Chereads / Penculik yang memikat / Chapter 4 - HAMPIR TERBUNUH

Chapter 4 - HAMPIR TERBUNUH

Ansel memantulkan tubuhnya pada sebuah cermin besar yang berada di dalam kamarnya. Rasanya ingin sekali  Ansel merobek kaos pemberian Rawnie. Dia pikir dirinya ini pria seperti apa? Sampai-sampai diberikan sebuah kaos hitam ketat yang membuat lekukan lengannya terlihat seketika.

"Wanita gila! Bisa-bisanya dia membelikan ku pakaian seperti ini."

"Kenapa? Bukankah pakaian itu nyaman ditubuhmu?"

Entah sejak kapan wanita itu sudah memasuki kamarnya. Ansel dibuat terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba.

"Nyaman kau bilang? Dengar yah, lebih baik aku memakai pakaian kotorku daripada memakai kaos ketat ini!" jelasnya tegas.

Bagi Ansel pakaian yang sudah terkotori oleh bercak noda coklat itu lebih baik dari baju yang ia kenakan sekarang. Dia tidak mempedulikan harga, seperti apa yang Rawnie katakan padanya saat itu. Kenyamanan adalah nomor satu baginya.

"Aku tidak peduli apa alasanmu, yang jelas kau harus tetap memakai pakaian itu!" tegasnya.

Ansel tersenyum menyeringai. Pria itu berjalan mendekati Rawnie dengan tatapan tajamnya. Wajahnya seketika membuat bulu kuduk Rawnie berdiri. Seketika ia berubah menjadi seorang pria yang menyeramkan.

"Jangan main-main denganku!" Rawnie melangkahkan kakinya ke belakang.

"Kenapa? Kau takut?" Sepertinya Ansel akan memanfaatkan momen ini. Tiba-tiba saja otaknya berfikir cepat agar bisa keluar dari jeratannya.

"Sekarang tanganku tidak terikat, aku bisa saja melenyapkan dirimu dengan cepat." Ansel mendorong tubuh Rawnie hingga menempel dinding.

Cemas jelas Rawnie rasakan, dia merutuki kebodohannya karena melupakan satu hal bahwa Ansel tidak lagi diikat tangannya. "Kau pikir aku takut? Jangan mimpi Ansel, aku bukan wanita yang lemah."

Ansel mengunci tubuh wanita itu sehingga sulit baginya untuk mendorong pria itu.

"Sekarang mungkin kau bukan wanita yang lemah. Tapi saat aku berhasil mencekak lehermu tidak ada kata lain  bahwa kau adalah wanita yang lemah, bitch!"

Ansel benar-benar memanfaatkan kondisi ini. Dia langsung mencekak leher wanita itu dengan kedua tangannya membuat Rawnie merasakan sesak seketika. Nafasnya naik turun tak beraturan.

"Bagaimana? Sakit? Ini tidak seberapa wanita manis." Ansel menambahkan tenaganya untuk mencekak Rawnie. Akal sehatnya seperti sudah hilang kala itu.

Rawnie tidak bisa melakukan apa-apa. Wajahnya sudah pucat pasi menahan nafasnya yang tersedat.

"Brengsek!" Dua anak buahnya seketika menjadi penolong dirinya.

Dengan cepat mereka mengawasi Ansel dan mengunci pria itu kembali. "Anjing! Apa yang kalian lakukan! Lepas!"

Amarah Rawnie seketika memuncak ketika dirinya sudah bisa bernafas lega seperti biasanya. Dia mendekati Ansel yang sedang diamankan oleh kedua anak buahnya.

Tanpa segan-segan Rawnie menampar keras pria itu. "Kurang ajar! Aku sudah pernah bilang jangan membantahku! Sekarang terima akibatnya!"

Setelah itu Rawnie langsung keluar dari dalam kamar. Dia tidak tahu bagaimana nasibnya jika kedua anak buahnya tidak datang diwaktu yang tepat. Mungkin saja Rawnie sudah terbunuh saat itu juga. Setelah ini dia harus lebih berhati-hati dengan Ansel.

***

"Rawnie apa yang terjadi dengan dirimu?" Seorang wanita dengan panik menghampiri Rawnie yang sedang terduduk di meja makan sembari memegang gelas. Wajahnya tampak pucat pasi.

"Ini semua karena perbuatan pria brengsek itu."

"Maksudmu, pria baru yang akan kau jadikan sebagai pelacur?" tanyanya. Dia belum sempat melihat pria itu sebab saat mereka sampai dia sedang di luar mansion.

"Iya."

"Apa yang dia lakukan padamu? Apa ada yang terluka? Coba katakan padaku biar aku yang mengobatinya." Dia benar-benar terlihat khawatir akan kondisi Rawnie sekarang.

"Tidak apa-apa, Harsya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku."

Harsya merupakan salah satu pelayan di mansion Rawnie. Jarak umur antara keduanya tidak jauh berbeda, selisih dua tahun saja.

Singkat cerita, dahulu Harsya pernah berada dititik terendah dalam hidupnya. Dia menjalani pernikahan dini dimana hal itu adalah sebuah paksaan dari kedua orangtuanya. Pernikahan tanpa adanya rasa cinta jelas tidak mungkin membawa keharmonisan. Sampai pada suatu hari, Harsya pernah diperlakukan begitu buruk oleh suaminya. Hal itu sudah melampaui batas, dirinya dibuat seperti bukan manusia melainkan seorang hewan. Diberi makanan sisaan sampai mendapatkan amukan beberapa kali dan kejamnya setelah itu Harsya dibiarkan terbaring lemas semalaman di dalam kamar mandi. Akhirnya Harsya memilih untuk kabur dari pria itu, namun sayangnya saat kembali kerumahnya kedua orangtua angkatnya tidak mau menerima dirinya lagi, Harsya di usir begitu saja.

Bertahan hidup di jalanan tidak semudah itu untuk dibayangkan. Harsya sempat pingsan karena tiga hari tidak makan dan minum sekalipun. Disitulah takdir membawa dirinya untuk bertemu Rawnie hingga sampai akhirnya Rawnie mau menampung dirinya sebagai pelayan. Tapi sebenarnya Rawnie sudah menganggap dirinya layaknya seorang kakak perempuan.

***

"Aku harap kau tidak melakukan kesalahan yang sama lagi seperti sekarang. Dengar yah, aku tidak main-main dengan ini semua. Jangan sampai kau melukai klien ku seperti apa yang kau lakukan padaku tadi!" Peringat Rawnie sebelum membawa masuk Ansel ke dalam mobil.

Ansel mengunci mulutnya. Dia enggan untuk menjawab ucapan wanita itu. Rasa benci pada dirinya semakin tertanam ketika dirinya gagal membunuh wanita itu. Ansel tidak tahu harus melakukan hal apa lagi setelah ini.

"Kau dengarkan! Jawab pertanyaan ku tadi!" sungutnya karena tidak kunjung mendapatkan jawaban.

"Iya!" balas Ansel tak kalah kerasnya.

Hembusan nafas kasar terdengar di telinga Rawnie. Dia tahu jika pria itu sangat marah padanya. Setelah ini Rawnie segera menyuruh kedua anak buahnya untuk memasukkan Ansel ke dalam mobil. Ansel menurut saja, membiarkan dirinya diseret masuk ke dalam mobil.

Masih dalam keadaan terikat ke belakang. Ansel menatap kearah luar jendela, melihat jalanan sembari meratapi nasibnya sekarang. Apakah dia akan terus menjalani hidupnya seperti ini atau justru dia tidak memiliki kehidupan yang lebih panjang nantinya.

Ansel ingin marah, ingin mengamuk bahkan ingin menangis sejadi-jadinya. Tapi apa kabar dengan gengsinya, hal itu tentu akan sangat memalukan jika Rawnie sampai melihatnya.

"Apa kau sudah memberitahu kepada para bar tender bahwa aku akan membawa pelacur baru hari ini?"

"Sudah, mereka juga telah mengumumkan berita baru juga kepada para pengunjung bar."

Tunggu? Pelacur. Astaga, apakah ini bukanlah sebuah mimpi. Ansel tidak mau menjadi pelacur pria. Dia merasa dirinya tidak lagi terhormat jika memang nantinya dia harus menjadi seorang pelacur. Meskipun sebenarnya dia sering bermain dengan wanita tapi bukan berarti Ansel mau menyerahkan tubuhnya untuk orang lain. Dirinya sama saja murahan jika dinilai orang lain.

"Berikan aku pekerjaan lain, tolong jangan jadikan aku seorang pelacur." Mohon Ansel, tuturannya terdengar begitu tulus. Mungkin dia sudah pasrah dengan jalan hidupnya, karena jika terus melawan maka Rawnie akan semakin menyakiti dirinya.

"Sudah pernah aku katakan bahwa tubuhmu adalah sumber uangku. Mau bagaimana pun kau memintaku untuk tidak melakukan hal itu padamu, tetap saja percuma. Sudah nikmati saja jalannya." Rawnie tersenyum bahagia atas kemenangannya.