Setelah suasana makan malam yang hangat, Cheery dan Sania berbincang di halaman belakang rumah Cheey sembari menikmati angin malam yang segar.
"Cheery! Kalau aku boleh jujur, aku merasa Keanu mirip dengan seseorang!" Sania berspekulasi.
"Jangan katakan padaku kalau Keanu mirip dengan Ceo kantor kita!" celetuk Cheery dengan sikap tenang. Sementara Sania terperangah mendengar ucapannya.
"Kenapa kau bisa langsung menyimpulkan seperti itu, hah? Apa benar Ceo kantor kita adalah ayahnya Keanu?" Sania bertanya dengan desakan.
"Tentu saja itu tidak mungkin. Dasar, Sania yang naïf! Mana mungkin Ceo kita adalah ayahnya Keanu!" gerutu Cheery menjawab, "Walaupun aku masih belum tahu siapa ayahnya Keanu sebenarnya. Aku tidak ingin mencari tahu lagi sejak Keanu lahir. Aku tidak ingin mengulangi kesedihanku lagi," jawab Cheery memelas.
"Tapi tidak bisa kupungkiri, wajah Keanu dan Ceo kita begitu mirip. Tapi aku tidak berani berandai-andai meski berucap dalam hati sekalipun," tambahnya lagi.
"Tidak, tidak! Yang kau katakan tidak seperti apa yang kupikirkan. Tapi yang kau bilang barusan juga tidak salah!" ucap Sania menginterupsi ucapan Cheery.
"Apa maksudnya?" tanya Cheery
"Aku tidak mengatakan kalau Keanu dan Ceo sangat mirip. Mungkin saja saat kita melihat sekilas, mereka sangat mirip. Tapi itu belum cukup mirip saat aku memikirkan wajah Keanu dengan putera Ceo sebelumnya!" Sania mulai berpikir sembari
"Ceo kita sudah punya anak? Bukankah dia masih bertunangan dengan nona Mona?" Cheery mulai bingung karena apa yang dikatakan Sania belum diketahuinya sama sekali.
"Bukan itu maksudku! Aku sedang membicarakan Ceo sebelumnya, Biantara Heldana. Kakak Ceo yang sekarang dan kurasa kau belum pernah melihatnya,"
"Melihat Ceo Biantara bersama istrinya seperti melihat pasangan yang turun dari Surga saja. Seakan Tuhan berlaku tidak adil dengan menciptakan pasangan sesempurna mereka. Dan kau tahu? Anak-anak mereka juga sesempurna paras orang tuanya. Dan Keanu mirip dengan dua anak laki-laki mereka! Kau akan terkejut jika melihat mereka suatu saat nanti!"
Sania bercerita panjang lebar tentang Ceo sebelumnya. Meski hanya beberapa hal saja yang ia ketahui karena saat itu Sania baru saja bekerja di Heldana Corporations saat Biantara Heldana melimpahkan kekuasaan perusahaan Heldana pada adiknya, Trian Heldana.
Mendengar begitu banyak informasi baru yang harus diketahuinya, Cheery langsung berlari ke kamar dengan cepat dan dalam sekejap kembali mendatangi Sania yang terheran.
"Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa berlarian di malam hari seperti ini?" gerutu Sania yang heran dengan tingkah Cheery.
"Aku mengambil buku catatanku. Aku akan mencatat informasi yang baru saja kudengar darimu. Aku tidak akan melakukan kesalahan seperti tadi siang," jawab Cheery sembari menulis di buku catatannya.
"Kau tahu, Sania? Aku bahkan tidak mengenali siapa atasanku tadi siang. Aku terlalu fokus mempelajari kehidupan dan keseharian beliau di kantor saja, tanpa peduli bagaimana rupanya. Hingga ia datang dan duduk di kursinya pun, malah kumarahi! Bukankah aku sudah gila?"
"Ya, kau benar-benar gila! Bagaimana mungkin kau bisa tidak tahu wajah atasanmu sendiri? Untung saja kau tidak langsung dipecat di hari pertamamu! Dasar ceroboh sekali kau ini!" Gerutu Sania pada saudara sekaligus sahabatnya itu.
Cheery terus menuliskan apa saja yang menurutnya penting untuk diketahui dari seorang Trian Heldana, termasuk keluarga atasannya itu.
Ketekunan Cheery membuat Sania terdiam. Entah kenapa, saat ini Sania teringat kembali pada hubungan Cheery dan Vano, apabila Cheery tahu kalau Vano adalah sahabat atasannya saat ini.
"Cheery?" panggil Sania yang langsung dijawab "Hmm," langsung oleh Cheery tanpa menoleh ke Sania.
"Kemarin aku bertemu dengan Kak Vano," ucapan Sania kali ini membuat Cheery menghentikan guratan penanya walau masih tidak menoleh pada Sania.
"Dia bertanya padaku, apakah aku sudah tahu di mana keberadaanmu. Dia mengatakan padaku kalau dia merindukanmu," ucap Sania sembari menundukkan kepalanya dan tersenyum miris.
"Abaikan saja. Aku tidak ingin menemuinya lagi sampai kapan pun." Jawab Cheery dan terlihat mulai melanjutkan tulisannya lagi. Tapi tulisan itu terhenti kembali saat Sania bertanya padanya.
"Apa kau masih mencintai kak Vano dan akan kembali padanya kalau dia mengatakan kalau dia akan menerima anakmu dan membesarkannya sebagai anaknya sendiri?" Sania bertanya panjang lebar dengan raut wajah serius.
Tanpa Cheery tahu, saat Sania bertanya seperti itu, tanganya sedang meremas erat ujung roknya dengan tangan yang bergetar.
Satu sisi Sania ingin Cheery bahagia bersama hidupnya, tapi ia tahu, ada kehidupan lain – Vano yang juga ingin bahagia bersama Cheery yang sebenarnya tidak bisa direlakan Sania.
"Tidak. Aku tidak akan kembali padanya. Aku tidak akan menerima tawaran apapun untuk kembali padanya. Aku telah banyak membuatnya sakit dengan penghianatanku. Aku tidak ingin menghancurkan hidupnya lebih dari itu, San. Vano harus bahagia bersama wanita lain yang seribu kali lebih baik dariku," ucap Cheery sembari tersenyum miris.
"Dia harus bahagia tanpaku!" sambung Cheery yang langsung membuat Sania tersenyum lega. Karena sahabatnya itu memilih pilihan yang secara langsung akan membuatnya lebih muda mendapatkan Vano.
***
"Cheery, apa kau bisa menyesuaikan dirimu dengan pekerjaan barumu dengan Ceo?" tanya Mona pada Cheery saat memanggil Cheery ke ruangannya.
'Matilah aku bila sampai Ceo mengaduhkan kesalahan fatalku kemarin pada nona Mona!' gumam Cheery dalam hati.
"Hmm, ya. Aku bisa menyesuaikan diriku dengan kesibukan Ceo yang padat, Nona!" jawab Cheery setengah berbohong.
"Syukurlah, aku kira dia berbohong padaku kalau dia menyetujui keputusanku untuk menjadikanmu sekretarisnya. Aku takut dia akan melakukan hal aneh di belakangku lagi untuk mengusirmu!" ucap Mona yang langsung membuat lega Cheery.
"Ya, sudah. Kembali ke tempatmu. Aku tidak ingin dia mengeluh padaku tentangmu karena kau tidak berada di dekatnya saat dia membutuhkan bantuanmu!" sambung Mona memerintahkan Cheery kembali ke tempatnya.
Dan benar saja, baru beberapa saat saja Cheery pergi menemui tunangan Ceo-nya itu, Trian sudah uring-uringan memanggilnya.
"Cheery! Di mana minumanku?" tanya Trian dengan nada dingin, "Dan ke mana kau pergi lima belas menit yang lalu?" sambungnya bertanya.
"Aku ke kamar mandi, Bos!" jawab Cheery yang jelas berbohong. Ia terlihat berbalik dengan setengah berlari saat Trian tidak memberikan tanggapan lagi.
Beberapa saat kemudian, Cheery kembali dengan membawa secangkir kopi ke ruangan Trian.
"Bos, ini kopimu!" ucap Cheery setelah meletakkan sisi lain meja kerja Trian.
"Siapa yang ingin minum kopi sepagi ini?" tanya Trian yang terlihat menaikkan sebelah alisnya.
"Bukankah biasanya kau suka minum kopi, Bos?" tanya Cheery heran dan segera mengeluarkan cacatan kecil di sakunya.
Melihat keluguan Cheery yang tidak lucu sama sekali dengan pakaian dan penampilan prianya, membuat Trian tersenyum licik.
"Ambilkan teh untukku!" tanpa menjawab ucapan Cheery sebelumnya, Trian kembali memerintah.