Sekitar sepuluh menit kemudian.
Cheryl kembali masuk ke dalam ruang pertemuan di mana Edwin masih duduk menunggunya.
Dia sudah menitipkan Kiara kepada para pelayannya dan datang dengan membawa sebuah peta yang dia dapat dari ruang kerja ibunya.
Seorang pelayan ikut masuk sambil membawa dua gelas minuman dingin.
Entah karena Cheryl sudah tidak lagi merasa kesal pada Edwin, atau mungkin akhirnya dia serius menganggap Edwin sebagai tamunya, sehingga kali ini dia menyuguhkannya minuman.
Setelah pelayan menaruh minuman dan keluar dari ruangan, Edwin dan Cheryl duduk berhadapan.
Edwin menerima peta yang diserahkan kepadanya, lalu membuka lebar peta tersebut di hadapan mereka.
"Terima kasih. Jadi aku akan langsung saja bertanya. Apa kamu tahu pemilik dari sebuah vila besar seukuran tiga lantai yang ada di daerah ini?"
Edwin mengarahkan telunjuknya pada sebuah area di peta.
Cheryl mengikuti pandangannya pada arah yang ditunjuk. Dia bisa mengenali bahwa itu adalah daerah yang tidak terlalu jauh dari jalan raya utama Distrik Walters.
Jika ingin menuju ke kediaman Walters, maka seseorang akan keluar dari jalan raya utama Distrik Walters dan berbelok ke jalan yang menuju area perkebunan. Dan daerah yang dimaksud oleh Edwin ada di sekitar jalan itu yang hanya berjarak kurang dari satu kilometer dari jalan raya utama Distrik Walters.
Tapi Cheryl hanya mengenali daerah itu dan tidak tahu vila yang dimaksud olehnya.
Dia berusaha mengingat karena ada kemungkinan kalau dia melupakannya. Tapi setelah beberapa saat berpikir, dia tetap tidak menemukan jawabannya.
"Maaf Kak Ed. Aku mengenali daerah itu tapi aku tidak tahu tentang vila yang kakak sebutkan. Tapi aku akan langsung menanyakannya kepada Ibuku setelah dia pulang nanti."
Setelah dengan percaya diri bisa membantu orang yang dianggapnya sebagai kakaknya, namun pada akhirnya dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Cheryl menampilkan wajah bersalah yang tingkat kesuramannya sama dengan wajah laki-laki di depannya.
"Tidak masalah. Dengan melakukan itu saja kau sudah cukup membantu. Tapi bukan hanya itu tujuanku datang ke sini. Aku ingin meminta bantuan dari Keluarga Walters. Kalian bisa menganggap kalau ini adalah permintaan resmi dariku yang merupakan bagian dari Keluarga Albern."
Setelah anak remaja dengan wajah suram itu menyelesaikan kata-katanya, Cheryl yang mengerti arti kata-kata itu langsung memfokuskan pikirannya sepenuhnya pada percakapan mereka.
Setelah laki-laki itu membawa nama keluarganya, Cheryl tidak bisa lagi dengan setengah-setengah menanggapinya.
Cheryl memilih diam dan mendengarkan, jadi Edwin melanjutkan kata-katanya.
"Mungkin permintaanku sedikit keterlaluan, tapi aku lebih suka meminta izin terlebih dahulu kepada Keluarga Walters yang memegang area itu. Aku ingin melakukan beberapa pekerjaan di area sekitar vila itu. Karena ada kemungkinan bahwa pekerjaan itu akan membawa beberapa bahaya kepada penduduk setempat, jadi aku minta bantuan untuk mengosongkan area itu. Kira-kira sekitar seukuran ini."
Edwin membuat lingkaran di peta dengan jarinya untuk menunjukkan area yang dia maksud dengan lebih jelas kepada Cheryl. Area dalam lingkaran memiliki radius sekitar dua ratus meter yang berpusat pada satu titik yaitu vila yang disebutkan sebelumnya.
Cheryl mempertimbangkan permintaan Edwin dengan ekspresi kontemplatif. Di belakang pikirannya sedang mengesampingkan beberapa pilihan sehingga membatasi jumlahnya. Menyadari bahwa pilihan terbaiknya pada situasi itu hanya satu, dia akhirnya membuka mulutnya dan memberikan jawaban.
"Aku mengerti tentang permintaanmu, Kak Ed. Aku tidak bisa langsung memberikan jawabannya sekarang, tapi aku akan pastikan Ibuku sebagai Kepala Keluarga Walters untuk mendengarkan setiap kata-kata tersebut. Setelah Ibuku memberikan keputusannya, aku akan langsung menyampaikannya kepadamu."
Sudah sewajarnya jika Cheryl menanggapinya seperti itu.
Ibunya adalah orang yang memiliki otoritas untuk menerima atau menolak permintaan tersebut. Meskipun dia adalah Putri dari salah satu Great Noble yang mengatur Distrik Walters, tapi dia tidak memiliki hak yang sama dengan ibunya dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan Distrik Walters.
Jadi satu-satunya pilihannya yang tersisa adalah menyampaikan permintaan itu kepada ibunya.
"Itu tidak masalah. Terima kasih dan tolong sampaikan permintaan itu kepada Emily."
"Ya, kau bisa menyerahkannya padaku."
Edwin melipat kembali peta itu dan menyerahkannya pada Cheryl.
Kemudian dia mengambil gelas di depannya dan menikmati minumannya. Ada perasaan lega yang tidak terlukiskan mendesir di hatinya dan dia dapat merasakan tubuhnya terhidrasi dengan baik.
Cheryl menatap pemandangan orang di depannya yang sedang menikmati minuman, dia merasa bahwa dirinya mungkin sudah keterlaluan karena baru menyediakan minuman itu beberapa saat lalu.
"Hanya itu saja yang perlu aku katakan. Jadi aku akan langsung pulang setelah ini."
"Eh, kau sudah mau pulang, kak!? Bukankah itu terlalu cepat?"
Cheryl terlihat kecewa karena mereka baru saja bertemu dan belum ada satu jam berlalu sejak dia berbicara dengan kakaknya.
Edwin tersenyum masam merasa tidak berdaya tapi dia terpaksa melakukannya demi kebaikannya sendiri. Ya, demi kebaikannya sendiri.
"Aku perlu melakukan beberapa hal penting setelah ini."
"Aku tidak percaya denganmu. Paling kau cuma akan tidur di kamarmu tanpa melakukan apa-apa."
Cheryl menyipitkan matanya dan memandangnya dengan curiga.
"Ugh, kenapa kau bisa tahu!? Sebegitu cintanyakah kau pada kakakmu sampai bisa meramal masa depannya!?"
Edwin tersentak mundur, dia terkejut bahwa rencana liciknya dapat ditebak. Dan dengan percaya diri mengatakan kata-kata yang sama sekali tidak cocok dengan wajah suramnya.
"Jangan berkata seperti aku adalah adik yang memiliki kompleksitas! Dan aku juga tidak ingin memiliki kekuatan menjijikkan semacam itu."
Cheryl berbicara dengan nada tajam dan dengan tegas menolaknya. Dia benar-benar memasang wajah yang terlihat jijik.
"Tidak-tidak, kenapa kau begitu jahat Cheryl!! Kau telah diberikan anugerah untuk melihat masa depanku, seharusnya kau senang."
Berhadapan dengan perspektif Cheryl, dia mengemukakan keberatannya seolah meminta belas kasihan dengan menyedihkan.
"Apa yang kau maksud itu kutukan, Kak Ed!?"
Cheryl memiringkan kepalanya dengan imut seperti yang pernah dia tunjukkan saat menyambut Edwin.
Edwin merasa tindakan pura-pura Cheryl adalah kebenaran yang kejam baginya sehingga dia menampilkan wajah yang pahit.
"Kgh, sialan kau Cheryl! Kenapa hanya pada saat seperti ini saja kau bertingkah seperti adik yang manis."
"Eh, apakah kau terlalu idiot sampai baru menyadari kalau aku punya bakat untuk jadi gadis cantik!?"
Cheryl dengan bangga membusungkan dadanya sambil memandang rendah Edwin.
"Gadis cantik tidak pernah mengatakan sendiri bahwa dirinya cantik. Dan tolong jangan memaksakan dada datarmu untuk terlihat. Dengan ukuran itu aku yakin kalau kau selalu diminta oleh teman sekelasmu untuk memerankan karakter pangeran saat festival sekolah."
Cheryl yang beberapa detik lalu merasa bahwa dirinya berada di posisi paling atas, mendadak dijatuhkan.
Cheryl menunduk dengan ekspresi yang hilang dari wajahnya sebelum dia menatap tajam sebagai respons dari ejekan kakaknya. Sepertinya serangan itu efektif karena membuatnya benar-benar kesal. Bibirnya melengkung secara tidak teratur akibat menahan emosinya.
(Sepertinya aku sudah berlebihan ....)
Edwin merasa bersalah. Dia barusan hanya mengarangnya, tapi sepertinya itu adalah kisah nyata yang dialami adiknya. Dia berusaha meminta maaf, namun kemudian−
"Ugh, aku ingin membantahnya, tapi sialan kau benar!!"
Berkat itu dia bisa mengingat kembali saat-saat persiapan festival sekolahnya.
Cheryl masih berada di jenjang sekolah menengah pertama, dan dia didaftarkan ke sekolah khusus perempuan.
Entah karena alasan apa, setiap tahun saat acara festival sekolah, kelasnya selalu mengadakan pertunjukan teater dan secara pasti dia adalah orang yang selalu ditunjuk untuk memerankan karakter pangeran.
Edwin menatap Cheryl yang matanya berkaca-kaca dengan tidak berdaya. Karena merasa kasihan dia mencoba menghiburnya.
"Te-tenanglah Cheryl. Benar juga, tahun depan kau akan masuk ke sekolah menengah, jadi tubuhmu masih bisa berkembang sampai saat itu ... mungkin ...."
Ada jeda singkat saat dia mengatakannya karena sesaat dia melihat tubuh Cheryl, tapi setelah dia melakukannya keyakinannya malah menjadi goyah.
Sudah pasti Cheryl semakin kesal. Setitik air mata bisa terlihat di sudut matanya.
Edwin berpikir dengan keras. Jika dia tidak mengatakan apa-apa lagi dia pasti akan dilahap oleh aura intimidasi Cheryl.
"Te-tenanglah!! K-kau tidak perlu khawatir Cheryl. Ah, uh .... A-aku ingat kalau di sekolah menengah, sistem penilaian tugas sekolahmu akan menggunakan huruf, kau mengerti maksudku kan!? Walaupun tubuhmu tidak berkembang lagi, tapi jika mengikuti sistem penilaian akademi maka ukuran dadamu tetap akan mendapatkan nilai terbaik."
Di jenjang sekolah menengah, sistem penilaian hasil belajar akan berganti dari penomoran menjadi huruf, dan nilai terbaik adalah A.
Jadi karena panik, dia ingin menjelaskan persamaan nilai itu dengan ukuran dada adiknya. Tapi sepertinya itu akan jadi kata-kata terakhirnya.
Cheryl langsung menerjang ke arahnya dan melayangkan tendangan yang mengenai tepat di kepalanya.
"Kau sungguh kakak yang terburuk!!"
Saat berbicara dengan Cheryl, Edwin seakan menjadi orang yang berbeda. Laki-laki berwajah suram itu tampak memiliki banyak energi dan tidak terlihat enggan untuk berbicara dengannya.
Cheryl kehilangan ayahnya sejak dia masih berada di sekolah dasar, yang membuatnya sempat tertekan karena kejadian itu.
Pada saat itu, Edwin yang merasa sedikit memahami perasaannya mencoba berbicara dengannya. Awalnya tidak berjalan dengan baik, tapi lama-kelamaan Cheryl mau menanggapi kata-kata Edwin.
Kemudian hubungan mereka berkembang sampai mereka berdua sepakat untuk jadi saudara walaupun mereka sama sekali tidak memiliki hubungan darah.
Edwin dan Cheryl tidak tahu bagaimana seorang kakak dan adik pada umumnya berinteraksi. Meski begitu, mereka menyadari bahwa mereka lebih nyaman melakukannya dengan cara mereka sendiri, seperti yang sedang mereka lakukan saat ini.
Dan mungkin kepribadian Edwin yang berbeda saat bersama Cheryl adalah hasil dari hubungan mereka, di mana dia mencoba bertindak sebagai seorang kakak.
Mereka terus berbicara, atau mungkin berdebat, selama tiga puluh menit sebelum akhirnya Edwin berpamitan untuk pulang.
Edwin sudah kehabisan napas karena meladeni Cheryl. Lagi pula mereka tidak mungkin membiarkan Kiara, Luke serta bawahannya menunggu lebih lama lagi.
Jadi keduanya memutuskan untuk mengakhiri reuni kecil mereka.
***
"Kalau begitu, sampai nanti Cheryl," kata Edwin dari kursi belakang mobil dengan jendela yang terbuka.
"Ya, hati-hati, Kak Ed. Setelah ibuku menyampaikan keputusannya, aku akan langsung datang ke apartemenmu. Pastikan kalau kau ada di sana pada saat itu!"
Cheryl menekan kata-katanya seolah sedang mengancam.
Edwin tersenyum masam menatapnya. Setelah mengetahui reaksinya hari ini dia tidak berniat untuk menghindari Cheryl lagi jika nanti dia mengunjunginya. "Baiklah. Tapi, tolong kabari aku dulu sebelum kau datang."
Mereka mengakhiri percakapannya pada titik itu.
Edwin mengangguk ke arah Luke yang mengalihkan pandangan kepadanya dari kursi depan sebagai tanda kalau tidak ada masalah untuk segera pergi.
Beberapa detik kemudian tiga mobil berjalan menjauh dari kediaman Walters.
Cheryl melihat ketiga mobil perlahan-lahan menghilang dari pandangannya. Kemudian dia menoleh pada Kiara yang ada di sampingnya.
Sejak awal dia menahan diri untuk mengira kalau Kiara bersikap aneh.
Mungkin orang-orang yang baru saja datang ke kediamannya tidak sadar atau mungkin tidak tahu, bahwa sebenarnya Kiara adalah sosok yang terkenal di Wilayah Torch. Sebagai ikon Distrik Wimsey, ketenarannya tidak bisa diabaikan.
Tapi dalam hal itu dia mengesampingkan kakaknya yang mungkin tidak akan peduli meskipun dia menyadarinya.
Cheryl mengernyitkan keningnya dengan penasaran saat memandang Kiara yang terpaku menatap mobil di kejauhan.
Tindakan gugup dan takut Kiara adalah sesuatu yang tidak normal. Tidak mungkin seseorang sepertinya yang terbiasa dengan percaya diri tampil di depan banyak orang akan merasa takut dan gugup karena berhadapan dengan kakaknya.
Cheryl mempertimbangkan kemungkinan kalau Kiara mengenal kakaknya.
Tapi dia segera merasa bahwa itu tidak mungkin. Setelah mempertimbangkan kembali, kemungkinan yang paling masuk akal dipikirkannya adalah wajah mengerikan kakaknya mungkin penyebab dari keanehan Kiara.
Jadi Cheryl memutuskan bahwa jika dia bertemu lagi dengan kakaknya maka dia akan mengajari orang itu untuk setidaknya bisa membuat wajah yang tidak terlihat menyeramkan. Dia juga bermaksud mengajarinya agar dia bisa membuat senyum yang memberi kesan sedikit lebih ramah.
Setelah mobil tidak lagi terlihat, Cheryl mengajak Kiara untuk kembali masuk ke dalam bungalo.
***