"Bukankah kau tidak minum teh, Bos?" tanya Cheery lagi yang berulang kali memastikan detail itu di buku catatannya.
"Kenapa kau cerewet sekali, hah? Bisakah kau lakukan saja apa yang kuminta padamu?" omel Trian tanpa menoleh pada Cheery sedikitpun. Trian terlihat sangat fokus dengan file di tangannya.
Cheery tidak menjawab, hanya mengangguk kecil dan berbalik.
"Tunggu!" panggil Trian lagi, "Letakkan dulu kopi di meja sana!" ucap Trian lagi.
"Tapi kenapa, Bos? Bukankah kau ti-," ucapan Cheery terhenti saat llirikan mata tajam Trian tertuju padanya. Cheery bergegas keluar dari ruangan sang Ceo untuk mengambilkan teh sesuai pesanan bosnya itu.
Tidak berlangsung lama, Cheery datang lagi dengan secangkir teh panas untuk Trian.
"Letakkan tehnya di meja sana bersama kopi itu!" ucap Trian yang terlihat bangkit dengan membawa sebuah bungkusan cantik yang terlihat seperti sebuah tempat makanan, ke sofa yang ada di ruangan itu.
Trian duduk sembari meletakkan bungkusan yang ada di tangannya tadi.
"Duduklah dan temani aku menghabiskan makanan ini!" ucap Trian dengan nada tenang, "Tolong bukakan wadah makan itu untukku!" lanjutnya memerintah Cheery.
"Maaf, Bos! Apa baru saja kau mengajakku untuk duduk bersamamu di situ?" tanya Cheery bingung.
"Apa ada orang lain di tempat ini, hah? Kenapa kau begitu merepotkan? Duduklah dan bantu aku menghabiskan bekalku!" ucap Trian kesal. Dan hal itu membuat Cheery bergegas sebelum ia membuat bosnya lebih marah.
Mata Cheery berbinar saat melihat betapa cantik makanan yang ada di dalam wajah makan yang begitu lucu itu.
'Kenapa Ceo sebesar itu harus membawa bekal makanan secantik ini? Bukankah itu sangat aneh dan lucu? Dia juga bukan anak kecil yang sedang bersekolah, kan?' gumam Cheery dalam hati.
Cheery tersenyum setelah memikirkan tentang Trian yang memiliki sisi unik di hidupnya.
"Apa yang kau pikirkan di kepalamu sampai kau tersenyum licik seperti itu, hah? Wanita aneh! Cepat bantu aku menghabiskan makanan ini sebelum semuanya terlambat! Atau kutamatkan saja riwayat kerjamu hari ini!" gerutu Trian yang diikuti dengan ancaman pada Cheery.
Cheery hanya bisa berdecak di dalam hati dan mengukir senyuman simpul yang terpaksa pada Trian. Karena tidak mungkin ia menjawab ataupun membantah sang atasan untuk menolak menghabiskan makanan indah yang terlihat lezat di hadapannya saat ini.
Dan soal kopi dan teh yang dibuatnya tadi, ia mengerti Trian melakukan itu untuk menemaninya makan seperti sekarang. Tentu saja itu adalah sikap baik seorang bos pada bawahannya.
Beberapa potong telur gulung dengan ukuran besar telah dihiasi dan ditata dengan rapi dan cantik di wadah makan yang juga lucu. Membuat orang yang memandangnya sangat sayang melahap makanan cantik itu.
Seperti Cheery yang enggan melahap makanan cantik itu tapi rasanya ia juga tidak sabar dan penasaran hingga ia mulai memakan makanan yang sebelumnya sudah ia sisihkan untuk dimakan Trian.
Trian tersenyum simpul saat melirik tingkah Cheery yang lucu saat makan.
'Wanita aneh! Padahal dia terlihat lucu, tapi kenapa penampilannya seperti ini? Apa dia takut akan kugoda? Dasar konyol!' batin Trian sembari tersenyum simpul dan dengan tenang memasukkan makanan di depannya ke dalam mulut.
"Bos, di mana kau membeli makanan ini? Ini sungguh lezat, Bos. Aku ingin membelinya juga dan membawa makanan seenak ini pulang!" ucap Cheery bertanya pada Trian.
"Ini tidak ada di manapun. Tunanganku membuatkan makanan untukku setiap hari dan kalau aku tidak menghabiskan makananku, dia akan mengaduh pada orang tuaku untuk memarahiku!" jawab Trian santai dan terlihat mengelap mulutnya pertanda ia sudah selesai makan.
"Ah, aku mengerti. Tapi bukankah Nona Mona adalah tunanganmu, bukan? Kenapa dia tidak terlihat seperti wanita rumahan yang pandai memasak, Bos?" tanya Cheery bingung, "Nona Mona lebih terlihat dan cocok sebagai wanita sosialita ataupun artis!" tambah Cheery memuji.
"Kau sangat beruntung, Bos! Memiliki tunangan seperti Nona Mona. Sudah cantik, pintar, dan pandai membuat makanan lezat. Benar-benar wanita idaman pria!" lanjut Cheery yang terus memuji seberapa beruntung seorang Trian saat ini.
"Itu kan menurutmu dan sebagian orang yang tidak mengenalku. Tapi silahkan saja kalian beranggapan seperti itu. Aku tidak keberatan!" jawab Trian santai.
"Apa aku salah mengira, Bos? Bukankah wanita seperti nona Mona adalah pilihan sempurna?" tanya Cheery yang lebih ingin tahu.
"Semua itu tergantung bagaimana kau memandang dan menikmati hidupmu sendiri! Kalau yang kau lihat aku bahagia, itulah pandanganmu, walau kenyataannya tidak seperti itu. Tapi sudahlah, kau tidak akan mengerti!" jawab Trian lagi.
Trian yang sudah selesai makan beranjak dari sofa dan kembali duduk di kursi kebesarannya lagi.
Cheery yang masih bingung dengan ucapan Trian, bertambah bingung dengan sisa makanan yang masih cukup banyak itu.
"Bos, makananmu masih banyak. Harus kuapakan semua ini?" tanya Cheery bingung.
"Makan atau kau bawa saja. Asal jangan terlihat oleh Mona. Kalau sampai ketahuan, bukan aku saja yang mendapatkan masalah, tapi kau juga akan dipecat!" jawab Trian tanpa menolehkan pandangannya dari berkas di tangannya.
"Kenapa semengerikan itu? Tapi nona Mona terlihat lembut dan baik, mana mungkin dia akan sekejam itu?" Cheery menggerutu tidak setuju sembari mengemas lagi makanan di wadah makan tadi.
"Kau kira kenapa aku sering bergonta-ganti sekretaris dan akhirnya kau yang berpenampilan aneh ini yang menjadi sekretarisku sekarang, hah?"
"Aku juga heran, bagaimana kau bisa menarik kepercayaannya untuk diterima sebagai sekretarisku? Padahal tanpa dia tahu, aku bisa saja tertarik dan selingkuh denganmu, bukan? Walaupun kau berpenampilan pria, aku masih bisa melihat kalau kau adalah wanita yang cantik!"
"Ahhh, kalian para wanita benar-benar naif!"
Kalimat Trian yang terdengar santai itu malah membuat Cheery bergidik ngeri. Dan tidak itu saja, Cheery semakin berpikir keras seperti apa hubungan atasannya bersama tunangannya, Mona.
Separah apa hingga bosnya itu terlihat sangat bosan menanggapi hubungannya dengan sang tunangan.
"Sudahlah, untuk apa kau memikirkan masalahku dan Mona? Lanjutkan saja pekerjaanmu. Dan tolong sebutkan satu persatu jadwal pertemuanku dengan para klien penting hari ini!"
Perintah Trian mengagetkan Cheery yang terlihat melamun. Kemudian Trian berucap lagi hingga ucapannya kali ini langsung mengena ke hati Cheery hingga jantungnya serasa berdebar kencang.
"Kuharap kau memposisikan dirimu dengan profesional, Cheery! Aku tidak ingin kau menyesal di kemudian hari!" ucap Trian yang terdengar seperti peringatan.
"Apa maksudnya?" tanya Cheery bingung.
"Kau memutuskan untuk berpenampilan pria untuk menarik simpati Mona agar menerimamu. Itu tidak salah dan nyatanya kau berhasil,"
"Tapi kuminta padamu, setelah aku menerimamu dengan menimbang kemampuanmu, tetaplah tegak di posisimu sebagai sekretarisku dan bukan orang kepercayaan Mona untuk memata-matai gerak gerikku setiap saat,"
"Karena apa? Karena kau tidak tahu kapan akan jatuh cinta padaku, dan kau akan menyakiti perasaan Mona dan keteguhan hatimu sendiri. Hingga kau merasa bersalah karena telah menjadi penghianat untuk hatimu dan orang lain yang mempercayaimu, Cheery!"
"Percayalah, berada di dekatku setiap hari akan membuatmu jatuh cinta tanpa kau sadari!"
Trian berucap dengan tenang dan tersenyum pada Alice tanpa merasa ada yang salah dengan kepercayaan dirinya yang terlampau tinggi.