Kaisar memang tak pernah mengingkari janjinya untuk membawa pergi Leana, bahkan setelah lima belas menit ia menutup panggilan Jeong-Won sudah menunggu di depan gerbang.
Kaisar membawanya ke sebuah restoran mewah, berbintang lima mungkin. Hanya saja ini sangat sepi, sangat bukan hal baik untuk leana. Gadis itu justru mulai berpikiran yang tidak-tidak tentang uncle-nya.
"Kenapa kau diam saja, biasanya ribet untuk urusan diajak pergi," sungguh ini kesekian kalinya Leana merasa terpana dengan Kaisar.
Ia berbicara dengan lembut, dan seakan Leana adalah kekasihnya meskipun itu sekadar khayalan Leana, Kaisar pria dewasa tampan dengan sejuta pesona itu akan jatuh hati pada gadis ingusan sepertinya apalagi ia masih keponakannya.
Genggaman telapak tangan Kaisar pada tangan kecil Leana membuat semuanya semakin merasakan debaran jantungnya yang semakin bertalu, Kaisar membawanya ke arah meja yang telah berhias dengan begitu romantis.
Cahaya ruangan terlihat temaram, bunga mawar merah yang merekah semakin membuat keindahan. Jangan lupakan lilin-lilin tinggi bak perjamuan kerajaan, semakin membuat semuanya tampak romantis. Jika sudah begitu, Leana bahkan lupa jika Kaisar adalah pamannya. Leana baru pertama kali merasakan tertarik dengan lawan jenis, dan orang pertama itu adalah pamannya sendiri.
"Uncle, kita kenapa kemari?"
"Diamlah! Jangan merusak suasana hatiku!"
Tetapi, semua khayalan Leana tentang keromantisan Kaisar untuknya buyar begitu saja ketika pria itu menjawabnya dengan ketus. Seakan ia benar-benar terpaksa membawanya kemari, ia bahkan sampai tak melihat seorang wanita yang luar biasa cantik dalam balutan gaun berwarna merah menggoda dan seksi tersebut.
Jika Leana bisa mengatakan sempurna untuk wanita lainnya, wanita yang kini bercupika-cupiki dengan Kaisar adalah yang paling sempurna. Kecantikannya dengan tubuh seksi dan tinggi, kulitnya putih sehat bukan pucat membuatnya seperti bidadari di sana.
Lalu, bagaimana dengan Leana? Gadis itu di tinggalkan di tengah jalan begitu saja oleh Kaisar. Dengan amat terpaksa ia tetap menyusulnya ke meja indah tersebut.
"Uncle?"
Sepasang kekasih atau apalah yang Leana sama sekali tidak tahu ada hubungan apa diantara keduanya, menatap Leana dengan kening berkerut.
"Dia siapa Kai?"
"Jangan hiraukan dia!"
"Kau! Pilih sendiri tempat duduk sejauh mungkin dari kami, atau di lantai dua pun tidak apa. Jangan ganggu aku!"
Khayalan Leana tentang pangeran berkuda putih, yang membuat jantungnya bertalu begitu cepat itu hancur tak bersisa sekarang. Jadi alasan Leana di ajak itu apa? Hanya sekadar di jadikan hiasan saja kah?
Dengan kesal, Leana berjalan menjauhi pasangan yang di madu asmara tersebut. Ia mengambil tempat duduk terjauh sesuai yang di katakan oleh Kaisar.
"Dasar pria tua menyebalkan! Buat apa aku di ajak kemari kalau dia mau pacaran?"
Leana mendudukkan tubuhnya dengan kasar, ia masih menatap penuh kekesalan pada pamannya yang tampak sedang merayu kekasihnya.
Lihatlah! Mereka berpegangan tangan, lalu Kaisar mengecupnya dengan lembut punggung tangan putih wanita itu. Leana merengut kesal, Kaisar memperlakukannya dengan begitu kasar sementara dengan wanita itu, ia begitu manis.
"Nona, ada yang ingin kau pesan?"
Seorang waiters menghampirinya dan memberikan buku menu, Leana tidak menerimanya ia mendongak menatap pria bertubuh jangkung tanpa otot tersebut.
"Samakan saja dengan mereka!"
Leana mengatakannya sembari menunjuk sepasang kekasih yang tengah bergurau romantis.
Tidak lama, waiters tersebut mendatanginya dengan pesanan yang sama persis dengan yang Kaisar pesan. Steak medium, dengan anggur dan segala jenis makanan lainnya. Ia tidak tahu apa saja, ia tak pernah makan formal di restoran berbintang lima. Meskipun, ayahnya seorang konglomerat.
"Terimakasih!"
Leana menatap makanannya yang memenuhi meja, ia mengambil steak dan mulai memotong-motongnya menjadi bagian-bagian kecil lalu melahapnya dengan lahap.
Ia meraih botol anggurnya, menuangkannya ke dalam gelas dan meminumnya. Tenggorakannya terasa terbakar ketika anggur tersebut melewati kerongkongannya.
.
"Dia siapa?"
"Keponakanku, maaf aku mengajaknya kemari. Dia bisa kabur kapan saja jika tidak berada di sisiku."
Ae-Ri terkekeh geli, ia melihat Kaisar seperti seorang ayah yang harus menjaga putrinya. Tangan putih Ae-Ri meraih telapak tangan kasar milik Kaisar, membawanya mendekati bibirnya yang terpoles dengan lipstik merah senada dengan gaunnya.
"Dia lucu, dan manis."
"Benarkah?" tanya Kaisar tak percaya dengan ungkapan Ae-Ri.
"Bagiku ia bahkan tak ada manis-manisnya, setiap hari hanya membuatku pusing dengan tingkahnya!"
Kaisar terlihat benar-benar pusing seperti yang dikatakan, mereka mulai memakan steak mereka dengan tenang dan penuh keromantisan.
Menyesap sedikit anggur yang tertuang di dalam gelas, membuatnya semakin menarik karena mereka tampak begitu sempurna. Kaisar memakai tuksedo hitam dengan kemeja putih di dalamnya, lalu Ae-Ri dengan warna merah menyala. Mereka seperti api yang berkobar, bak percintaan mereka yang kini tengah berkobar.
"Tuan, nona Leana mabuk!"
"Shit!"
Kaisar segera menoleh pada tempat gadis itu duduk, tempat duduk terjauh sesuai yang ia inginkan. Gadis itu bahkan merusak banyak benda disana, kini yang tertangkap kedua matanya adalah Leana yang tertunduk dan entah apa yang ia gumamkan.
"Maafkan aku Ae-Ri, seperti aku harus sering membawanya pulang. Jika tidak ia bisa merusak segalanya disini!"
Ae-Ri tersenyum manis, bukan hanya Kaisar saja yang luluh karena senyumannya. Jeong-Won juga tampaknya sama terpesona dengan Ae-Ri.
"Tidak masalah, sampai jumpa kembali Hun!"
Kaisar memberikan ciuman romantis kepada wanita itu, mencecap bibirnya yang manis dan terasa khas seperti anggur. Jeong-Won tampak salah Ting melihat keduanya, pria itu segera mengalihkan pandangannya dan meninggalkan Kaisar .
"Jeong-Won akan mengantarmu, aku akan sangat menunggu perceraianmu dengannya!"
"Tunggulah!"
Kaisar berjalan tergesa-gesa menuju gadis nakal yang mengacaukan malamnya, kenapa ia harus bersusah payah mengurusinya jika ada Jeong-Won? Jawabannya karena ibunya terus mengawasinya dan Leana sejak ia tahu Leana tinggal di rumah.
Dengan cepat ia menggendong Leana seperti karung beras, gadis itu bahkan tak terlihat sadar. Ia pasti tak pernah minum anggur, hanya anggur saja membuatnya mabuk.
"Kau benar-benar merusak kebahagiaanku!"
Kaisar melemparkannya ke dalam mobil, membuat Leana meringis dan bergumam tak jelas.
Pria itu segera memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, jika saja Leana tidak mabuk sudah pasti ia akan mengantarkan Ae-Ri ke rumahnya. Bukannya justru mengantarkan gadis kecil yang mabuk, syukur-syukur ia tidak mabuk. Kalau Leana muntah Kaisar pasti akan membuatnya semakin menyesal esok pagi.
"Lea! Kau jangan muntah di mobilku! "
Teriak Kaisar ketika melihat Leana mual dan akhirnya mobilnya yang harum menjadi bau muntahan Leana.
"Shit! Kau benar-benar menyebalkan gadis kecil!"
"Awas saja besok!"
Kaisar menutup hidungnya dengan sebelah tangannya yang terbebas.
Bahkan ia merelakan AC nya berganti dengan udara segar bercampur polusi untuk menghilangkan bau kecut dari muntahan Leana, ia membuka jendela mobilnya. Membuat rambutnya beterbangan, dan membuatnya semakin tampan dan keren.