Aku sedang membantu mama memilih bahan-bahan masakan Indonesia untuk dibawa ke Jerman. Sebenarnya aku sudah merekomendasikan untuk membeli langsung ke supermarket, tetapi mama memilih belanja online karena tidak ingin ribet. Langkah kaki seseorang membuatku menoleh. Ternyata Argat sudah pulang. Lebih baik aku bertanya sekarang juga.
"Kau habis dari mana?" tanyaku menghampiri Argat.
Argat memutar bola matanya malas karena merasa risih dengan pertanyaanku. Tidak masalah jika Argat akan memarahiku nanti, tetapi yang jelas aku ingin mengetahuinya. Aku bisa berpikir positif, tetapi bukan berarti mengabaikan segala kemungkinannya. Tanpa menjawabku, Argat menaiki tangga.
"Aku melihat mobilmu di kantor. Kau tidak ada di sana," ucapku yang membuat Argat berhenti.
"Masuklah ke kamar. Kita akan bicarakan di sana," ucap Argat dengan lembut.