Chereads / I Love You, Uncle! / Chapter 7 - New Life in Liverpool

Chapter 7 - New Life in Liverpool

Kaisar menatap tumpukan dokumen yang belum dikerjakan oleh Jeong-Won dengan lelah, ia hanya berencana menjemput gadis itu lalu kembali. Tetapi, ia justru mendapat banyak sekali pekerjaan salah satunya berurusan dengan Lucy.

"Eomeoni, pasti akan berpidato dengan panjang ketika tahu Lucy berusaha menghancurkan putrinya sendiri."

Pria bermanik hazel tersebut mulai berkutat pada dokumennya, membaca isi dokumen lalu menandatanganinya jika ia tertarik. Pekerjaan itu sebenarnya tidak melelahkan, justru lebih melelahkan untuk mengawasi gadis kecil yang beberapa hari lalu menghinanya.

Kaisar menatap foto gadis kecil bernama Leana, bibirnya tersungging. Pria itu tidak menyangka putri Harrison bisa secantik itu, bahkan sama sekali tidak memiliki pantulan dari seorang Lucy. Mungkin, sikapnya yang begitu pemberani membuat Kaisar yakin jika Leana adalah keponakannya.

"Kau tahu gadis nakal! Kau tidak akan pernah lepas dariku."

Dering ponsel miliknya menyadarkan pria yang terus menatap Leana yang masih belia, dari layar ponselnya Kaisar dapat menebak jika Jeong-Won berhasil menemukan Leana.

"Apa kau sudah menemukannya?" tanya Kaisar tanpa basa-basi.

[Sudah tuan, Nona Ileana berada di Liverpool. Ia bekerja sebagai cleaning servis di restoran seafood]

Kaisar selalu puas dengan kinerja pria oriental tersebut, ia mengangguk singkat meskipun Jeong-Won tidak dapat melihatnya. Begitu tak mendengar laporan apapun, ia segera menutup panggilannya.

Kaisar kembali tenggelam dalam pekerjaannya, setidaknya ia sudah tenang karena mengetahui tempat gadis itu.

Sang Surya sepertinya telah menyelesaikan tugasnya di langit kota London, langit berubah gelap dengan pemandangan lampu-lampu bangunan di kota yang dinyalakan.

Sama halnya dengan Kaisar yang baru saja menyelesaikan pekerjaan, pria itu meregangkan otot-otot kekar tubuhnya. Pria itu segera meninggalkan ruang kerjanya, ia berjalan melewati koridor dengan tingkat keamanan tinggi dengan santai.

Tidak ada yang berani keluar masuk ruang pribadinya kecuali Jeong-Won dan Jhon, keduanya memiliki kemampuan yang baik untuk selamat dari koridor mematikan tersebut. Bagaimana mereka membersihkan ruangan tersebut? Kaisar tidak mengambil risiko untuk membuat seseorang berani masuk ke sana karena alasan membersihkan ruangannya.

Kedua pria yang memiliki akses tersebutlah yang merangkap menjadi cleaning servis untuk ruangannya, Jeong-Won dan Jhon.

"Marrie, aku ingin makan malam!"

Pelayan wanita itu membungkuk hormat pada tuannya, menjawab keinginan tuannya. Wanita tersebut adalah istri dari Ed, mungkin terlalu lama berada dalam gedung yang sama membuat mereka jatuh cinta.

Kaisar tidak langsung pergi ke ruang makan, ia berniat membersihkan tubuhnya. Mandi, tentu saja hal yang paling membuat tubuhnya terasa segar adalah tersentuh dengan air dingin.

.

Kamar dengan aroma khas seorang pria, di dominasi dengan warna hitam dan abu-abu terlihat elegan dan sangat cocok seperti kepribadian Kaisar yang misterius dan kejam.

Namun, akan merasa berbeda ketika melihat beberapa buah potret yang telah diabadikan oleh Kaisar. Foto Ae-Ri yang tengah memakai bikini tertawa bahagia di pantai, foto kenangan terakhir hubungan mereka.

Lalu, foto dirinya dengan Ae-Ri yang tengah berciuman mesra ketika masih kuliah. Semua hal mengenai Ae-Ri tidak pernah Kaisar lupakan, pria itu terlalu mencintai wanita yang telah mencampakkannya.

Kaisar menanggalkan kemejanya dan melemparkannya ke keranjang pakaian, menampakkan tubuhnya yang memiliki otot-otot kekar. Dada bidangnya mampu membuat setiap wanita yang melihatnya akan berteriak kegirangan, terlihat sebuah bekas luka di punggungnya yang terlihat sudah lama.

Aroma daun mint menyeruak ketika Kaisar keluar dari kamar mandi, pria dengan keadaan shirtless tersebut meraih sebuah kaus polo v neck berwarna abu-abu dan memakainya.

Tubuhnya semakin terlihat begitu indah dalam balutan kausnya, ketika berpakaian casual pun Kaisar selalu terlihat kejam.

.

.

Gadis itu tampak lelah, terutama kedua kakinya yang pegal karena berdiri sepanjang hari. Pekerjaannya cukup berat dari sekadar menjual koran dipinggir jalan, ia harus berkali-kali membersihkan meja setelah orang selesai makan. Mengepel lantai yang kotor, dan yang paling ia benci membersihkan toilet.

"Pasti lelah ya?" kata waiters yang selalu mengajaknya berbicara, namanya Jane.

Jane mengulurkan segelas air untuk Leana, gadis itu menerimanya dan mengucapkan terimakasih.

"Hm kau pasti tahu, ini pertama kalinya aku bekerja," jelas Leana.

Jane terkekeh kecil, gadis berambut ikal berkulit eksotis tersebut duduk disamping Leana. Mereka tinggal disebuah apartemen sederhana, meskipun dikatakan sederhana namun, jelas lebih bagus dari flat milik Anne.

"Tapi, aku merasa tidak asing denganmu? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? London maybe?"

"Maybe yes, maybe no Jane! Aku memang berasal dari London, tetapi sebelumnya aku jarang keluar."

Jane mengangguk paham, meskipun begitu gadis yang sepertinya seusia dengan Anne tersebut masih memikirkannya.

"Pak Ethan itu seperti apa orangnya? Mengapa ia baik sekali menerimaku bekerja padahal aku tidak memiliki pengalaman apapun sebelumnya?"

Jane yang sibuk menikmati camilan sehatnya menoleh dan tersenyum, entah apa maksudnya. Camilan Jane terlihat begitu menggoda untuk Leana, tetapi ia ingat dengan pesan Daddy nya agar tidak makan sembarangan.

Meskipun ia kini bukan lagi seorang konglomerat di London, tetap saja ia harus terus menjaga kualitas hidupnya.

"Yah, Pak Ethan memang sangat baik dengan semua orang. Tapi tidak dengan wanita yang tadi membuatmu bekerja berulangkali, namanya Samantha dia itu calon istrinya Pak Ethan."

"Waah, pantas saja Pak Ethan selalu mengawasinya tadi," ujar Leana yang terlihat terperangah.

Jane tertawa kecil, sepertinya ada hal lucu baginya. Gadis itu mendekatkan wajahnya pada telinga Leana.

"Pak Ethan bukan mengawasi Samantha, tapi mengawasimu. Sepertinya dia tertarik denganmu."

Leana tertawa garing, jelas itu tidak mungkin. Ia tidak pernah menggodanya apalagi membuat bosnya tersebut tertarik dengannya.

"Kenapa kau tidak percaya? Leana, hubungan Pak Ethan dan Sam itu hanyalah berdasarkan perjodohan itu sudah menjadi gosip sepanjang tahun. Pak Ethan sejak awal tidak menyukai Sam, apalagi sikapnya yang buruk."

Leana sepertinya masih tidak percaya dengan perkataan Jane, dan sejak itu ia tahu jika Jane benar-benar cerewet semua hal ia bicarakan.

Malam kian merambat, gadis itu masih terjaga menatap langit dari jendela kamarnya. Sementara, Jane telah terlelap dan tenggelam dalam mimpinya.

"Daddy, aku merindukanmu."

Lirih, hanya lirih suara Leana yang hilang terbawa angin dingin dari laut.

Gadis itu menutup jendela kamarnya, ia berlalu pergi menghampiri kasur single bed dengan bantal yang melambai-lambai sejak tadi.

Ia masuk dalam selimut dan mulai tenggelam dalam mimpinya, mimpi di mana ayahnya belum meninggal, masih ada ibunya yang selalu menjadi favoritnya.

Dalam tidurnya Leana tersenyum selebar mungkin, mungkin itulah yang ia harapkan selama ini. Sejak ayahnya meninggal, ia belum pernah pergi ke makamnya di kota London.

Sekalipun ia begitu merindukannya, tetapi ia harus menghindar dari adik ibunya. Sejak ia bertemu dan membuatnya marah semuanya terasa menjadi sangat berbeda. Flat milik Anne tiba-tiba saja digusur, dan uang dari ganti rugi lebih sedikit dari yang seharusnya. Leana tahu jika semuanya adalah permainan yang dibuat oleh Kaisar.