"Ya Tuhan, kenapa sepagi ini aku harus mendengarkan ocehan anak setengah Dewa ini, haish!" gumam Trian sambil menepuk dahinya, lalu ia menoleh pada Mark di sebelah Sunny, "Mark, apa Mayang sudah sampai di markas militer itu? Apakah aku sudah bisa menghubunginya?" sambung Trian bertanya.
"Paman kecil ingin menghubungi mommyku?" tanya Sunny singkat dengan nada tenang.
"Ya, aku akan menelpon kakak iparku dan mengeluh tentang anaknya yang sangat pintar ini!" jawab Trian yakin dan terlihat mengutak atik ponsel miliknya.
"Ya sudah, telepon saja!" jawab Sunny santai, "Tapi jangan salahkan aku kalau aku jenuh karena dimarahi mommy dan terus datang ke kantor Paman dan menggoda Paman setiap hari!" sambung Sunny yang masih tenang tapi nada bicaranya terdengar mengancam.
Trian menepuk dahinya sendiri karena sudah tidak tahu lagi bagaimana menghentikan tingkah pola keponakannnya yang jenius itu.
Sementara Cheery senang sekali melihat atasannya itu terintimidasi oleh anak kecil yang terlihat sangat pintar itu.
'Anak yang pintar. Terlihat seperti gaya bicara Keanu yang bijak. Apalagi wajahnya. Hmm, entah kenapa aku merasa anak kecil ini terlihat mirip dengan Keanu!' Cheery bicara dalam hati.
Sekelebat ide muncul saat memikirkan paras si kecil Sunny yang tampannya menyerupai Keanu.
"Hmm, Bos. Aku punya sebuah ide bagus yang mungkin akan Bos setujui!" panggil Cheery pada Trian.
"Sebutkan saja. Aku akan mendengarkan. Asal kau jangan memberikan topik pembahasan yang baru yang akan membuat keponakanku itu kembali mengolokku!" jawab Trian yang masih memijit dahinya.
"Akan kujamin kau akan setuju mendengar usulanku, Bos!" tanggap Cheery yang mulai mendekati Trian lebih dekat.
"Bos, aku rasa keponakanmu itu cocok untuk dijadikan model iklan pakaian yang akan diluncurkan Star Fashion! Bagaimana menurutmu, Bos?" Cheery mengemukakan pendapat dan penilaiannya.
Trian mengikuti arah pandangan mata Cheery yang terus saja melirik Sunny.
Sunny terlihat duduk dengan bosan dan sesekali melirik dan memperhatikan Mark yang sedang memainkan game di gadget miliknya. Sunny terlihat lebih tertarik mengunyah telur dadar yang tersisa di piring Trian tadi.
Trian terlihat memutar bola mata yang malas sembari menatap Cheery yang sedang menunggu jawabannya.
"Apa kau tahu harga yang akan kubayarkan jika aku menerima usulanmu, huh?" ucap Trian, "Keponakanku bukan anak sembarangan. Lagipula kau lihat saja perangainya yang arogan seperti itu! Dia memang titisan kakakku yang sempurna! Ya, sempurna kesombongannya!" lanjut Trian mengomel.
"Tapi anak beraura seperti itulah yang pas untuk menjadi bintang iklan kita, Bos!" sanggah Cheery yang masih merasa penilaiannya benar.
"Abaikan saja pemikiranmu, Cheery! Harapanmu akan sia-sia!" balas Trian bernada malas dan kembali melanjutkan memeriksa berkas di hadapannya itu.
"Daripada memaksakan pemikiranmu untuk membuat keponakanku mau dijadikan model, lebih baik kau membayar artis cilik yang mahal itu!" lanjut Trian bicara tanpa menoleh pada Cheery.
"Apa separah itu, Bos?" tanya Cheery yang masih berharap.
"Ya, separah itu," jawab Trian singkat, "Keponakanku itu jenius, mana mungkin dia menghabiskan waktunya untuk hal yang membuatnya semakin bosan dengan menjadi seorang model pakaian!" lanjut Trian yakin.
"Who said that?" Sunny langsung memotong pembicaraan Cheery dan Trian yang ternyata sejak tadi diperhatikan Sunny meski raut wajahnya terlihat tak acuh dan bosan.
Cheery dan Trian menaikkan alis mereka setelah mendengar Sunny berucap.
"Aku bisa mencobanya, Bibi!" sambung Sunny menjawab, "Please don't listen to my uncle's ramblings, Auntie!" sambungnya lagi.
Trian menepuk dahinya sembari menggelengkan kepalanya berulang tanpa ingin mengomentari ucapan keponakannya itu.
"Terserah kalian saja! Aku tidak ingin sakit kepala karena ini!" gerutu Trian.
Sementara Cheeri menutup mulutnya menahan geli saat melihat ekspresi atasannya yang kalah bicara dengan keponakannya sendiri.
Cheery mendekati Sunny dan ikut duduk di sofa di seberang Sunny.
"Apa kau memang setuju dengan usulanku, anak tampan?" tanya Cheery dengan senyuman senangnya.
"Aku akan mencobanya, Bibi. Tapi tolong, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi, cukup panggil namaku saja!" ucap si kecil Sunny yang semakin membuat Cheery gemas.
"Tapi…" Sunny berucap kembali hingga Cheery yang awalnya sudah senang, kembali fokus mendengarkan Sunny.
"Aku tidak ingin melakukan permintaan Bibi jika rekanku nanti adalah anak yang merepotkan!" Sunny menyebutkan syaratnya pada Cheery.
Cheery tersenyum pada Sunny.
"Bibi janji kau tidak akan mendapatkan rekan model yang akan membuatmu repot, Sunny! Karena rekanmu nanti adalah anak yang pintar sepertimu. Dan mungkin saja kalian bisa berteman dan saling membuat kebosanan kalian hilang!" jawab Cheery yakin.
"Hei, Cheery! Apa yang akan kau lakukan dengan ucapanmu, huh? Apa kau sudah menemukan rekan untuk Sunny?" tanya Trian tidak yakin, "Kalau dia merasa bosan, maka akulah yang harus menanggungnya, Cheery! Tolong jangan menjanjikan apapun padanya!" sambung Trian lagi.
"Kau tenang saja, Bos! Aku tahu rekan yang cocok dengan Sunny!" jawab Cheery yakin saat menoleh pada Trian. Lalu Cheery kembali menoleh pada Sunny.
"Lalu bibi akan bicara pada mommymu untuk masalah pembayaran jasamu menjadi model nanti. Apa saat ini bibi bisa menghubungi mommymu, Sayang?" tanya Cheery senang.
"Bibi bisa bicara dengan Paman Mark. Dia yang akan menyampaikan ucapan Bibi pada mommy," jawab Sunny santai, "Tapi, aku tidak ingin dibayar dengan uang, Bi!" sambungnya berucap.
'Habislah kau, Cheery! Aku tidak bisa menolongmu kalau sudah seperti ini!' batin Trian berucap dan kepalanya terlihat menggeleng berulang.
"Lalu apa yang kau inginkan, Sayang?" tanya Cheery bingung dan ingin tahu.
"Aku ingin Bibi berpenampilan normal. Aku menyukai Bibi tapi aku tidak suka melihat Bibi dengan penampilan seperti ini. Bibi sangat pintar tapi Bibi terlihat konyol jika seperti ini!"
"Jadilah diri Bibi sendiri tanpa takut bagaimana tanggapan orang lain pada Bibi!"
Mendengar ucapan si kecil Sunny membuat Cheery tertegun. Apa yang dikatakan oleh Sunny memang benar. Penampilannya seperti itu membuatnya seperti orang lain yang takut jika ia akan mendapatkan masalah jika berpenampilan seperti biasa.
Tapi, penampilannya sebagai pria-lah yang membuatnya diterima oleh Mona sebagai sekretaris Trian. Lalu apa yang akan ia lakukan jika ia mengubah penampilannya? Sementara itulah yang Sunny tawarkan jika ia yang akan menjadi model projek pertamanya ini.
Apakah Cheery harus mengatakan semua ini pada Mona agar ia mengerti dan tidak salah paham? Entalah… Yang jelas Cheery berada dalam kebingungan saat ini.
"Hmm, ya! Bibi akan memikirkan tawaranmu ini. Tapi kau juga akan melakukan kesepakatan kita sesuai ucapanmu, bukan?" ucap Cheery balik bertanya.
"Sunny selalu memegang kata-katanya, Nona! Lakukan saja apa yang akan kau lakukan dan jangan membuat Sunny kami kecewa!" Mark menimpali pertanyaan Cheery setelah mematikan ponselnya dan menoleh pada Cheery.
Cheery mengangguk singkat dan tersenyum. Sementara Trian terdiam dan hanya bisa berucap dalam hatinya.
'Dia calon pemimpin mafia hebat, Cheery. Mana mungkin Sunny mengubah pendiriannya hanya untuk mengerjaimu. Tapi aku malah khawatir padamu yang akan kesusahan membawa dirimu di sekitarku dengan penampilanmu yang sebenarnya!' batin Trian.