Kelas sastra Inggris, tidak membosankan seperti yang Leana bayangkan. Dosen yang tampak masih sangat tampan meskipun usianya tidak dapat dikatakan muda lagi, mungkin telah berkepala empat. Empat puluh lima menit, Leana lewati dengan memperhatikan wajah tampan dari sang dosen.
Sayang untuk dilewatkan, yang Riley alami juga sama seperti Leana. Kedua gadis muda tersebut benar-benar terhipnotis dengan dosen tampan itu.
"Aku sepertinya ingin beralih jurusan sastra Inggris, Mr. Smith benar-benar membuatku tidak bisa beralih!" bisik Riley pada Leana.
Leana yang masih sangat sadar dengan khayalan tentang Mr. Smith ia memutar bola matanya jengah, tentunya orang setampan Mr. Smith tidak mungkin masih sendiri. Atau lebih parah duda hot beranak satu yang sama tampannya, itu opsi yang paling imajiner.
"Riley, Mr. Smith menuju kemari kau sebaiknya segera sadar dengan khayalan tingkat tinggi itu!" bisik Leana ketika menyadari objek imajinasi keduanya tengah mendekati keduanya.
"Mrs. Ford apakah ada yang lebih menarik dari pelajaran saya?"
Pria seusia dengan ayahnya itu berdiri tepat di samping Riley yang masih terpesona dengannya namun, perlu digarisbawahi jika wajahnya tidak bersahabat. Sepertinya Riley dalam masalah.
"Tentu saja, pria itu benar-benar hot. Ah, sepertinya aku jatuh hati pada Mr. Smith."
Apakah Leana boleh terkikik geli sekarang? Yang benar saja, semua mahasiswa di kelas mendengarnya tengah menyatakan cintanya pada Mr. Smith yang terkenal tampak bak malaikat namun, kejam bak iblis.
"Jika kau benar-benar mengagumi ku, rangkum semua materi yang ku jelaskan dan kumpulkan nanti sore sebelum pukul empat. Aku tidak menyukai keterlambatan Mrs. Ford!"
Kedua matanya yang besar dan bulat semakin terlihat jelas, Riley menatap dosennya dengan raut wajah memelas. Tidak berhasil tentu saja, gadis itu menarik rambutnya dengan frustasi.
"Dia benar-benar kejam, bahkan selama kelas berlangsung aku sama sekali tidak tahu materi apa yang dia jelaskan!"
Mahasiswa lainnya tertawa, meskipun menaruh perasaan iba akan percuma saja. Riley tidak akan lolos dari hukuman Mr. Smith.
"Dia seperti uncle ku, kau tahu Riley? Mereka sama-sama tampan dan kejam."
Leana tidak berbohong ketika mengatakannya, itu berarti ia pernah terpesona dengan ketampanan Kaisar dengan blasteran Inggris dan Korea, siapa yang akan menolak pesonanya?
Tapi, semuanya hilang ketika Kaisar jauh lebih kejam dari yang ia bayangkan. Membunuh orang? Ia ingat dengan jelas malam itu, ia tidak bermimpi karena ketika ia bangun bajunya berbeda. Bukti malam itu, dimana Kaisar membawanya ke tengah hutan semuanya hilang.
"Hei, aku yang mendapatkan hukuman dari Mr. Smith kenapa kau yang melamun?" Riley menatap Leana lekat, dan tentu saja menggodanya.
"Kau juga ingin hukuman dari dosen tampan?"
"Tidak, Riley. Tugas dari Mr. Smith yang lainnya sudah terasa berat. Membuat review novel yang di sukai."
Leana merasa jika ponsel barunya bergetar, ia merogoh tas ranselnya dan melihat layar datar ponselnya. 'The devil uncle' ia ingin tertawa sendiri, bagaimana ia bisa menamai uncle nya dengan devil.
"Halo?"
[Sore ini, kau ikut denganku, ini bukan permintaan. Melainkan, sebuah pernyataan jadi aku tidak menerima alasan apapun!]
Tut.. Tut..
Mulut gadis itu kembali terkatup, ia bahkan belum menjawab apapun Kaisar sudah menutup panggilannya. Leana mengangkat bahunya tidak peduli, Kaisar selalu bertindak semaunya dan menganggap orang lain adalah pelayan.
Ia menyimpan kembali ponselnya, dan segera menyusul Riley.
.
Kaisar menutup ponselnya begitu selesai berbicara, wanita yang masih terduduk di sofa mahal miliknya menatap wajah Kaisar dengan lembut.
"Kau tidak pernah berubah, bagaimana mungkin kau selalu bersikap seperti itu dengan semua orang?"
Semua orang yang bertemu dengan Ae-Ri pasti akan jatuh hati, bukan hanya kecantikan yang ia miliki. Kelembutan dan kepeduliannya juga turut melengkapi kesempurnaannya.
"Jika aku tidak begitu, gadis itu pasti akan melawanku!"
"Memang siapa dia? Kekasih baru mu?"
Kaisar tertawa garing, ia memang tak pantas tertawa meskipun tertawa jahat sekalipun. "Bukan, dia keponakanku."
Wajah Kaisar kembali kaku seperti biasanya, mengherankan jika pria yang jarang tersenyum sepertinya memiliki wajah yang awet muda.
"Benarkah? Aku tidak tahu kau punya keponakan."
"Semua orang memang tidak tahu, dia adalah putri kakakku."
Waktu berjalan dengan cepat, mereka tak sadar sudah menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berbicara. Sudah waktunya Ae-Ri kembali, ia tidak ingin membuat suaminya semakin kecewa.
"Aku harus pulang, Kai."
Kaisar tak suka mendengarnya, ia benci kata perpisahan dari Ae-Ri meskipun mereka bisa bertemu kembali esok hari. Tapi, apakah ia bisa kembali melihat Ae-Ri sebagai sahabatnya lagi? Tidak. Tentu tidak, ia kini memiliki niat yang jahat. Untuk membuat Ae-Ri kembali menjadi miliknya.
"Kau tahu, aku akan dengan senang hati menerimamu kapanpun."
Ae-Ri tersenyum tipis, wanita itu mengangguk karena ia tahu Kaisar takkan berubah. Ia memeluk Kaisar, dan mengecup pipinya lembut. Bukan untuk memberikan harapan untuknya, hanya sebagai ucapan terimakasih.
Begitu wanita itu menghilang dari baik pintu, John menerobos masuk. Wajahnya serius, bahkan sangat serius membuat Kaisar tahu ada masalah yang besar.
"John?"
"Mereka tidak menemukan apapun di kediaman Harrison, seseorang pasti telah membocorkan rencana kita!"
Kaisar menggeram kesal, ia memukul meja berlapis kaca itu dengan kuat. Untungnya kaca itu selamat, Jeong-Won tak perlu mencari kaca yang baru lagi.
Wajahnya yang berkulit putih, memerah hingga lehernya pertanda jika Kaisar benar-benar marah. Ia cukup tahu bahwa ada seorang penghianat dalam bisnisnya, kali ini memang bukan kegagalan terbesarnya. Namun, kegagalan kali ini jelas bukan dari seorang bawahan biasa.
"Kau cari siapa penghianat itu, aku ingin memastikan sendiri dia mati dengan menderita kali ini!"
"Setelah kau menemukannya, bawa dia ke rumah hitam!"
Kaisar membalikkan tubuhnya, ia menatap tajam kearah kaca. Bahkan dengan semua kekuatan yang ia miliki, ia tidak mungkin akan kalah dengan mudah.
"Jeong-Won, kau jemput Leana. Suruh dia bersiap!"
Pria Asia tersebut membungkuk hormat dan segera pergi, apakah ia curiga dengan Jeong-Won? Tidak, Kaisar bahkan tidak bisa menaruh curiga pada siapapun. Tetapi, penghianat tersebut jelas hanya ada diantara John dan Jeong-Won.
Kepala Kaisar terasa berdenyut dan seperti akan pecah, dokumen rahasia yang disimpan Lucy bahkan belum ia dapatkan, sekarang ia harus mendapatkan kekalahan yang memalukan seperti ini?
"Pergilah John, jangan kembali sampai kau menemukan penghianat itu!"
Kaisar terus menatap ke arah langit yang perlahan mulai berubah gelap, menandakan bahwa sang Surya akan segera mengakhiri harinya. Melepaskan tahtanya untuk sang rembulan, Kaisar tidak tahu apakah tindakannya benar saat ini?
Ia akan berjalan sendiri di atas jembatan yang ia bangun, tidak akan melibatkan orang-orang. Ia meyakinkan dirinya agar tidak mempercayai siapapun di dunia ini. Lalu, apakah ia akan percaya pada gadis polos itu? Gadis itu tahu apa? bahkan ia tidak tahu jika keluarganya tidak benar-benar memiliki hubungan yang baik.