"Kamu mau apa untuk kopi? Ambil makan sana," perintah Mas Abi kepadaku.
"mau caramel latte mas dengan susu almond ya. Mas Abi mau makan apa? Aku ambilin," Tanyaku walau aku sebenarnya masih dongkol tetapi aku harus meladeni suamiku mengikuti teladan dari mamanya.
"apa aja asal bisa dimakan dan tidak beracun," jawab ketus Mas Abi yang membuat darahku mendidih mendengar jawabannya.
Aku bergegas ke arah buffet dan mengambil semua makanan yang tersaji di areal buffet. Aku menyendok mie goreng, sosis ayam, jamur, tomat, kentang panggang, dan telur orek ke dalam piring. Lalu ku kembali ke meja tempat Mas Abi yang telah sibuk dengan laptopnya dengan serius.
Aku meninggalkan meja dan kembali mengambil makanan untuk diriku sendiri. Aku mengunyah croisant mini dan menaruh beberapa biji pastry di piringku dengan tumis jamur dan sosis ayam. Aku tidak lupa mengambil yogurt yunani dengan rasa manga dan granola di mangkok kecil di atas piringku sebelum berjalan kembali ke meja tempat mas Abi yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Mas, ayo dimakan. Nanti keburu dingin lho makanannya," timpalku padanya yang melepas kacamatanya dan menutup laptopnya. Mas Ario dengan sigap menggambil laptop bosnya dan menaruhnya ke dalam tas kerjanya.
"ras, kamu balas dendam atau tidak mau rugi!" tanya Mas Abi setelah melihat porsi makanan di piringnya.
"Kenapa mas? Makanan tersebut bisa dimakan dan tidak beracun koq," aku mengambil sepotong kentang panggang di piringnya dan memasukkannya ke dalam mulutku sambil tersenyum culas. Memang aku akuin piring Mas abi meluber dengan jumlah makanan yang menggunung.
"besok-besok kalau mau ambil makanan itu secukupnya jangan bikin mubazir seperti ini. Kalau saya lapar kan masih bisa ngambil lagi. Sekarang makanan ini akhirnya kan bisa terbuang kalo tidak dimakan," ceramah mas Abi kepadaku yang membuatku sedikit merasa bersalah melampiaskan kejengkelanku kepada makanan yang tidak bersalah.
"maaf mas. Nanti saya bantu menghabiskan makanan itu," jawabku ketika piringku sudah hampir kosong. Mas Abi segera menukar piringnya dengan piringku dan mengambil sedikit makanan ke piringku yang hampir kosong.
'wait. Tunggu sebentar. Kenapa jadi aku yang makan segunduk makanan tersebut dan mas Abi hanya mengambil sedikit dari porsi di piringku?' pikirku dalam hati.
"Mas, kamu curang deh," aku protes sambil menggigit garpuku menyadari kecurangan dari suamiku.
"Curang apanya? Kamu yang berbuat maka kamu yang harus bertanggung jawab. Jangan melempar batu sembunyi tangan," perintah Mas Abi sambil menggunyah makanan dari atas piringku yang di ambil alih olehnya. Ternyata berurusan dengan pebisnis handal adalah hal tersulit di dalam hidup ini.
"Mas, pantas kamu bisa jadi miliuder muda ya. Pintar sekali kamu memutar balikan kondisi," timpalku padanya dongkol sambil mengambil sesendok penuh mie ke dalam mulutku.
"Hmmm. Aku sementara ini sudah tidak berada di ranking miliuder muda lagi, ras," ujar Mas Abi membenarkan perkataanku dengan suara datar.
"trus? Memang apa salahku lagi? Jangan bilang Mas Abi jadi bangkrut ketika mau menikahi aku," jawabku dengan intonasi agak marah setelah mendengarkan jawaban dari suaminya.
"bukan bangkrut sih. Tapi suamimu ini sudah masuk ke kelas triliuner muda. Tapi kalau dengan caramu yang membuang-buang makanan seperti ini, bisa-bisa aku harus bekerja 24 jam sehari non-stop untuk bisa membiayai miss high maintenance," jawabnya sambil mengigit sosis. Mas Abi menenggok ke arah jam tangannya dan bergegas memakan habis semua makanan di kedua piring kami hingga tandas. Aku dibuatnya terkejut dengan semua kecepatannya dalam menghabiskan makanan di kedua piring.
"Mas, kamu kesurupan ya?" tanyaku setelah memegang jidat kepalanya untuk memastikan.
"ayo, kita sudah harus masuk ke pesawat. Kalau nunggu kamu untuk menghabiskan maka bisa-bisa pesawatnya karatan," jawab mas abi setelah mengelap mulut berminyaknya dengan tissue.
Ternyata semua rombongan kami sudah berjalan ke arah luar lounge psawat menuju ke pintu tempat pesawat kami berada.
Aku bergegas menyeruput kopiku yang sedari tadi hanya menjadi pajangan di meja. Aku merasakan lidahku terbakar akibat minuman panas tersebut.