"ORA!"
BUG! BUG!
"ITAI, BAKA YAROU¹!"
"KUSSO!"
Sebuah sekolah khusus perempuan tengah dilanda kericuhan. Seorang gadis berambut cokelat kemerahan menghajar seorang gadis lain hingga babak belur. Kedua kepalan tangannya mengenai wajah gadis itu dengan keras dan tanpa rasa iba. Karen menghajar Yuzuna tanpa ampun dan tanpa memberikan waktu kepada Yuzuna untuk mengatur nafasnya. Yuzuna terlihat kewalahan dan pasrah saat wajah cantiknya hampir rusak terkena pukulan Karen. Karen pun tertawa dengan jahat, menertawakan kelemahan gadis yang kini tengah ia hajar itu. Semua siswi bahkan para guru hanya memperhatikan kejadian tersebut dan tak ada yang berani memisahkan mereka atau bahkan sekedar menegur. Yuzuna pingsan dalam sekejap, wajahnya yang membiru dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya dan kepalanya membuat gadis itu tak mampu menahan kesadaran yang ia miliki. Karen benar-benar berniat membunuh Yuzuna.
Setelah selesai, gadis itu bangkit lalu berdiri dengan tegak. Memperlihatkan kemenangan yang begitu ia tunjukkan kepada semua orang. Dadanya naik turun akibat meluapkan segala kekesalannya.
"Sugoi!² Kau menang, Karen," puji Anna, sang sahabat kepada Karen. Karen mengangguk dengan angkuh.
"Tentu saja. Sebagai Leader dari Geng Cruel Soul aku tidak dapat dikalahkan oleh siapapun," jawabnya sambil berlalu meninggalkan kerumunan dan Yuzuna yang hampir mati itu. Karen begitu puas atas apa yang sudah ia capai. Kemenangan telak yang sudah tidak diragukan lagi membuatnya menjadi sombong. Walaupun begitu, ia adalah gadis yang paling ditakuti seantero sekolah ini.
"Ya ya. Kau memang terbaik, tapi apakah kau bisa melawan Big Leader kita?" tanya Anna mencoba memancing sang leader. Karen mendesis kecil.
"Fuzakenna!³ Mana mungkin gadis sekuat aku akan kalah melawan para pecundang itu." Karen menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Mereka hanya para lelaki lemah yang bisanya merengek," lanjutnya. Anna yang mendengar itu tertawa kecil lalu mengangguk menyetujui.
"Kau benar!"
Kini mereka masuk ke dalam sebuah ruangan khusus milik mereka yang terletak tak jauh dari ruangan kelas yang mereka masuki sebelumnya. Di dalam ruangan itu ada sebuah sofa panjang berwarna dark gray dengan motif burung Phoenix yang terletak dekat dengan jendela. Digunakan sebagai tempat santai sang leader. Di sisi benda itu, sebuah meja berisi komputer serta peralatan untuk mengorek informasi ada di sana. Di hadapan sofa panjang, terdapat televisi besar dengan sound system berwarna hitam dan merah yang terpasang di samping televisi. Di bawahnya ada beberapa mikrophone. Sepertinya benda-benda itu mereka gunakan untuk berkaraoke di ruangan ini. Ruangan yang bagi mereka adalah tempat ternyaman atau bisa dikatakan markas mereka.
Karen terlihat kelelahan dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa.
"Grudge Cluster? Kau bilang mereka lemah?" tanya Harumi yang sedari tadi sudah ada di ruangan itu. Karen dan Anna cukup terkejut saat melihat ternyata ada Harumi yang tengah berbaring santai di atas sofa lain. Mereka tak menyadari keberadaan Harumi sejak awal masuk ruangan ini.
"Jangan membuatku terkejut, Anak bodoh!" kesal Karen membuat Harumi terkekeh pelan sambil menangkupkan kedua telapak tangannya, bermaksud meminta maaf.
"Seperti yang aku bilang, mereka hanya para lelaki bodoh yang bisanya merengek, membuat kacau kota dan merasa paling berkuasa. Jika mereka melawan Akkan Zoku, aku yakin merekalah yang akan kalah," jawab Karen menyahut pertanyaan Harumi dengan tajam. Ekspresinya menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan orang yang ia bicarakan saat ini.
"Tapi jika dibandingkan dengan kekuatan pukulan, aku yakin Grudge Cluster yang akan menang," balas Harumi. Karen menatap tajam gadis itu.
"Kau kira Akkan Zoku tidak bisa melawan mereka dengan pukulan? Hei! Jumlah mereka bahkan tak sebanding dengan Akkan Zoku. Orang-orang itu pasti akan terkapar di tanah dengan darah yang mengucur. Ah! Aku sangat ingin melihat pemandangan itu," ucap Karen sambil menyentuh sudut bibirnya dengan ibu jari. Menandakan bahwa ia sangat antusias jika imajinasinya terwujud.
"Bagaimana dengan Coast Town atau ... Akutou Koukou? Apa mereka akan kalah juga jika melawan Akkan Zoku?" tanya Anna kembali memancing gadis itu. Karen tersadar dari dunia imajinasinya dan menoleh. Lalu ia tertawa kecil.
"Ku bilang, mereka sama saja seperti para lelaki pecundang itu. Tak ada yang lebih hebat dari Yakuza seperti ayahku." Karen mulai membanggakan dirinya. Ya, seperti yang Karen katakan bahwa ia adalah putri dari Takahiro, si Bos Akkan Zoku, Yakuza terkenal se-Jepang itu. Karen memiliki kekuasaan penuh di sekolah ini, maka dari itu tak ada satupun orang yang berani menentangnya karena ia adalah putri dari seorang Yakuza. Semua orang tahu bagaimana risikonya berurusan dengan bos kriminal itu.
"Ayahku memiliki kekuasaan besar di kota ini, polisi saja tunduk padanya. Jadi, jangan harap para pecundang itu akan menang." Harumi dan Anna hanya mengangguki saja apa yang dikatakan sang leader. Mereka lebih memilih diam daripada membantah ataupun mengomentari kesombongan gadis itu. Bukannya tak bisa, hanya saja kini yang menjadi kendali sekolah adalah si leader itu sendiri. Jika saja Anna dan Harumi berlaku kurang ajar, maka siap-siap saja wajah dan tubuh mereka yang akan menjadi incaran Karen.
"Ck! Tsumannai⁴ Apa tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada membicarakan orang lain? Sungguh, aku merasa sangat bosan. Anna, carikan aku Kairai. Kau tahu kan jika aku merasa bosan kau harus apa? Jadi, lakukanlah!" perintah Karen seenaknya. Anna yang mendengar perintah tersebut hanya melirik Karen dengan malas lalu beranjak dari kelas. Mencari 'Kairai' yang disebutkan sang leader. Kairai yang dimaksud Karen adalah seorang gadis yang harus dikorbankan menjadi mainan atau bahan pukulan Karen. Jika Anna tak menuruti perintahnya, maka Anna lah yang akan menjadi Kairai. Karena tak mau menjadi bahan kebosanan Karen, terpaksa Anna mencari gadis yang mau dihajar oleh Leader Cruel Soul itu. Tentu saja dengan imbalan yang dijanjikan Anna, entah itu berupa uang ataupun menuruti permintaan dari si gadis yang bersedia itu.
"Tadaima!" teriak seorang gadis cantik dengan jaket yang sengaja diikat di pinggang datang ke dalam kelas. Membawa beberapa bingkis Crepe berbeda rasa. Tak lama gadis lainnya masuk dengan snapback yang menutupi setengah kepalanya, ia langsung duduk di kursi. Sedangkan gadis yang membawa Crepe itu membagikan bingkisan tersebut ke semua orang yang ada di sana.
"Anna mana?" tanya Nozomi, si gadis pembawa makanan manis itu.
"Cari Kairai," jawab Karen lalu melahap Crepe rasa caramel banana yang ia rampas dari tangan Nozomi.
"Kau tahu? Pabrik Coast Town kebakaran," lapor Reina tanpa basa basi. Karen menoleh setelah mendengar laporan dari gadis bertopi itu. Matanya sedikit menyipit lalu ia tersenyum senang.
"Bagus! Dengan begitu mereka akan dihajar oleh Akkan Zoku. Hasil produksi hangus, maka uang pun hangus. Ayah akan membunuh mereka jika keuangan di perusahaan terhambat. Ahahaha ... aku yakin sekali mereka akan mati hari ini hahaha ..." Karen tertawa setelah mengatakan hal yang sangat ia yakini. Semua mata hanya tersenyum sinis mendengar tawaan Karen. Merasa sangat setuju dengan apa yang ia ucapkan.
"Bagaimana bisa bangunan itu terbakar?" tanya Harumi bingung. Reina menoleh.
"Mana aku tahu. Saat aku dan Nozomi melewati jalan dekat pabrik itu, tiba-tiba saja semua sudah terbakar. Semuanya hitam dan tak berbentuk lagi."
"Bagaimana dengan Coast Town? Apa mereka baik-baik saja?" Karen langsung menoleh dengan cepat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Harumi.
"Untuk apa kau menanyakan keadaan mereka? Mereka mati ataupun tidak bukan urusan Cruel Soul!"
"Ya, aku hanya penasaran," jawab Harumi tak mau kalah. Sang leader hanya berdesis kesal.
"Ku rasa mereka baik-baik saja. Tak ada korban jiwa satupun. Hanya saja, semua hasil produksi mereka sepertinya tak selamat bahkan semua barang-barang pun ikut hangus. Mereka mengalami kerugian besar." Nozomi menimpali pertanyaan Harumi.
"Ck! Kenapa mereka tak ikut terbakar saja? Dengan begitu geng-geng sialan di kota ini berkurang," kesal Karen sambil menggebrak meja. Rupanya ia tak puas dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu.
"Ini, aku hanya membawa si Brengsek ini." Anna tiba-tiba saja datang dari luar sambil menyeret seorang gadis berwajah lebam. Anna mendorong gadis itu di hadapan Karen. Ia terlihat kelelahan setelah melakukan pemberontakan terhadap semua kelas dan hanya gadis itulah yang kini berhasil ia bawa.
"Hanya dia?" tanya Karen dengan nada meremehkan. Anna mengangguk dan duduk di samping Harumi.
"Ya. Kau mau apa lagi? Meminta satu lagi? Dua atau lebih? Carilah sendiri!" balas Anna dengan nada ketus. Karen bangkit dari duduknya lalu menghajar gadis itu sesuka hati. Membuat wajah gadis itu tambah lebam dan memerah akibat pukulan yang ia hempaskan. Tentu saja gadis itu memohon ampun, tapi namanya juga Leader Cruel Soul, tak ada kata ampun sedikitpun walaupun orang itu bersujud di kakinya. Karen akan menghajar mereka hingga hatinya sudah sangat puas.
"Nih! Ku belikan untukmu," kata Nozomi sambil memberikan sebungkus Crepe rasa chocolate strawberry kepada Anna. Dengan senang hati Anna menerimanya dan langsung melahap makanan manis itu.
Sekonyong-konyong Reina menoleh ke Karen, "Dengar-dengar, Akkan Zoku merekrut seorang Yakuza? Apa itu benar, Karen?"
"Asal kau tahu, aku tidak peduli dengan semua urusan di Akkan Zoku. Tidak penting," jawab Karen tanpa henti memukuli gadis yang kini ada di bawahnya itu. Ia terus menerus menghajar wajahnya hingga pingsan. Walaupun sudah pingsan, Karen tetap menghempaskan tinjuannya tanpa henti.
"Sudahlah! Kau bisa membunuhnya," tegur Harumi.
"Aku tak peduli!"
"Tapi, saat aku dan Nozomi melihat kebakaran itu, tak ada satupun orang dari Akkan Zoku yang membantu atau sekedar melihat mereka. Iya kan, Nozomi?" Nozomi mengangguk menyetujui ucapan Reina. Karen menghela nafas dan menyelesaikan aksi pukul memukulnya lalu duduk di sofa. Menatap Reina dengan kesal.
"Tugas Akkan Zoku bukan berteman dengan mereka, tentu saja mereka tak akan ada di sana. Mana mungkin para pria bermain dengan anak-anak muda bodoh itu. Jangan naif!" Sebagai anak dari Takahiro, bos dari Akkan Zoku, Karen tentu saja membela sang ayah dan ia pun mengetahui segalanya tentang Yakuza terkenal se-Jepang itu. Semua informasi ia ketahui dari Takahiro sendiri. Hanya saja ia seakan-akan tidak peduli dengan Yakuza itu padahal dia sendiri yang mencari tahu informasi-informasi tersebut.
"Hm! Aku jadi penasaran bagaimana ekspresi ketakutan mereka saat hidup mereka akan lenyap sebentar lagi, apalagi bersangkut paut dengan hasil produksi mereka yang sudah hangus," pancing Reina sambil melirik Karen. Ia berharap gadis itu melakukan suatu hal yang menarik. Sesuatu yang membuat Geng Coast Town semakin kesulitan.
"Ya aku pun ingin melihat ekspresi ketakutan anak-anak itu. Mana mungkin sekarang Coast Town dapat membayar Akkan Zoku. Hasil produksi mereka sudah melebur dengan tanah, lalu mereka akan membayar dengan apa? Narkoba yang sudah bercampur dengan abu? Yang benar saja!" Anna sedikit tertawa setelah mengatakan ejekannya itu. Karen yang mendengar perkataan Anna pun ikut tertawa renyah. Bahkan tawanya cukup keras.
"Kau ... aku setuju denganmu. Dan bagaimana jika kita menghancurkan Coast Town di saat-saat genting seperti ini? Ya, setidaknya kita akan membuat suprise untuk mereka," usul Karen. Nozomi, Reina, Anna dan Harumi saling tatap menatap, lalu tak lama mereka menyeringai.
"Ahaha ... sepertinya menarik. Dengan munculnya kita, Coast Town akan kewalahan," balas Reina dengan puas. Pancingan yang ia lontarkan tadi mampu membuat Karen langsung bertindak seperti yang ia inginkan.
"Kita berangkat sekarang!" perintah Leader Cruel Soul itu.
"YOSHAAA!!!"
Bersambung ...
><><><
Note :
1 : Sakit, Dasar bodoh!
2 : Hebat
3 : Jangan main-main
4 : Membosankan
Kairai : Boneka
Tadaima : Aku kembali
Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!