Di dalam kediaman, seorang penjaga berlari ke arah bungalo yang jaraknya berada lima puluh meter dari gerbang kediaman.
Setelah tiba di pintu masuk bungalo, dia langsung menerobos ke dalam sampai ke ruang tamu di mana pemilik kediaman berada.
Seorang pelayan di bagian depan ruang tamu menghentikannya, tapi setelah dijelaskan keadaannya, pelayan itu mempersilakan dia lewat.
Dua orang gadis, salah satunya seusia anak sekolah menengah dan yang lainnya seusia anak sekolah dasar sedang berbincang di ruang tamu, ditemani dua cangkir teh dan beberapa manisan yang tersusun di atas meja.
Mereka berbicara dengan riang, tapi mereka terpaksa menghentikan percakapannya setelah melihat seorang penjaga mendatangi mereka.
"Putri Cheryl dan Putri Kiara, maaf jika saya mengganggu waktu Anda. Saya diminta melapor bahwa beberapa orang mendatangi kediaman dan mereka sekarang sedang menunggu di dekat gerbang. Mereka meminta saya menyampaikan pesan bahwa seseorang yang disebutkan sebagai Tuan Edwin datang berkunjung."
"Eh!? Lalu di mana dia sekarang?"
Cheryl terkejut setelah mendengar penjelasan penjaga itu. Melihat reaksinya bisa dipahami kalau alasannya terkejut tidak lain karena nama yang disebutkan.
"Mereka masih menunggu di depan gerbang, Putri."
"Cepat kamu beritahu penjaga lain untuk mempersilakan mereka masuk sebagai tamu!! Aku juga akan datang ke sana."
"B-baik."
Penjaga itu langsung bergegas keluar dari ruang tamu setelah menerima perintah itu.
"Ada apa, Kak Cheryl?"
Kiara, gadis sekolah dasar memperhatikan kalau Cheryl terlihat kebingungan.
"Ah, tidak apa-apa Kiara. Maukah kamu ikut bersamaku ... sepertinya aku punya tamu, tapi aku juga tidak bisa meninggalkanmu begitu saja."
"Ya, tidak masalah. Tapi apa baik-baik saja jika aku ikut menemui tamu itu?"
Kiara bisa tahu dari reaksi Cheryl bahwa seseorang yang dianggapnya penting datang berkunjung, dan mungkin juga alasannya datang adalah untuk membicarakan sesuatu yang penting. Jadi dia mengonfirmasi apakah tidak masalah jika dia ikut hadir di sana.
"Untuk sementara mungkin tidak masalah."
***
Edwin berjalan melewati gerbang masuk ke kediaman Walters.
Beberapa saat lalu seorang penjaga menghampirinya untuk meminta maaf karena membuatnya menunggu dan mempersilakan Edwin serta pengawalnya untuk masuk.
Beberapa penjaga terlihat berbaris di sekitar gerbang dan kediaman. Berbeda dari sikap mereka di awal, mereka telah melonggarkan kewaspadaannya.
Edwin menilai bahwa itu adalah sikap terorganisir yang baik dari penjaga kediaman bangsawan apalagi setingkat Keluarga Walters.
"Ben, Nick!! Lihatlah itu! Begitulah caranya seorang penjaga bersikap. Belajarlah dari mereka!!"
Luke memanggil dua orang di belakangnya yang merupakan bawahannya. Sepertinya dia memiliki pendapat yang sama dengan Edwin, sehingga dia berniat mengajarkan bawahannya yang sering menyebabkan masalah untuk belajar bagaimana bersikap yang baik sebagai penjaga.
"Siap, Sir." Dua orang di belakang menjawab bersamaan.
Sudah setengah jalan untuk sampai ke bungalo, Edwin diam-diam mendengarkan para pengawalnya.
Setidaknya bawahan Luke setuju dengan penilaiannya. Meski tidak ada yang tahu apakah nanti mereka masih ingat nasihatnya hari ini atau tidak.
Ben dan Nick bisa dikatakan sebagai kehadiran yang unik untuk beberapa alasan, tapi mereka adalah orang-orang yang dinilai Luke sangat kompeten dalam menjalankan pekerjaannya. Edwin juga tidak bisa membantah dalam hal itu.
Ben dan Nick memiliki kebiasaan unik untuk bertengkar satu sama lain berdasarkan alasan yang konyol.
Belum lama ini mereka bertengkar untuk memperebutkan siapa yang memiliki hak untuk terlebih dahulu mengungkapkan perasaan mereka pada seorang wanita pemilik toko bunga di Distrik Perbelanjaan.
Karena alasan itu mereka berdua berdebat dan akhirnya berkelahi di tengah area Distrik Perbelanjaan.
Setelah itu keduanya saling bertukar pukulan sampai perkelahian mereka dipisahkan oleh Master pemilik kedai kopi. Sayangnya wajah mereka sudah setengahnya berwarna biru akibat memar pada saat itu.
Cerita tidak berakhir sampai di situ.
Besoknya mereka berdua diam-diam tanpa sepengetahuan masing-masing, mengungkapkan perasaan mereka kepada wanita pemilik toko bunga. Tapi sialnya, mereka berdua ditolak karena ternyata wanita itu sudah memiliki kekasih yang sedang menjalani hubungan jarak jauh dengannya.
Singkatnya, mereka berdua akhirnya berbaikan setelah mengetahui bahwa masing-masing dari mereka mengalami penolakan.
Kondisi mereka saat itu seperti dua tokoh dalam film yang saling berbagi nasib buruk yang sama, lalu menjadi mengerti tentang kepribadian masing-masing dan akhirnya menjadi kawan yang akrab.
Tapi kabar buruknya, kesialan mereka tidak berakhir hanya dengan penolakan dari wanita yang mereka sukai.
Luke mengetahui bahwa mereka membuat masalah di Distrik Perbelanjaan, sehingga dia memberikan hukuman kepada mereka berdua dan membuat wajah mereka sepenuhnya biru karena memar.
Edwin tidak mempermasalahkan kebodohan yang mereka lakukan selama itu tidak merugikannya. Lagi pula mereka berdua selalu bertengkar dan akhirnya berbaikan setelah beberapa hari. Dan jika mereka kembali membuat masalah, dia yakin bahwa Luke akan menyelesaikan masalah itu untuknya.
Setelah menyadari bahwa tidak ada yang perlu dia khawatirkan, Edwin membawa kembali pikirannya ke kenyataan.
Pada saat itu, pandangannya menangkap dua gadis sedang berjalan menuju ke arahnya dari dalam bungalo.
"Selamat datang di kediaman Walters kami, Tuan Edwin. Saya Cheryl Novia Walters, suatu kehormatan dapat bertemu kembali dengan Anda."
Cheryl menghentikan langkahnya tepat di hadapan tamunya dan menyambut mereka sebagai pemilik kediaman dengan senyuman yang ramah.
Kiara ikut berhenti dan memosisikan dirinya di samping Cheryl.
"Selamat datang juga Sir Luke dan Tuan-tuan sekalian. Maafkan kecerobohan para penjaga kediaman kami karena tidak dapat mengenali tamu penting dari Ibu saya."
Luke dan yang lainnya cukup terkesan dengan pembawaan Cheryl yang memberikan sambutan selamat datang dengan fasih. Tapi berbeda dengan Edwin.
"Pfft ...."
Dia tampak menahan dirinya untuk tertawa. Hal itu membuat Cheryl memiringkan kepalanya dengan imut.
"Apakah ada yang salah Tuan?"
"Ti-tidak ada."
Sangat jarang Edwin bereaksi seperti itu sehingga orang lain mengamatinya dengan pandangan bertanya-tanya.
"Kalau begitu izinkan saya mengantar Anda ke dalam rumah saya."
"Luke, kau dan yang lainnya bisa menunggu di luar. Aku hanya perlu berbicara sebentar."
"Baik, Tuan."
"Um, maaf jika saya ikut dalam pembicaraan Anda. Tapi saya bisa menyediakan ruang tamu untuk digunakan oleh Tuan-tuan sekalian. Sementara saya dan Tuan Edwin bisa berbicara di ruang pertemuan. Saya menilai bahwa lebih baik untuk berbicara di ruang yang lebih pribadi. Lagi pula, saya akan mendengarkan ceramah yang panjang dari Ibu saya jika saya membiarkan tamunya berdiri dan menunggu di luar."
Cheryl menilai itu waktu yang tepat untuk mengusulkan ide tersebut. Jika tidak, dia akan mendengarkan kemarahan ibunya yang akan mengajarkannya tentang tata krama menjamu tamu dan itu dapat berlangsung berjam-jam.
Edwin tidak punya alasan untuk menolak tawaran Cheryl. Jadi mereka semua masuk ke dalam bungalo dengan pengaturan seperti itu.
***