Aku menghampiri Elsa yang ada di mejanya. Kukeluarkan kotak bekalnya dari dalam tasku. Kemudian kusodorkan padanya. Sesuai dengan permintaan Elsa semalam, aku memasakkan pangsit goreng untuknya. Melihat kotak bekalnya, Elsa tersenyum dengan lebar padaku. Elsa kemudian mencicipi pangsitnya.
"Enak, seperti biasanya," ucap Elsa.
"Wah, kelihatannya enak," ucap Ranti.
Elsa menyodorkan kotak bekalnya pada Ranti dan kemudian diterima oleh Ranti. Baru saja Ranti akan memakan pangsitnya, tiba-tiba kotak bekalnya terjatuh. Isinya berceceran di lantai. Elsa langsung berdiri saat melihat pangsit kesukaannya jatuh begitu saja.
"Linda!" teriak Elsa.
Linda dengan sengaja menabrak Ranti dan menyebabkan kotak bekalnya jatuh. Merasa tidak terima, Elsa mendekati Linda dengan wajah kesalnya. Linda yang ditatap seperti itu hanya bersikap biasa saja. Linda justru tertawa puas.
"Sorry," ucap Linda tidak tulus.
"Kau selalu mencari gara-gara padaku. Apa maumu?" Elsa sudah tidak sabar lagi.
"Kenapa kau selalu emosi padaku. Kita sudah tidak ada masalah, kan?" Linda bersikap heran.
Elsa mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Jika tidak kutahan, Elsa pasti sudah melayangkan tinju ke wajah Linda. Aku tidak ingin Elsa menciptakan keributan lagi di sini. Kuambil kotak bekalnya dan kugunakan untuk wadah pangsit yang berceceran di lantai. Aku memegang pundak Elsa dan memintanya untuk kembali duduk.
"Maafkan saja Linda," ucapku.
"Aku tidak sebaik dirimu, Delisa. Aku tidak bisa memaafkannya dengan cepat," ucap Elsa menolakku.
"Ya, tentu saja. Kau tidak akan memaafkanku karena kau belum move on dari mantan pacarku," ucap Linda menyindir Elsa.
Aku dan Elsa saling melirik karena bingung dengan ucapan Linda. Apa maksudnya mantan pacar? Elsa tidak pernah menjalin hubungan dengan mantan pacar Linda. Linda memutari tubuh Elsa dengan tangan tangan yang disilangkan di dada.
"Aku tidak pernah memacari mantan pacarmu," ucap Elsa dengan tajam.
"Siapa bilang? Faktanya kau belum move on dari mantan pacarku," ucap Linda yang membuat Elsa makin emosi.
Elsa mencengkeram kedua lengan Linda. Aku berusaha melepaskan cengkeramannya sebelum semua orang menyadari perdebatan ini. Sayangnya kemarahan Elsa membuatku sulit menghentikannya.
"Jangan mencoba membuat tuduhan yang tidak benar," ancam Elsa.
Linda mendorong Elsa sampai cengkeraman Elsa terlepas. Aku memegang tangan Elsa untuk menahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Dengan senyuman liciknya, Linda mendekati Elsa. Linda kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Elsa. Dari pergerakan mulut Linda aku bisa tahu siapa yang dibisikkan olehnya. Aku tidak menyangka kalau Linda akan memutuskan Gavin begitu saja. Elsa langsung terdiam mendengar pengakuan dari Linda.
"Pria yang malang. Aku hanya bermain-main sebentar dengannya, setelah itu kucampakan," ucap Linda tanpa rasa bersalah.
"Beraninya kau melakukan ini pada Gavin," ucap Elsa tidak terima.
Ternyata selama ini Linda tidak serius dengan Gavin. Linda hanya menganggap Gavin sebagai mainan, karena itu dia bisa dengan mudah membuangnya saat tidak memerlukannya lagi. Linda bertepuk tangan karena merasa puas dengan aksinya.
"Kenapa kau lakukan ini? Kenapa harus Gavin, Linda?!"
"Karena kau sahabatnya Delisa!"
Aku menatap Linda dengan tidak percaya. Apa maksudnya? Jika Linda memang tidak menyukaiku, mengapa dia lakukan ini pada Elsa?
"Delisa sudah merebut posisiku. Beraninya dia mencoba mengungguliku. Dia pikir dia siapa? Karena kesalahannya itu, maka sahabatnyalah yang menanggung akibatnya," ucap Linda menatapku dengan penuh kebencian.
"Apa maksudmu?" tanya Elsa yang masih kebingungan.
"Aku sengaja memanfaatkan kelemahanmu untuk balas dendam pada dia," ucap Linda menunjukku.
Air mata keluar begitu saja membasahi pipiku. Aku tidka menyangka jika posisiku membuat sahabatku sendiri menderita. Aku sudah membuat Elsa membayar kebencian yang dimiliki Linda terhadapku. Rasanya aku tidak mampu meminta maaf pada Elsa. Aku merasa sangat bersalah.
"Sekarang aku cukup puas. Aku lega karena akhirnya bisa mengungkapkannya. Anggap saja ini sebagai permulaan," ucap Linda padaku.
Linda dan Ranti pergi meninggalkan kami. Aku menatap Elsa dengan perasaan menyesal. Melihatku, Elsa justru memelukku. Aku langsung menangis saat itu juga.
"Kenapa kau tidak marah padaku. Aku pantas untuk kau salahkan," ucapku dengan rasa sesak di dada.
"Kau tidak bersalah. Bagiku bukan kau yang bersalah, tetapi Linda," ucap Elsa setelah melepaskan pelukannya.
"Gara-gara aku Linda merusak hubungan kalian," ucapku.
Elsa kemudian mengantarku ke ruanganku. Di sini akan mengundang perhatian orang-orang. Elsa kemudian menyuruhku duduk dan menghapus air mataku. Aku merasa sangat buruk di hadapan Elsa.
"Kumohon maafkan aku," ucapku sembari memegang tangan Elsa.
"Jika Gavin adalah orang yang setia, dia tidak akan tertarik dengan Linda, bahkan siapa pun. Mungkin ini cara Tuhan menunjukkan bahwa Gavin tidak baik untukku," ucap Elsa berusaha tegar.
"Aku memang mencintainya, tetapi dia sudah membuangku. Aku tidak ingin bersama dengan laki-laki seperti itu. Tolong katakan padaku bahwa aku bisa mengatasinya," imbuh Elsa.
"Aku percaya padamu. Kau pasti bisa, Elsa. Aku yakin padamu," ucapku dengan tulus.
Aku berdiri dan memeluk Elsa. Aku menangis terisak-isak dipelukannya. Elsa mengelus-elus punggungku untuk menenangkanku. Kami menangis bersama dalam pelukan. Elsa terus mengatakan bahwa dia tidak apa-apa dan ini semua bukan kesalahanku.
Sehabis pulang kerja, Elsa mengajakku mampir ke kafe. Elsa berpikir bahwa kita butuh bersenang-senang setelah bersedih. Aku ingin mengiyakan ajakannya, tetapi aku teringat dengan Argat. Aku tidak bisa meninggalkannya lebih lama lagi.
"Aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini kau begitu sibuk. Tapi ayolah, sebentar saja. Kita akan bawa pulang minumannya," bujuk Elsa.
Karena tidak ingin membuat Elsa kecewa aku mengangguk menurutinya. Kami berjalan kaki menuju kafe karena jaraknya yang lumayan dekat. Sesampainya di kafe, aku memesan choco mint dan Elsa memesan boba. Namun saat akan mengambil tempat duduk, kami melihat Gavin ada di sana. Gavin menatap ke arah jendela dengan mata sayunya. Elsa langsung berbalik saat melihat Gavin. Pandangan kami bertemu. Aku bisa melihatnya terkejut ketika melihatku berada di sini. Bola matanya kemudian beralih melihat Elsa. Aku yakin kalau Gavin tahu bahwa Elsa ada di sampingku.
"Gavin berjalan ke arah kita," ucapku dengan pelan pada Elsa.
Elsa langsung berbalik. Sekarang dua orang yang pernah menjalin hubungan ini kembali dipertemukan. Gavin menatap Elsa seakan melihat secercah cahaya yang sebelumnya hilang. Gavin seakan menemukan cahaya di tengah kegelapannya. Elsa terlihat gelisah seperti ingin segera pergi dari sini. Namun pesanan kami belum siap. Karena tidak ingin mengganggu mereka, aku memutuskan pergi duluan.
"Kau tetap di sini dan aku akan pergi," ucapku.
Mata Elsa masih terkunci dan hanya bisa melihat Gavin saja saat ini. Aku memegang pundaknya dengan pelan dan berjalan keluar dari kafe. Aku akan membiarkan mereka mengobrol berdua. Entah apa yang akan dikatakan Elsa, aku akan tetap mendukungnya. Aku tidak ingin memaksanya tuk menjauh, jika seandainya keputusannya adalah kembali bersama Gavin.