Chereads / I Love You, Uncle! / Chapter 11 - Great University

Chapter 11 - Great University

Universitas impiannya sejak lama 'Great University' ia tak menyangka akan ada masanya ia menjadi mahasiswi di sana, dan semuanya karena Kaisar? Ia ingat bagaimana ayahnya berpesan agar suatu hari nanti ia menjadi mahasiswi di sekolah impiannya.

Gadis itu tersenyum lebar, ia datang dengan pria Asia yang berwajah tampan tersebut. Jeong-Won ia menyebutkan namanya tadi, pria yang sama ketika pertama kalinya ia bertemu dengan Kaisar.

Tubuhnya tegap, tingginya tidak lebih dari Kaisar namun, ia cukup tinggi. Leana hanya sebatas bahunya. Mereka berjalan melewati koridor yang penuh dengan mahasiswa Great University, tidak banyak yang memperhatikan.

"Maaf Mr. Jeong, apa kau juga akan mengantarkan ku sampai ruang pendaftaran?"

Hm! Dia berdeham kecil sebagai jawaban. Leana menghembuskan nafasnya pelan, sudah pasti Kaisar akan membuatnya tak bisa keluar dari pengawasannya tidak seperti terakhir kali.

Ruangan cukup besar itu berada di ujung, dengan seorang wanita bertubuh gempal yang menungguinya. Ia mengenakan seutas pita untuk membuat rambut keritingnya tetap rapi, wanita itu tersenyum lebar kepada Leana.

"Hello, Aku Jeong-Won. Asisten Tuan Williams, seperti yang kau dengar di telepon aku membawa keponakan Tuan Williams."

Wanita itu terperangah, begitu mendengar nama Williams disebutkan. Apakah itu sebuah kebanggaan? Tentu saja, Williams adalah marga keluarga yang memiliki banyak perusahaan dan menjadi konglomerat nomor satu di London.

Dan sangat menjadi keberuntungan Leana, karena Kaisar merupakan donatur dari Great University.

"Hai, namaku Leana."

"Panggil aku Mrs. Wilson, apa jurusan yang kau inginkan?"

"Management Bisnis, maybe?"

Leana mengangguk, mungkin ia menebak karena wajah Leana cocok menjadi seorang wanita karir? Mrs. Wilson memberikannya sebuah daftar untuknya.

Jeong-Won duduk tak jauh dari Leana, pria Asia itu mengamati Nona nya memilih jurusan yang tepat untuknya. Jeong-Won mengirimkan email untuk Kaisar, melaporkan yang Leana kerjakan dan apakah yang ia pilih. Segala hal Kaisar tahu.

"Baiklah, management bisnis? Ambil ini, buku panduan mahasiswa milikmu dan peta agar kau tidak tersesat."

"Terimakasih, Mrs.Wilson."

Tugas Jeong-Won sepertinya selesai di ruang administrasi, Leana mencari kelasnya sendiri dan pria Asia itu sudah pergi dari parkiran depan gedung utama.

Leana menyusuri koridor kampus, masih lumayan ramai ia tinggal mencari kelasnya sebelum pukul delapan tepat. Masih tersisa dua puluh menit lagi, sebelum ia gagal dengan hari pertamanya.

"Hai, kau mahasiswi baru? Aku melihatmu tadi dengan, kakakmu?"

Leana tersenyum pada gadis berambut hitam lurus, tampak seperti gadis Asia. Gadis itu mengulurkan tangannya pada Leana.

"Namaku Riley, ibuku orang Asia."

"Leana, seperti yang kau ketahui aku baru saja mendaftar. Dan yang tadi bukan kakakku, dia asisten pribadi uncle ku," Kata Leana menjelaskan.

Riley meminta maaf karena mengira pria Asia tersebut adalah kakaknya, memang tak ada yang mirip. Tapi, tidak menutup kemungkinan karena sebagian besar orang London menikah dan memiliki anak tiri.

"Well, kelas pertamamu apa? Mungkin kita bisa satu kelas, karena aku juga mengambil jurusan bisnis."

"Kurasa sastra Inggris."

"Okey, kita menuju ke gedung selatan. Dan aku juga berada di kelas yang sama."

Riley mengajak Leana pergi ke gedung selatan, melewati lapangan sepak bola yang sangat luas. Lalu, menaiki tangga menuju lantai tiga.

.

"Bagaimana?"

"Nona Ileana, sudah mendapatkan kelasnya."

Kaisar kembali berkutat pada dokumennya, meskipun sebenarnya bukan dokumen bisnis legal. Kali ini, pria itu benar-benar telah kembali lagi ke dunia gelapnya.

Sebagai pemimpin, Kaisar mengetahui cara yang jitu untuk menjalankan kedua bisnisnya dengan lancar. Ia juga melakukan pencucian uang untuk membuat hasil dari bisnis ilegalnya.

"Tuan, ada wanita yang ingin bertemu dengan anda. Dia memaksa dan menerobos hingga ke lantai dua puluh!"

Kaisar mengerutkan keningnya, ia membuka laptopnya yang berlogo buah apel tak utuh tersebut dan melihat siapa wanita yang membuat masalah di kantornya.

Ae-Ri? pikir Kaisar.

Hm!

"Biarkan dia masuk, Jeong!"

"Baik Tuan!"

Kaisar pada kenyataannya memang tak pernah berhenti mencintai wanita itu, ia menatapnya dari CCTV yang memang tersambung dengan laptopnya selain dari pusat keamanan.

Wanita berwajah oriental dengan kecantikan sempurna, tubuhnya tinggi dengan kaki jenjang yang semakin membuatnya tampak seperti bidadari. Kaisar selalu mengaguminya sejak lama, tak ada yang berubah.

Lima menit, tidak lama pintu ruangannya terbuka menampakkan Jeong-Won dengan wanita yang Kaisar rindukan. Ae-Ri segera berjalan dengan anggun ke arah Kaisar, ia duduk di sofa yang memang di sediakan di sana.

"Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu." Dengarlah, bahkan suaranya masih merdu seperti dulu.

"Jeong-Won, pastikan tak ada orang yang masuk ke ruanganku!"

Kaisar meninggalkan dokumennya, ia beralih duduk di depan Ae-Ri dan menatapnya dengan lembut.

Belum duduk dengan sempurna Ae-Ri sudah menubrukkan tubuhnya pada dada Kaisar, wanita itu terisak pelan. Kaisar membalas pelukannya, ia mengabaikan fakta bahwa Ae-Ri sudah menikah, dan menjadi milik orang lain.

"Apa yang terjadi denganmu?"

Bukannya menjawab, Ae-Ri justru semakin terisak. Membuat Kaisar bingung, ia memang bukan pria yang akan mengetahui perasaan wanita hanya dengan sekali lihat.

"Hei, bicaralah!"

"Kau aman denganku, tak apa!"

"Suamiku, dia-dia berselingkuh dengan wanita lain!"

Kaisar melotot tajam, ia marah! Jelas sekali, ia yang begitu mencintai Ae-Ri hingga tak dapat melupakannya meski telah bertahun-tahun, pria itu justru dengan mudahnya menyakiti perasaan Ae-Ri.

"Katakan! Dimana dia?"

"Aku tidak tahu, begitu aku melihat mereka. Aku langsung pergi mencarimu. Aku tidak memiliki siapapun lagi selain kau."

Ae-Ri kembali menangis dalam pelukan Kaisar, pria itu merengkuhnya dengan erat. Dalam hatinya ia akan membalas dengan apapun yang suami Ae-Ri lakukan padanya, ia tidak ingin melihat air matanya kembali membuat aliran sungai di pipi tirusnya yang indah.

"Ssst, aku akan membantumu. Apapun itu, kau juga bisa tinggal bersamaku!"

Ae-Ri mengangguk dengan singkat, namun ia masih memeluk sahabatnya. Benar, selama bertahun-tahun hubungan keduanya hanya sampai batas persahabatan. Meskipun, tak menutup kemungkinan jika ada perasaan lain yang turut membuat persahabatan mereka semakin indah.

Kaisar berdiri, ia mengambil minuman untuk Ae-Ri. Ruangannya memiliki bar kecil, ia tak perlu meminta seseorang membawakan minuman dari lantai bawah dan membuat minuman menjadi dingin. Ia cukup memanggil Jeong-Won atau sekretarisnya untuk membuatkan minuman namun, kali ini ia membuatnya sendiri untuk Ae-Ri.

Wanita itu tampak kacau, riasannya berubah karena tangisannya. Bahunya masih bergetar, tandanya ia benar-benar sakit hati. Dan Kaisar juga melihat bagaimana sorot mata Ae-Ri yang masih terselimuti perasaan cinta untuk suaminya.

"Minumlah, espresso less sugar. Mungkin dapat mengurangi stress!"

"Thanks, Kai!"

"Kau beristirahatlah disini, aku masih banyak pekerjaan untuk diselesaikan!"

Kaisar kembali ke tempatnya, kembali berkutat pada tumpukan dokumen yang Jeong-Won kirimkan. Sungguh jika ia tidak harus menjalankan perusahaannya, ia lebih memilih bergelut dengan sekelompok musuhnya dan menghabisi satu persatu.