"Tidak perlu, kamu di sini saja takut nanti keluarga ...?" ucap Lidya mengingat-ingat siapa nama gadis yang baik hati telah menyelamatkannya itu.
"Namanya Keyla, Bu!" ucap Sherly.
"Ah ya Keyla, takut keluarganya Keyla datang, saya tinggal dulu ya." ucap Lidya lagi.
Lidya segera pergi ke bagian administrasi untuk mengurus semua biaya perawatan Keyla, agar Keyla bisa segera ditangani, setelah itu Lidya segera menghubungi anak-anaknya, dan mereka akan segera datang ke rumah sakit.
"Sherly, di mana Keyla, bagaimana keadaannya?" tanya Rania yang baru saja datang langsung mencecar Sherly dengan berbagai pertanyaan.
"Keyla masih di dalam, Tante, dia masih ditangani oleh Gilang, Sherly juga belum tau bagaimana keadaan Keyla," jawab Sherly.
"Ya Allah, Yah, anak kita!"ucap Rania menangis, dia sangat mengkhawatirkan Keyla.
"Kita berdo'a semoga Keyla baik-baik saja," ucap Dedy mencoba menenangkan Rania, padahal dia juga sama sangat mengkhawatirkan keadaan Keyla.
Mereka gelisah menunggu Gilang yang belum juga keluar dari ruang UGD, setelah selesai membayar administrasi, Lidya kembali untuk menemani Sherly. Dia melihat wanita yang sangat dikenalinya sedang berada dalam pelukan seorang lelaki.
"Rania?" Rania menengok ke arah suara yang memanggilnya, untuk sesaat mereka saling menatap.
"Lidya? kamu Lidya kan?" tanya Rania tak percaya jika dia bertemu lagi dengan sahabat lamanya.
"Iya aku Lidya, sedang apa kamu di sini?" tanya Lidya.
"Anak aku kecelakaan, Dy, dan sekarang masih di dalam, aku tidak tau bagaimana keadaannya," jawaban Rania membuat kening Lidya berkerut, jadi gadis yang telah menyelamatkannya itu adalah putri dari sahabatnya.
"Jadi, Keyla itu anak kamu?"tanya Lidya.
"Iya," jawab Rania sambil mengangguk.
"Maafkan aku Rania, karena kecerobohan aku anak kamu jadi celaka seperti ini," ucap Lidya.
"Ini sudah takdir, Dy, aku mohon do'anya semoga Allah menyelamatkan Keyla," ucap Rania masih dengan kekhawatirannya.
Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, Lidya dan Rania dipertemukan kembali dengan cara yang tidak mereka duga, dari pertemuan ini akan menghadirkan kisah cinta baru yang tak kalah rumit dan juga dengan penuh ketegangan.
Sudah satu jam berlalu, akhirnya Gilang keluar dari ruang ruang UGD.
"Bagaimana keadaan Keyla, dia baik-baik saja kan, Nak?" tanya Rania yang langsung menghampiri Gilang.
"Alhamdulillah, Tante, Keyla baik-baik saja, tidak ada luka yang serius hanya beberapa jahitan di kepalanya karena benturan, keadaan Keyla yang terlalu lelah membuat dia tidak sadarkan diri, kalau kalian ingin melihat keadaan Keyla, biarkan Keyla dipindahkan ke ruang rawat dulu, sekarang Keyla masih dalam pengaruh obat bius, kalau nanti Keyla sudah sadar, segera panggil saya," jawab Gilang.
"Alhamdulillah!" semua orang mengucap hamdalah.
"Kalau begitu saya permisi dulu, ayo Sayang!" ajak Gilang kepada Sherly.
"Tapi aku ingin melihat dulu keadaan Keyla, Yang," ucap Sherly.
"Nanti saja, sekarang biar keluarganya dulu yang melihat keadaan Keyla, kasihan Keyla kalau terlalu banyak orang," ucap Gilang.
"Ya udah deh, Om, Tante, Sherly permisi dulu ya, in sya Allah nanti Sherly ke sini lagi untuk menjenguk Keyla," ucap Sherly berpamitan kepada semua orang.
"Terima kasih ya Gilang, Sherly!" jawab Dedy. Mereka pun langsung menuju ruang rawat Keyla untuk melihat bagaimana keadaan Keyla.
Rania masih tetap menggenggam tangan Keyla, sambil membelai kepalanya, sementara Dedy pergi untuk membeli makanan.
"Cepat buka mata kamu, Sayang, Bunda sangat takut kamu kenapa-napa," ucap Rania, hatinya masih belum tenang jika Keyla masih belum sadar juga.
"Iya Nak, kasihan ibu kamu, terima kasih kamu sudah menyelamatkan, Ibu," ucap Lidya.
"Oh iya Rania, sejak kapan kamu pindah ke Jakarta?" tanya Lidya.
"Dua tahun yang lalu, bagaimana kabar anak-anak kamu," jawab Rania.
"Alhamdulillah mereka semua baik, Anaya sudah menikah dan punya anak, kedua anak lelakiku mereka masih sendiri, entah kapan anak-anak itu akan menikah, bosan rasanya aku terus mengingatkan hal itu sama mereka, kamu sendiri sudah punya cucu berapa?" tanya Lidya.
"Jangankan cucu, Keyla saja belum menikah, apalagi Dania, dia masih kuliah, andai saja waktu itu Keyla jadi menikah mungkin sekarang aku juga sama sepertimu sudah punya cucu," jawab Rania dengan sendu.
"Aku kira Keyla sudah menikah, lalu kenapa Keyla sampai tidak jadi menikah? Apakah calon suaminya meninggal?" tanya Lidya yang penasaran kenapa alasan Keyla batal menikah.
Rania pun menceritakan semua kejadian yang dialami oleh Keyla dulu, mendengar cerita Rania, membuat Lidya ingin menjodohkan Keyla dengan anaknya yang kedua, Lidya yakin jika Keyla itu gadis yang baik dan bisa merubah sifat anaknya yang seperti kulkas berjalan dan selalu acuh kepada orang asing.
"Hmm ... lagi-lagi, kenapa selalu saja ada orang ketiga, beruntungnya Keyla tidak jadi menikah dengan lelaki seperti itu," ucap Lidya.
"Aku tidak tau, Dy, apakah dugaanku benar atau tidak, yang jelas aku tidak bisa membayangkan kalau hal itu terjadi setelah Keyla menikah, kita sama-sama pernah merasakan sakitnya dikhianati oleh pasangan, beruntungnya aku bertemu dengan mas Dedy yang bisa menerima aku apa adanya, dan aku sudah diberi kesempatan menjadi seorang ibu lagi karena ada Keyla dan Dania, aku sangat menyayangi mereka, apa setelah kejadian itu kamu menikah lagi?" tanya Rania saat mengingat bagaimana hancurnya Lidya saat ditinggalkan oleh suaminya dulu, Rania juga pernah menemani Lidya selama beberapa bulan saat Lidya terpuruk.
Bersambung....