Chereads / I Love You, Uncle! / Chapter 10 - Kaisar's Dark Side

Chapter 10 - Kaisar's Dark Side

Pria itu pergi dengan sport abu-abunya membelah jalanan, kedua matanya berfokus pada jalanan yang padat. Ia membanting stir ke arah kiri, mendapatkan jalan lalu mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan.

Sebuah bar ternama menyambutnya, bodyguard yang berjaga tak berani memeriksa hanya mempersilahkannya masuk. Suara bising dari musik yang dimainkan oleh Disc Jockey membuat telinga berdengung kencang, orang-orang menari menyesuaikan musik.

Semakin ke atas, ruangan-ruangan terdengar semakin sunyi beberapa menyewanya untuk membicarakan hal penting. Seperti Kaisar, ia menuju salah satu ruang VVIP dengan keadaan yang begitu hening.

"Hi dude, kau terlalu sibuk dengan keponakanmu?"

Pria itu memilih duduk sendirian di sofa merah, menjaga jarak dengan wanita-wanita penggoda yang mengelilingi teman-temannya.

"Tak ada hubungan dengannya."

Mereka tertawa, benar tak ada yang menandingi kekuatan cinta untuk Ae-Ri dari Kaisar. Bahkan sudah bertahun-tahun lamanya, mungkin saja wanita yang begitu ia cintai kini sudah memiliki seorang keturunan?

"Baiklah kalian sudah berkumpul disini, aku ingin mengumumkan bahwa minggu depan aku menikah," pria berambut pirang dengan kulit putihnya tersebut mengatakannya dengan bangga.

"Woah, siapa gadis yang paling sial itu?"

Mereka tertawa, wanita-wanita penghibur tersebut juga ikut tertawa dengan mereka.

Damian tersenyum kesal, "Kalian juga harus menikah jangan terlalu banyak bermain-main!"

Kaisar merasakan jika ponselnya berdering, Ed? Keningnya berkerut tak mengerti.

[Tuan, Nona Leana tak ada di kamarnya!]

"Shit!"

Kaisar segera menyimpan kembali ponselnya, belum sampai satu jam ia meninggalkan rumahnya dan gadis itu sudah menghilang? Sempurna, hidupnya akan mulai menjengkelkan sekarang.

Kaisar beranjak dari tempatnya, membuat Damian dan yang lainnya menatap heran. Tak seperti biasanya Kaisar akan gusar dan bertindak secara tiba-tiba.

"Kai, kau mau kemana?"

"Come on dude, kau baru sepuluh menit disini!"

"Aku ada urusan, Damian. Kau kirim saja undangan pernikahanmu ke rumah!"

Kaisar segera berjalan cepat menerobos orang-orang yang asyik bergoyang, tak menghiraukan tatapan jengkel orang-orang yang tak sengaja ia senggol.

Pria itu segera meninggalkan bar dengan kecepatan tinggi, ia telah menghubungi kedua asistennya untuk mencari keberadaan Leana.

Hingga ia melihat seorang gadis yang terduduk di depan halte bus dekat rumahnya, gadis itu tampak kedinginan. Beberapa kaki bus melintas dan gadis itu sama sekali tak naik, artinya gadis itu memang tak memiliki tujuan.

Dengan kasar, pria itu menarik lengan kecilnya membuat gadis itu terkejut.

"Kau!"

"Sudah ku katakan, dengarkan perkataanku!"

Kaisar menyeretnya ke dalam mobil, membanting pintu mobilnya dengan kuat membuat suara yang terdengar keras. Ia berputar dan segera masuk ke belakang kemudi.

"Kau ini kenapa?"

"Kau yang kenapa, apa kau tidak tahu bagaimana London di malam hari?"

Kaisar benar-benar marah, wajahnya memerah hingga ke lehernya. Urat wajahnya terlihat menonjol. Ia mencengkram roda stirnya dengan kuat, melampiaskan kemarahannya pada gadis yang akhir-akhir itu membuatnya jengkel.

Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi, menembus kota London dengan gemerlapnya lampu-lampu dari jalanan. Leana–tentu saja gadis itu Leana. Gadis itu menatap Kaisar dengan kesal.

Jalanan semakin sepi, bangunan-bangunan tinggi berubah menjadi pepohonan yang rimbun. Mereka melewati jalanan hutan, menuju satu titik terang diujung.

"Aku akan memberikan hukuman untukmu, agar kau mulai mendengarkan perkataanku!"

Leana tak membalasnya, melihat jalanan gelap di depannya sudah cukup membuatnya ketakutan.

.

Villa mewah, namun terlihat menyeramkan karena berada ditengah hutan. Leana bergidik ngeri melihatnya, Kaisar menyeretnya masuk ke dalam bangunan yang tak kalah mewah dari rumahnya di kawasan elite.

Kaisar mengeluarkan kunci dari saku jas mahalnya, membuka pintu yang menjulang tinggi dihadapannya. Mendorongnya dengan kuat, hingga terdengar suara decitan yang keras.

"Masuk!"

Kaisar mendorong tubuh kecil itu masuk ke dalam, Kaisar dengan cepat menguncinya dari dalam.

Dari dalam, tak terlihat jika bangunan itu berada di tengah hutan. Lantainya terbuat dari batu pualam yang berkilauan indah, lampu-lampu gantung bak pecahan kristal membuat ruangan terang benderang.

Kaisar meninggalkan Leana di ruang depan, pria itu berjalan terus menuju tangga. Seseorang berpakaian gelap menghampirinya dan menundukkan kepalanya hormat, Kaisar kembali dari lantai dua dengan puluhan kunci yang di gabungkan menjadi satu.

"Bawa dia!"

Orang berpakaian gelap tersebut menghampiri Leana dan menyeretnya mengikuti Kaisar, mereka memasuki sebuah lorong gelap dengan tangga yang tampak berdebu.

Bau amis anyir yang khas menyeruak di dalam rongga hidung, ruangan yang Leana pijak pengap. Ternyata tak hanya seorang yang tengah mencengkeram lengan Leana saja yang berada disana, beberapa orang berpakaian yang sama gelap dengan jas bermerk.

Mereka menyapa tuannya dengan sopan, membicarakan hal sadis dan menyeramkan yang dapat ditangkap oleh telinga Leana.

Semakin ke dalam, pencahayaan semakin minim. Dalam ruangan remang-remang Leana dapat melihat bagaimana orang-orang itu menyiksa seorang yang terduduk dengan ikatan di kedua kakinya dan tangannya, suara teriakannya terdengar pilu dan mengerikan.

"Ampun tu–"

"Saya memohon–"

Perkataannya tak pernah selesai, hanya raungan menyedihkan yang dapat Leana dengar. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan pria bertubuh besar itu, ia sudah tidak kuat lagi dengan semua hal mengerikan tersebut.

"Jika kau terus berlari dariku, kau bisa berakhir sepertinya!" bisik Kaisar tepat di telinga Leana.

Napas pria itu membuat Leana semakin bergidik takut, gadis itu tiba-tiba saja merasakan kepalanya berputar dan semuanya gelap.

Kaisar menggendongnya dengan bridal style menuju ruang atas, meninggalkan para pria berpakaian gelap tersebut melanjutkan pekerjaan mereka.

.

"Arg!" Leana menggeram dalam tidurnya, gadis itu terbangun di ranjang empuknya yang kemarin. Ia masih ingat dengan yang ia lihat semalam, mungkinkah ia hanya bermimpi?

Marrie masuk ke dalam kamarnya, setelah mengetuk pintu beberapa kali. Leana hanya melihatnya sedang mempersiapkan sebuah gaun sederhana, dan mempersiapkan perlengkapan mandi untuknya.

"Nona, bisa mandi sekarang. Tuan sudah menunggu di bawah."

Leana mengikuti perkataan Marrie, lima belas menit kemudian gadis itu berjalan menuruni tangga. Ia sudah terbiasa dengan pelayan, karena dulu rumah ayahnya memiliki banyak pelayan.

Tiba di ruang makan, Kaisar tengah makan. Pria itu seakan tak terjadi apapun semalam, padahal Leana melihatnya sendiri Kaisar menembak pria itu di beberapa tempat.

"Makanlah, ibuku ingin agar kau melanjutkan pendidikanmu!"

"Aku sudah mengurus semuanya, mulai hari ini kau akan berkuliah di universitas impianmu!"

Leana menatap Kaisar tak percaya, kedua matanya mencari kebohongan meskipun tak menemukan apapun selain tatapan tajam.

Kemudian, hanya hening yang terjadi di ruang makan. Leana mulai menikmati sarapan paginya, selembar roti gandum dengan telur dan bacon.

"Uncle, semalam–"

"Kau kabur dari rumahku, dan aku menemukan kau tidak sadarkan diri di halte."

Kening Leana berkerut tak percaya, ia yakin jika apa yang ia lihat semalam begitu nyata. Apa lagi tawa mengerikan dari Kaisar, ia masih mengingat dengan jelas.

"Ada apa, kau tidak ingin kuliah? Kau ingin berdiam diri di sini?"

"Ah! Tidak, aku ingin berkuliah."